Setelah mereka semua dalam kondisi bugar satu persatu sang Rsi memperkenalkan nama mereka pada keluarganya,
"Mereka semua sudah tidak punya keluarga mulai hari ini kitalah keluarga mereka," kata sang Rsi pada Istri dan Anak-anaknya.
"Ini Panjalu usianya 17 tahun," anak yang berbadan tegap dan berambut ikal itu menakupkan tangan memberi hormat pada Dewi Nila Candra dan memberi salam pada Wira buana dan Wira Loka.
Demikian seterusnya, Permadi 16 tahun, Mahesa 16 tahun, Panji 15 tahun, Kadosot 12 tahun,
Jerude 11 tahun, mereka semua melakukan hal yang sama seperti yang Panjalu lakukan, kemudian Rsi Bergunatha memperkenalkan tiga wanita muda yang ikut bersamanya.
"Hamba Warsiki," seorang gadis berumur 14 tahun maju untuk memberi hormat pada Dewi Nila Candra, teman-teman Warsiki juga maju demi melihat Warsiki memperkenalkan diri,
"Hamba Cempaka"
"Hamba Wulan,"
Ketiganya membungkuk sembari menakupkan kedua tangannya di dada sebagai sikap hormat dalam budaya mereka.
Cempaka dan Wulan terlihat sepantaran karna memang usia mereka tidak terpaut jauh, sekitar 13 tahunan.
"Hari ini kalian istirahat untuk memulihkan stamina kalian, mulai besok kalian mulai berlatih berlatih," kata Sang Rsi. Sembilan remaja itu menjawab serempak.
"Baik tuan ," sambil menjatuhkan diri bersujud dengan kepala menyentuh tanah sebagai tanda bakti pada guru.
"Kalian jangan memanggilku dengan sebutan tuan, panggilan dengan sebutan guru," baik Guru jawab mereka serempak.
Keesokan harinya, pagi buta anak-anak perempuan membersihkan rumah dan halaman, kemudian membantu memasak serta mengerjakan kegiatan rumah lainnya.
Sementara Anak lelaki dipimpin oleh Panjalu mengerjakan tugas di kebun, membersihkan rumput yang ada di kebun sayur, tanaman obat-obatan maupun tanaman buah-buahan, kemudian membersihkan parit-parit air dari kotoran daun dan rumput.
Sekitar pukul 8 pagi setelah semua pekerjaan mereka beres, Rsi Bergunatha memanggil mereka semua untuk berkumpul dihalaman rumah.
"Setiap hari mulai sekarang setelah kalian selesai melakukan kegiatan, kalian lari mengitari areal pekarangan sebanyak 100 kali, setelah itu kalian melatih dasar-dasar ilmu beladiri sampai waktu makan siang," kata Rsi Bergunatha
mereka serempak menjawab, "Baik Guru,"
kemudian sang guru membagikan kitab dasar ilmu silat untuk anak laki sebuah dan untuk anak perempuan sebuah.
"Panjalu, pimpin teman-temanmu latihan!"
"Baik Guru" Panjalu menjawab dengan sikap santun.
Rsi Bergunatha memperhatikan latihan yang mereka lakukan, karena ini latihan pertama mereka, sedikit sulit tapi bisa selesai dengan baik berkat buah ajaib yang mereka makan kemaren.
Tengah hari Rsi Bergunatha menyuruh murid-muridnya untuk istirahat makan kemudian dilanjutkan dengan belajar ilmu ketabiban di sore hari, malam harinya dilatih samadi untuk menenangkan pikiran, setiap saat Rsi Bergunatha mendidik muridnya agar memiliki karakter mulia, memiliki sifat suka menolong, welas asih, berani menegakan keadilan dan kebenaran.
Demikian latihan yang mereka lakukan setiap hari sampai tiga bulan, tiap bulan Rsi Bergunatha membagikan buah ajaib pada mereka.
