Long Distance Relationship

Masa indah di Putih Abu-Abu menjadi masa meraih cita dan cinta, secara khusus bagi Surya dan Bulan.

Sekolah sembari pacaran, membuat dua siswa itu lebih semangat ke sekolah, kemauan belajarnya lebih giat, dan juga membuktikan diri sebagai murid yang baik selama di Sekolah.

Pacaran rasanya memberi dampak yang positif bagi Surya dan Bulan. Belajar bersama di Perpustakaan, makan soto di kantin sekolah, atau pun pulang bareng dengan mengendarai sepeda motor. Kisah cinta manis dan sederhana antara dua anak manusia yang begitu istimewa. Seistimewa Kota Jogjakarta, tempat mereka tinggal. Mungkin bagi anak-anak yang lain pacaran di SMA hanya sebatas mengejar popularitas, mendapat gandengan, dan menjadi ajang coba-coba, tetapi semua itu tidak berlaku bagi Bulan dan Surya. Pacaran keduanya adalah pacaran sehat dan disertai dengan komitmen untuk saling setia dan menjaga.

Bahkan hubungan keduanya di SMA nampak adem, dan tidak dipenuhi trik dan intrik. Semua berjalan dengan indah, sampai akhirnya mereka lulus dan memasuki Universitas, kisah cinta Bulan dan Surya masih terus berjalan.

***

Jogjakarta, 2016 

Babak baru bagi Surya dan Bulan, mereka tidak anak SMA lagi. Namun, kini mereka sudah menjadi mahasiswa. Surya mengambil jurusan Administrasi Negara, dan Bulan mengambil jurusan Keguruan.

Jangan lupakan juga Bintang, sahabat Surya yang begitu setia dan sering kali turut bergabung saat Surya tengah mengajak Bulan menikmati malam di Angkringan. Bintang juga masuk ke kampus yang sama dengan Surya dan Bulan, tetapi pria itu mengambil jurusan Teknik Informatika.

Sore ini ketika mereka bertiga usai mengikuti kuliah, mereka sudah berjanji untuk makan bersama di salah satu kafe yang berada tidak jauh dari kampus mereka. Bintang datang terlebih dahulu. Pria itu duduk menunggu kedatangan Surya dan Bulan, sembari sibuk dengan ponsel di tangannya.

Hampir 15 menit menunggu, akhirnya Bulan lah yang terlebih dahulu datang.

"Hai Bintang, sudah lama?" tanyanya sembari mengambil tempat duduk tepat di hadapan Bintang.

Bintang melihat Bulan sekilas, mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedari tadi dimainkannya, "Lumayan, kalau 15 menit juga udah ada sih. Surya mana?"

Bulan mengedikkan bahunya. "Aku gak tahu, begitu selesai kuliah aku langsung ke sini. Kamu masih adem-adem aja ya Bin?"

"Heh, adem-adem gimana maksudnya?" Bintang bertanya karena kata yang diucapkan Bulan begitu terdengar ambigu. 'Adem-adem' apa maksudnya?

"Ya adem aja, masih betah sendiri. Enggak pengen pacaran? Ada yang digandeng gitu." tanya Bulan sembari memilih-milih apa yang akan dia pesan dari buku menu.

"Pacaran sih bukan sebatas mendapat gandengan kalau menurutku sih, aku mending nunggu lama tapi dapat yang cocok. Ya semoga gak lama lagi ya." ucap pria itu yang selalu terlihat dingin dan cuek, tetapi selalu menjawab saat ditanyain oleh teman-temannya.

"Wah, malahan bagus. Begitu dapat langsung cocok. Udah punya gebetan emangnya?" Bulan bertanya penuh curiga.

Bintang hanya memberikan senyuman. "Belum sih. Udah kuliah dulu aja, baru aja Semester 1. Masih banyak waktu."

Bulan terkekeh mendengar jawaban Bintang, bagi Bulan memang sepertinya enggan berpacaran. Dia tipe sahabat setia, sudah 2 tahun Bulan menjalin pacaran dengan Surya, dan Bintang juga tidak selalu ngrecokin, Bintang pun juga menghargai Bulan. "Hmm, ini kita udah ngobrol-ngobrol di sini kok Surya masih belum dateng juga ya. Apa jangan-jangan dia lupa?"

