Tengah hari setelah anak-anak lelah bermain Dewi Nila menyuruh anak mandi, makan dan beristirahat, tepat setelah anak-anak mulai tidur sang Rsi datang dari hutan dan mengeluarkan ribuan pohon kayu yang sudah dibuat lancip untuk ditanam sebagai pagar.
Ukuran tiap pohon rata-rata sebesar paha orang dewasa sangat kokoh dengan tinggi sekitar 4 meter, kayu-kayu itu kemudian ditancapkan sedalam 60 cm, kemudian dijepit dengan bambu yang dibelah, areal 5 ha telah dipagari Dengan sangat rapat dengan ketinggian 340 cm, dibagikan timur dibuat pintu dengan tinggi 4 meter panjang 2 meter menggunakan papan kayu setebal 10 cm.
Setelah semua selesai Rsi Bergunatha merasa keluarganya cukup aman tinggal dalam lingkungannya yang baru.
"Kanda Rsi sebaiknya makan dan beristirahat dulu !" Dewi nila Candra mendekat sembari menggendong Mahawira yang sedang tidur,
"Baiklah Dinda," jawab Rsi sambil berjalan kearah bangunan didekat kolam, buah-buahan sudah disiapkan untuk disantap, Sang Rsi memakan buah apel sambil berjalan ke dimensi jiwa untuk mengambil peralatan memasak beserta bahan-bahan makanan serta memetik beberapa buah-buahan untuk beberapa hari kedepan.
Hari mulai gelap Dewi Nila mulai menyalakan lampu minyak kelapa dengan penggunakan batu api yang telah diambil dari istana dimensi jiwa.
"Dinda sepertinya bahan makanan akan segera habis beberapa hari kedepan kanda akan pergi ke kota terdekat."
Sang Rsi melayang naik diketinggian untuk melihat kota terdekat, disebelah timur ada kota kecil sekitar 50 km, disebelah barat di sebrang lautan ada kota besar sejauh 100 km, Rsi Bergunatha memutuskan untuk mengunjungi kota besar diseberang lautan.
Dua hari kemudian pagi-pagi sekali Rsi Bergunatha terbang kearah barat setelah memberi tahu istrinya, Sang Rsi tidak merasa khawatir meninggalkan keluarganya karna istrinya juga pendekar langit tingkat 9 yang sewaktu-waktu bisa menerobos ke level pendekar raja.
"Dinda kanda akan ke kota sebelah barat untuk membeli bahan makanan dan perlengkapan rumah lainnya tengah hari kanda pasti sampai dirumah"
"Baiklah kanda," kemudian Rsi Bergunatha terbang dengan kecepatan tinggi menuju kota besar yang dilihatnya.
Satu jam kemudian mendarat dipinggir kota supaya tidak terlihat agar tidak menciptakan kehebohan karna manusia yang bisa terbang sangatlah langka, kemudian menuju gerbang kota yang kebetulan tidak terlalu ramai yang masuk
"Tunjukan identitas!" seru prajurit yang menjaga gerbang kota,
"Maaf tuan saya belum memiliki plat identitas rencananya akan membuat didalam" jawab Rsi,
"Bayar pajak memasuki kota 2 keping perak" kata prajurit jaga dengan sopan, sang Rsi menyerahkan 2 keping perak sembari melangkah masuk menuju tempat registrasi pembuatan identitas.
"Permisi nona, bisakah saya dibuatkan plat identitas ?"
"Sebutkan nama, umur, dan tempat tinggal, kemudian bayar 50 keping perak !" jawab pengurus registrasi.
"Nama Bergunatha, usia 40 tahun, pengembara.
Lima menit kemudian Rsi Bergunatha mendapatkan Plat identitas bergambar Garuda bertuliskan Kerajaan Medayang terbuat dari lempengan perak.
Di Kerajaan Medayang
1 keping emas \= 100 keping perak
1 keping perak \=100 keping perunggu
Setelah menerima Plat identitas Rsi Bergunatha bergegas menuju tempat penjualan kebutuhan pangan untuk membeli beras, jagung, biji-bijian, minyak kelapa, kain dan semua kebutuhan hidup lainnya serta beberapa bibit sayuran yang tersedia.
Kemudian Rsi Bergunatha membeli gerobak besar untuk mengangkut barang belanjaannya, pergi ketempat sepi untuk memasukan semua ke Cincin Dimensinya.
Rsi Bergunatha mencari rumah makan berniat mengisi perut sekalian untuk mengumpulkan informasi mengenai wilayah kerajaan dimana dia tingal.
"Rumah Makan Sedap," cukup menarik nama yang digunakan gumam sang Rsi ketika melihat nama rumah makan yang ada dipinggir jalan, kemudian sang Rsi masuk kedalam seorang wanita muda menyongsong,
"Apa Tuan ingin makan ?, apa yang perlu kami sediakan ?" tanya Wanita Muda dengan sangat hormat pada sang Rsi.