"Sekarang latihan kalian meningkat, lari 500 putaran setiap hari dan pelajari jurus ini," Sang Rsi memberikan 1 kitab untuk Panjalu dan satu kitab untuk Warsiki.
"Jurus Rengkah Bumi," Panjalu bergumam membaca tulisan yang ada pada kuli kitabnya, kitab itu terbuat dari kulit binatang, sementara Warsiki mendapat kitab Tapak Samudra,
"Latihlah jurus itu dengan baik, jika ada yang tidak kalian fahami kalian boleh bertanya padaku," kata Rsi Bergunatha.
"Seperti perintahmu Guru," jawab mereka serempak.
Panjalu memimpin murid lelaki untuk berlatih, sementara Warsiki memimpin murid perempuan secara keseluruhan Panjalu lah pemimpin murid.
"Ayahanda bolehkah kami ikut berlatih seperti kakak Panjalu ?" tanya Wirabuana dan Wiraloka.
"Boleh asal kalian sanggup dan tidak cengeng," jawab Rsi Bergunatha.
Wirabuana dan Wiraloka tidak kesulitan mengikuti latihan yang dijalani karna dari kecil mereka sudah biasa makan buah ajaib, tulang-tulang Wirabuana dan Wiraloka bahkan lebih kuat dari murid-murid lainnya begitupun dengan otot-otot nya.
Tiga bulan kemudian Rsi Bergunatha menyuruh mereka untuk lari seribu putaran sambil memakai beban dikedua kaki dan tangan mereka, alat-alat latihan dibuat khusus oleh sang Rsi mulai dari berat 10 kg, 20 kg, 50 kg, 100 kg bahkan sampai 1000 kg untuk latihan tingkat lanjut.
Rsi Bergunatha membuat tempat tinggal tambahan untuk murid lelaki dibagian utara rumah induk dan murid perempuan dibagian selatan rumah induk, membuat bangunan khusus untuk latihan menempa, bisa digunakan untuk membuat senjata dan alat-alat penunjang latihan serta alat penting lainnya.
Satu tahun tanpa terasa mereka menjalani kehidupan sehari hari, Panjalu telah membuka lahan sawah seluas 5 hektar dibelakang areal perumahan atas seijin gurunya untuk memenuhi kebutuhan makanan dan menambah areal perkebunan sebanyak 5 hektar, mereka mengerjakan sawah dan perkebunan disaat waktu luang mereka.
Dengan latihan mereka yang semakin berat seiring waktu, mereka semakin mahir menggunakan jurus-jurus yang diajarkan oleh gurunya, mereka juga sudah berlatih tehnik tenaga dalam dari setahun yang lalu, sekarang rata-rata mereka sudah bisa memakai beban seberat 500 kg, Permadi dan Mahesa baru mulai melatih beban 1000 kg,
Sedang Panjalu sudah terbiasa dengan beban 1000 kg.
Wirabuana dan Wiraloka sudah sangat mahir menggunakan jurus Rengkah Bumi, itu berkat bakat yang menurun dari ayah bundanya yang sama-sama jenius dengan pengetahuan yang sangat luas diberbagai bidang.
Wirabuana dan Wira Loka hanya kalah dari murid yang lain dalam hal tenaga dalam karna faktor usia mereka yang masih kecil.
Panjalu sudah berusia 18 tahun sudah mencapai level master tingkat 9,
Permadi usia 17 level master tingkat 7,
Mahesa usia 17 level master tingkat 7,
Panji usia 16 level tingkat 6,
Kadosot usia 13 level ahli tingkat 9
Jerude usia 12 level ahli tingkat 9
Warsiki usia 15 level master tingkat 4
Cempaka usia 14 level master tingkat 3
Wulan Usia 14 level master tingkat 3
Wirabuana usia 6 tahun level ahli tingkat 9
Wiraloka usia 4 tahun level ahli tingkat 1, level putra-putra Rsi sangat tinggi diusianya yang masih anak-anak karna kwalitas tulang mereka yang sangat baik dan bakatnya yang sangat tinggi.