Bintang sejenak menghela nafasnya, "Biasa, Surya kan memang ngaret orangnya. Kamu enggak pesan makanan dulu, laper kan? Mau aku pesenin?" Bintang menawarkan untuk memesan makanan bagi Bulan.

Gadis itu langsung menyergah Bintang. "Ehh, gak usah, Bin. Aku pesan sendiri aja. Makasih ya malahan ngrepotin kamu."

Bintang pun akhirnya kembali duduk, karena Bulan yang telah berdiri dan memesan kepada pelayan kafe.

"Udah pesannya?" Bintang bertanya kepada Bulan yang sudah kembali duduk di hadapannya.

"Iya sudah," jawab Bulan. " ... Kamu enggak pesan makanan, Bin?" Gadis itu bertanya karena hanya aja es teh manis yang tinggal separuh di hadapan Bintang.

Bintang melirik pada Bulan, kemudian matanya memindai pada segelas es teh manis di hadapannya. "Aku makan nanti di rumah aja, Ibuku masak soalnya. Aku biasanya lebih sering makan di rumah, makan masakan Ibu."

Bulan menganggukkan kepalanya, tidak hanya pria pendiam dan cenderung dingin, rupanya Bintang juga akan seorang anak yang begitu menggemari masakan Ibunya. Di saat anak-anak pria seumurannya sibuk sekolah, bermain, bermain futsal, bahkan pacaran, tetapi Bintang ternyata lebih fokus pada kuliahnya dan hanya keluar kalau Surya mengajaknya ke Angkringan.

"Kamu cowok unik ya Bin, menghargai banget masakan Ibu di rumah. Pasti kamu harapannya punya Istri yang jago masak seperti Ibu kamu ya?" Bulan bertanya sembari sedikit tersenyum pada Bintang.

"Hmm, kalau dapatnya yang pinter masak sih gak papa. Kalau enggak bisa masak ya gak papa. Penting saling sayang, saling percaya," jawab Bintang dengan tenang.

Sekian menit mengobrol sembari menunggu Surya, akhirnya orang yang ditunggu-tunggu itu pun datang.

"Kirain enggak jadi datang." Bulan yang semula nampak ceria dan mengobrol banyak hal dengan Bintang, tiba-tiba raut mukanya menjadi cemberut.

"Sorry ya, tadi kehabisan bensin. Jadi beli bensin dulu deh," jawab Surya sembari mengambil tempat duduk di sisi Bulan.

Bintang hanya mengedikkan bahunya. "Kirain nganter Mbakmu ke apotek lagi. Dasar ya manusia karet." Bintang tak kalah menggerutu, pasalnya dia adalah orang yang lebih lama menunggu di kafe itu.

"Sorry Bro, gak sengaja. Gimana udah pada pesen?" Surya bertanya memandang wajah Bulan dan Bintang.

"Sampai udah abis nih." Bintang menjulurkan gelasnya di mana es tehnya telah nyaris habis.

"Kamu nya lama sih. Kalau 5 menit enggak datang, aku mau pulang sama Bintang." Bulan pun turut menggerutu dan menggoda saja pada Pacarnya itu.

Surya mengusap wajahnya, dia memang sering kali terlambat hingga membuat Bintang bahkan Bulan pun harus menunggui kedatangannya. "Sekali lagi sorry ya." Surya menjeda sejenak bicaranya. "Oh iya, Bulan ... Libur semesteran ini aku mau ke Jakarta selama 2 minggu. Ke rumah Pakdhe yang ada di Jakarta."

Bulan menoleh pada Surya, "Liburan ke Jakarta lagi ya?" tanyanya dengan nada yang cukup lirih. "Enggak bisa liburan di sini aja? Di Jogja aja?"

Surya menggelengkan kepalanya. "Enggak bisa ... Maaf ya, aku harus ke Jakarta lagi. Jadi mulai minggu depan kita LDR lagi ya."

Dalam hatinya Bulan terasa sedih lantaran pacarnya harus ke Jakarta setiap liburan tiba. Keinginannya untuk bisa bersama Surya sirna sudah, menjalani long distance relationship agaknya menjadi rutinitas bagi Bulan dan Surya setiap liburan semester tiba.