"Tolong sediakan nasi dan sayuran spesial serta kelapa muda," jawab sang Rsi,
pelayan mengangguk sambil menunjukan tempat kosong untuknya, tubuh tinggi kekar dan pembawaan beliau yang berwibawa membuat orang-orang yang juga makan disitu mengangguk sopan ketika sang Rsi lewat untuk mencari tempat duduk.
Sambil menunggu makanan datang sang Rsi menyimak percakapan para pengunjung, ada yang bicara tentang bisnis, kondisi kerajaan, pekerjaan termasuk hal remeh lainnya, tidak lama berselang makanan datang,
"Silahkan dinikmati Tuan ," kata pelayan mempersilahkan.
"Ada yang perlu kami sediakan lagi ?" tanya pelayan.
"Cukup," Sang Rsi menimpali kemudian bersantap dengan tenang.
Setelah selesai bersantap dia menuju kasir menanyakan jumlah yang harus dibayar untuk makanannya,
"Sepuluh koin perak Tuan" ucap kasir sopan,
Rsi mengeluarkan 10 koin perak sembari bertanya.
"Adakah disini toko penjual peta?" tanya Rsi.
"Lima toko sebelah kiri disisi yang sama, namanya Toko Serba Ada, Tuan," jawab kasir.
Rsi kemudian keluar setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan.
Setelah mengetahui sedikit tentang kerajaan, budaya dan cara hidup masyarakat setempat Rsi Bergunatha merasa penting untuk membeli peta agar lebih memahami kepulauan sekitar dan kerajaan-kerajaan yang ada.
Beberapa meter dari rumah makan Rsi menemukan toko seba ada yang ditunjukan oleh kasir rumah makan, seorang pelayan lelaki tua membungkuk sopan,
"Ada yang dapat saya bantu Tuan, ?" tanya pelayan
"Bisakah saya mendapatkan peta kepulauan," jawab Rsi,
"Sebentar Tuan saya perlu memberi tau manager untuk hal itu," pelayan masuk kedalam untuk memberitahu tentang keperluan sang Rsi, sesaat kemudian pelayan keluar bersama lelaki gemuk dengan senyum riang.
Manager toko mengajak sang Rsi keruangan khusus, sang Rsi diajak melihat berbagai peta yang tergantung didinding dengan bingkai kayu, petanya dilukis pada kulit sapi.
Rsi menanyakan peta dunia yang berukuran besar dan beberapa peta kerajaan yang lebih spesifik,
"Peta dunia ini agak mahal karna dikumpulkan dari beberapa pedagang dari Cina, Gujarat, Mesir dan pedagang luar kerajaan lainnya kemudian kami satukan untuk dilukis dengan lengkap menjadi 1 peta dunia, peta ini seharga 1.000.000 keping emas, untuk peta Kerajaan Medayang 100.000 keping emas." papar manager antusias
"Peta kerajaan sebelah timur Kerajaan Medayang di sebrang lautan disebut kerajaan Singa Mandua harga petanya 150.000 keping emas."
Sang Rsi sepakat membeli 3 peta tersebut dan membayar sejumlah 1.250.000 koin emas,
"Sesuatu yang langka memang pantas mahal ," gumam sang Rsi dengan senyum puas.
Sang Rsi bergegas menuju pintu gerbang kota setelah memasukan semua barang ke Cincin Dimensi.
Beberapa kilo setelah keluar kota ditempat sepi sang Rsi terbang menuju kearah timur menyebrang lautan sambil mengamati tempat tinggalnya.
Disebuah pedusunan kecil kecil sayup-sayup sang Rsi mendengar orang menangis dan ada yang merintih kesakitan sang Rsi mendarat satu kilometer dari dusun tersebut dan bergegas berjalan mendekati suara orang yang menangis tersebut,
"Apakah yang telah terjadi sehingga kalian tampak kesakitan bahkan banyak yang menangis ?" Rsi Bergunatha bertanya
Seorang pria tua mendekat seraya menjawab,
"Dusun kami terjangkit wabah penyakit tuan, mereka sakit perut beberapa hari kemudian meninggal, kami tidak memiliki tabib dan pedusunan ini jauh dari desa-desa sekitarnya."
"Boleh saya periksa orang yang sakit ini ?" tanya Sang Rsi.
"Silahkan tuan," jawab Pria Tua. Setelah memeriksa beberapa orang yang sakit sang Rsi berkata.
"Mereka kena penyakit kolera, penyakit ini menular !, Paman tolong carikan kulit Kayu Santan, Kunyit Putih, dan buah Tibah matang."
Pak tua segera mencari karna di wilayah padusunan itu tidak susah untuk mencari tumbuhan tersebut.
Sambil menunggu pak tua mencari bahan obat Rsi Bergunatha menyalakan api untuk merebus air, beberapa saat pak tua datang membawa bahan obat yang dibutuhkan kemudian segera dimasukan kecuali yang airnya sudah mendidih.
Setelah direbus sekitar 1 jam kemudian ditunggu hingga suhunya suam-suam kuku, kemudian diminumkan pada yang sakit.