Rsi Bergunatha memberikan kitab silat tingkat tinggi masing-masing 2 kitab pada panjalu dan Warsiki, Panjalu mendapat kitab Jurus Pukulan Seribu Petir dan kitab Ilmu Pedang Kilat, sementara Warsiki mendapat kitab Tapak Emas dan kitab Cemeti Sakti.
Rsi Bergunatha sudah mulai menginjak dilevel Pendekar Bumi tingkat 1, dengan latihan menyerap energi Qi yang sudah dilatihnya beberapa tahun belakangan.
Dari level Pendekar Suci ketahap Pendekar Bumi ada jarak yang sangat jauh karna Pendekar Bumi sudah masuk level Surgawi, sedangkan Pendekar Suci adalah level puncak Pendekar Fana.
Sedang Dewi Nila Candra sudah dilevel Pendekar Raja tingkat 9, walaupun sambil mengurus putra bungsunya namun dia masih bisa berlatih untuk meningkatkan levelnya karna Mahawira sama sekali tidak rewel Dewi Nila Candra berlatih diruang Samadinya.
Sesekali dia berlatih dihalaman untuk memperdalam jurus Tapak Rembulan dan jurus Selendang Kemala yang dikuasainya sejak remaja.
Tanpa terasa Rsi Bergunatha sudah tinggal selama 6 tahun di Desa Rangdu Batu Madeg, Rsi Bergunatha sama sekali tidak pernah keluar dari lingkungan rumahnya kecuali kehutan sekitar untuk tanaman obat-obatan untuk ditanam di kebunnya.
Dengan sumberdaya yang melimpah yang dihasilkan dari ruang dimensi jiwa sang Rsi dan latihan keras muridnya sebagian sudah mencapai Pendekar Raja yang paling bawah level Pendekar Langit.
Panjalu, level Pendekar Raja tingkat 4,
Permadi, level Pendekar Raja tingkat 3,
Mahesa, level Pendekar Raja tingkat 3,
Panji, level Pendekar Raja tingkah 2,
Kadosot, Level Pendekar langit tingkat 9,
Jerude, level Pendekar langit tingkat 8,
Warsiki, Level Pendekar Raja tingkat 2,
Cempaka dan Wulan, sama-sama level Pendekar Raja tingkat 1.
Pada usia 11 tahun Wiraloka sudah mencapai level Pendekar Raja tingkat 1, sementara Wiraloka mencapai Pendekar Langit tingkat 8 itu benar-benar pencapaian gila, bisa disebut jenius tingkat dewa.
Rsi Bergunatha melarang murid-muridnya berpetualangan sebelum mencapai level Pendekar Suci, atau minimal level Pendekar Raja tingkat puncak, karena tidak ingin terjadi bahaya yang menimpa murid-murid nya.
Sementara remaja-remaja itu juga tidak ada niat untuk berkelana karna mereka sudah tidak memiliki orang tua untuk dikunjungi, disamping itu karna Rsi Bergunatha dan keluarga nya memperlakukan
Mereka dengan penuh kasih sayang sehingga mereka merasa nyaman menjalani kehidupan mereka sehari-hari.
Mahawira sekarang berusia 6 tahun, Rsi Bergunatha hanya memberi wejangan setiap saat agar menjadi manusia yang berbudi luhur, mengembangkan sifat welas asih, berkeadilan dan selalu berjalan sesuai ajaran kebenaran, beliau sama sekali tidak diajarkan berlatih ilmu silat atau ilmu tenaga dalam, karena Sang Rsi tahu bahwa dia akan berkembang sendiri sesuai Pawisik yang diterima didalam mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
anggita
👍 like dukungan utk cerita silat lokal.. 👌
2023-05-13
0
Dehan
mantab..
2022-06-09
0
diksiblowing
bagi dong buahnya
2022-05-05
2