Terpopuler

Comments

Hutan Pinus

Hutan Pinus

Itu kan dia tahun lalu. masih dendam kayanya 😂

2022-02-23

0

🍾⃝ͩɛᷞѵͧѵᷠ𝛄ͣHIAT✰͜͡w⃠N⃟ʲᵃᵃ࿐💋

🍾⃝ͩɛᷞѵͧѵᷠ𝛄ͣHIAT✰͜͡w⃠N⃟ʲᵃᵃ࿐💋

Bulan cocoknya sama Bintang deh.. 😁

2022-02-16

3

Karita Ta

Karita Ta

Mak, boleh sisain cowok kek Bintang satu aja buat Ita nggak? Tipe dia tuh udah limited edition 😭

2022-02-08

4

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Pantai Klayar Tanda Cinta
3 Long Distance Relationship
4 Semua Karena Corona
5 Pembatalan
6 Kebaya Putih
7 Kegelisahan Bulan
8 Surya Menuju Makassar
9 Kesedihan Surya
10 Pergi untuk Kembali
11 Cincin di Jari Manis
12 Pagi Tanpa Sua
13 Deru Ambulance
14 Panggilan Seluler Merindu
15 Pacobaning Urip (Cobaan Hidup)
16 Sedikit Kecemburuan
17 Lengang
18 Bintang Bertemu Bulan
19 Kue Bulan
20 Titik Nol
21 Sepenggal Kisah Arunika
22 Pacaran Platonik
23 Bentuk Kepedulian
24 Menenangkan Kartika
25 Layang Suara
26 Perhatian Jarak Jauh
27 Mendapat Bantuan
28 Bidikan Kamera
29 Api Cemburu
30 Penjelasan Sederhana
31 Keterpurukan Ekonomi
32 Kacaunya Komunikasi
33 Membenahi
34 Duka
35 Masih Ada Harapan
36 Hangatnya Bintang
37 Nasihat tentang Jodoh
38 Kepingan Realita
39 Menguatkan Diri
40 Kepergok Calon Mertua
41 Pintu Terasa Tertutup
42 Permintaan Penting
43 Berkunjung ke Rumah Calon Mertua
44 Curhat Bersama Bapak
45 Aku Positif!
46 Harus Dilawan!
47 Ada Aku di Sini
48 Cukup Doakan Aku
49 Hari Kedua Isolasi Mandiri
50 Anosmia
51 Pejuang Negatif
52 Menghubungi Bintang
53 Kisah Secret Admirer
54 Datang Tanpa Buah Tangan
55 Aku Sembuh!
56 Susah Signal
57 Perjalanan Ke Toraja
58 Kesiapan
59 Ucapan Terima Kasih
60 Kejengahan
61 Minggu Pagi
62 Filosofi Gudeg
63 Air Terjun Kedung Kayang
64 Banyu Langit
65 Hujan Tiba-Tiba
66 Tertuduh Selingkuh
67 Pengakuan Cinta
68 Cinta yang Memberi Kepastian
69 Pulang dengan Perasaan Gelisah
70 Satu Kata Sebelum Berpisah
71 Pria yang Baik di Mata Orang Tua
72 Kekalutan Surya
73 Harus Jujur
74 Puasa Pertama
75 Puasa dalam Suasana Berbeda
76 Buka Puasa Kejutan
77 Tarawih Bersama
78 Debaran Kecil
79 Curhatan Pria Galau
80 Ngabuburit Berdua
81 Angkringan Malam
82 Idul Fitri Tanpa Silaturahmi
83 Pria Santun Bersilaturahmi
84 Dia yang Pulang Tiba-Tiba
85 Cucuran Air Mata
86 Menyembuhkan Luka
87 Jujur dengan Orang Tua
88 Keputusan Terbesar
89 Memang Tidak Berjodoh
90 Tidak Ada Kesempatan Kedua
91 Akhir Kisah Kita
92 Kembali ke Makassar dengan Perasaan Hampa
93 Kapan Kamu Membuka Hati?
94 Berikan Aku Kesempatan
95 Semua Membutuhkan Waktu
96 Biarkan Hati yang Memilih
97 Menjatuhkan Pilihan
98 Cinta Ini Akhirnya Memiliki Nama
99 Respons Orang Tua Bulan