Sambil menunggu reaksi obat Rsi Bergunatha berbincang dengan Pak Tua mengenai kondisi dusun tersebut.
Menurut penuturan pak tua awalnya di pedusunan Buhunbunan ini ada sekitar 150 kepala keluarga, karna wabah yang berlangsung hampir sebulan, sekarang hanya tersisa 20 kepala keluarga, bahkan ada banyak yang jadi yatim piatu karna orang tuanya meninggal.
Anak-anak dibawah umur 10 tahun bahkan tidak ada karna meninggal lebih awal disebabkan karna wabah ini.
Ada sembilan anak yang sudah tidak punya orang tua yang sekarang masih istirahat menunggu sembuh, Rsi Bergunatha nata berpesan agar memberikan obat tesebut pagi sore selama tiga hari jika ada kesempatan dia akan berkunjung lagi.
Kemudian Rsi Bergunatha pamit untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Menjelang malam Rsi Bergunatha tiba dirumahnya.
"Ayahanda pulang !" teriak Wiraloka dan Wirabuana berbarengan,
"Biarkan dulu Ayahandamu istirahat sejenak Buana !, Loka !" ucap Dewi Nila Candra sambil berjalan keluar dari kamar,
" Kanda sama sekali tidak lelah," jawab Rsi Bergunatha sambil makan buah-buahan yang disediakan Dewi Nila Candra, mereka bercengkrama menanyakan berbagai hal tentang kota yang baru dikunjungi Rsi Bergunatha.
"Mestinya Kanda datang empat jam lebih awal, karna mengobati penduduk yang kena wabah maka datang terlambat" ujar Sang Rsi
Karna hari sudah mulai gelap sang Rsi menyalakan lampu minyak dan menyuruh anak-anak untuk segera ke kamarnya masing-masing.
Pagi-pagi sekali sang Rsi sudah menanam berbagai bibit obat-obatan yang dia cari dari wilayah sekitar untuk untuk dibuat menjadi pil supaya bisa menangani penyakit lebih cepat, biji-bijian dan kacang-kacangan dan sayuran juga ditanam untuk kebutuhan sehari-hari, dengan buah-buahan ajaib yang ada dimensi jiwanya sebenarnya sang Rsi dan keluarganya lebih dari cukup, bahkan sangat baik untuk pertumbuhan kwalitas tulang, otot, kulit, api kadang mereka ingin makanan yang agak berbeda sepeti makanan orang kebanyakan.
"Kanda tidakkah penting untuk mengajak orang untuk membantu pekerjaan Kanda ?" Dewi Nila Candra memberi saran dengan halus.
"Kanda juga berfikir demikian"
"Bukankah Kanda tau pedusunan yang yang terkena wabah itu, kenapa tidak berkunjung kesana sambil melihat siapa tau ada yang berwatak baik dan cocok untuk dijadikan pelayan atau jadi murid jika memungkinkan,"
"Benar Dinda," itu juga baik untuk anak-anak agar punya teman dan belajar bersosialisasi.
Pagi hari saat Rsi Bergunatha berkunjung ke Dusun Buhunbunan orang-orang sudah terlihat sehat walau masih kesedihan nampak dimata mereka.
Anak-anak remaja yang ada disana semua masih lugu dan polos, Rsi berdiskusi dengan masyarakat disana, bagi yang berminat untuk ikut bersamanya untuk berlatih ilmu ketabiban dan olah kanuragan diperkenankan untuk ikut bersamanya.
Ada enam lelaki muda dan tiga gadis muda yang bersedia ikut, karna tertarik dengan ilmu ketabiban dan olah kanuragan disamping juga mereka tidak lagi memiliki orang tua karna meninggal akibat wabah.
Menempuh perjalanan sekitar tiga hari bagi mereka untuk perjalanan ke Desa Rangdu Batu Madeg karna karna melalui hutan dan jalan kecil yang sulit dilalui, sering istirahat karna mereka tidak pernah berjalan jauh.
Dengan wajah terlihat kusut dan baju yang basah oleh keringat sampai dirumah sang Rsi mereka merebahkan dirinya tanpa malu-malu, Dewi Nila Candra datang membawakan air dan buah-buahan seraya mempersilahkan mereka untuk minum dan makan buah agar segera kembali bugar.
Rasa dingin yang menusuk kemudian berganti panas yang mereka rasakan pada tubuhnya, kemudian energi yang meledak-ledak mereka rasakan seketika rasa lelah mereka lenyap dan kembali bugar, sorot mata mereka terlihat tajam dan bercahaya, itulah reaksi dari buah-buahan ajaib yang dipetik dimensi jiwa sang Rsi Bergunatha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
anggita
rumah makan sedap,, 👍
2023-05-13
1
diksiblowing
"5 dara" mampir. nitip lapak disini dlu ya thor. spy ingat lanjutannya sampai mana
2022-05-05
3
diksiblowing
astajim... mahal bgt
2022-05-05
3