100 Karena Mati Lampu
101 Lamaran
102 Bahagia itu Nyata
103 Nyinyiran Para Tetangga
104 Persiapan Bersama
105 Promosi Novel: Hasrat Terlarang Sang Istri
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Pantai Klayar Tanda Cinta
3
Long Distance Relationship
4
Semua Karena Corona
5
Pembatalan
6
Kebaya Putih
7
Kegelisahan Bulan
8
Surya Menuju Makassar
9
Kesedihan Surya
10
Pergi untuk Kembali
11
Cincin di Jari Manis
12
Pagi Tanpa Sua
13
Deru Ambulance
14
Panggilan Seluler Merindu
15
Pacobaning Urip (Cobaan Hidup)
16
Sedikit Kecemburuan
17
Lengang
18
Bintang Bertemu Bulan
19
Kue Bulan
20
Titik Nol
21
Sepenggal Kisah Arunika
22
Pacaran Platonik
23
Bentuk Kepedulian
24
Menenangkan Kartika
25
Layang Suara
26
Perhatian Jarak Jauh
27
Mendapat Bantuan
28
Bidikan Kamera
29
Api Cemburu
30
Penjelasan Sederhana
31
Keterpurukan Ekonomi
32
Kacaunya Komunikasi
33
Membenahi
34
Duka
35
Masih Ada Harapan
36
Hangatnya Bintang
37
Nasihat tentang Jodoh
38
Kepingan Realita
39
Menguatkan Diri
40
Kepergok Calon Mertua
41
Pintu Terasa Tertutup
42
Permintaan Penting
43
Berkunjung ke Rumah Calon Mertua
44
Curhat Bersama Bapak
45
Aku Positif!
46
Harus Dilawan!
47
Ada Aku di Sini
48
Cukup Doakan Aku
49
Hari Kedua Isolasi Mandiri
50
Anosmia
51
Pejuang Negatif
52
Menghubungi Bintang
53
Kisah Secret Admirer
54
Datang Tanpa Buah Tangan
55
Aku Sembuh!
56
Susah Signal
57
Perjalanan Ke Toraja
58
Kesiapan
59
Ucapan Terima Kasih
60
Kejengahan
61
Minggu Pagi
62
Filosofi Gudeg
63
Air Terjun Kedung Kayang
64
Banyu Langit
65
Hujan Tiba-Tiba
66
Tertuduh Selingkuh
67
Pengakuan Cinta
68
Cinta yang Memberi Kepastian
69
Pulang dengan Perasaan Gelisah
70
Satu Kata Sebelum Berpisah
71
Pria yang Baik di Mata Orang Tua
72
Kekalutan Surya
73
Harus Jujur
74
Puasa Pertama
75
Puasa dalam Suasana Berbeda
76
Buka Puasa Kejutan
77
Tarawih Bersama
78
Debaran Kecil
79
Curhatan Pria Galau
80
Ngabuburit Berdua
81
Angkringan Malam
82
Idul Fitri Tanpa Silaturahmi
83
Pria Santun Bersilaturahmi
84
Dia yang Pulang Tiba-Tiba
85
Cucuran Air Mata
86
Menyembuhkan Luka
87
Jujur dengan Orang Tua
88
Keputusan Terbesar
89
Memang Tidak Berjodoh
90
Tidak Ada Kesempatan Kedua
91
Akhir Kisah Kita
92
Kembali ke Makassar dengan Perasaan Hampa
93
Kapan Kamu Membuka Hati?
94
Berikan Aku Kesempatan
95
Semua Membutuhkan Waktu
96
Biarkan Hati yang Memilih
97
Menjatuhkan Pilihan
98
Cinta Ini Akhirnya Memiliki Nama
99
Respons Orang Tua Bulan
100
Karena Mati Lampu
101
Lamaran
102
Bahagia itu Nyata
103
Nyinyiran Para Tetangga
104
Persiapan Bersama
105
Promosi Novel: Hasrat Terlarang Sang Istri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!