Mahawira Sang Chiran Jiwin
Dipuncak pegunungan Ganda Madana, disebuah pondok kecil nan asri dengan halaman yang sangat luas dengan banyak pepohonan dan berbagai tanaman yang berbuah lebat sangat menggugah selera, karna sebagian sudah mulai matang dengan warna kuning kemerahan serta memancarkan bau yang harum.
Sebagian besar tanaman buah yang beragam jenisnya sudang mulai matang dengan warna warni yang cerah.
Sementara itu banyak orang yang duduk hening diatas tanah dibawah pepohonan tanpa ada seorangpun yang bersuara diantara mereka, sama sekali tidak terpengaruh dengan bau buah-buahan yang mengundang selera, pandangan mereka terfokus pada pondok kecil didepan mereka.
"Ayah apa Ibunda baik-baik saja," tanya anak kecil yang terlihat berusia sekitar lima tahun.
"Tenanglah Buana!, Ibunda mu akan baik-baik saja," jawab lelaki dengan perawakan tinggi kekar dengan rambut digelung rapi, walaupun terlihat tenang namun didalam hatinya gelisah menunggu kelahiran anak ketiganya.
"Apakah aku boleh menengok Bunda kedalam ?" tanya anak yang lebih muda dengan usia sekitar 3 tahun.
"Tunggulah sampai adikmu lahir Loka," jawab Rsi Bergunatha sambil menarik anak kecil itu ke pangkuannya setelah mendudukkan dirinya disebuah kursi kayu.
"krieeeet"
Suara pintu dibuka membuat semua orang melihat kearah yang sama, seorang perempuan tua keluar dari bilik menggendong bayi yang terlihat memancarkan cahaya redup, terlihat sangat sehat kulitnya coklat sawo matang pupil matanya hitam cerah tulangnya terlihat kokoh.
Tiga puluh menit yang lalu saat sang bayi lahir tanpa tangisan, kemudian cahaya terang memenuhi kamar Dewi Nila Candra.
Keajaiban terjadi, dukun beranak yang terlihat biasa saja tanpa diduga memancarkan cahaya dan seketika Dewi Nila Candra sembuh pasca melahirkan, tiada bekas luka atau kelelahan yang nampak dari tubuhnya bahkan terlihat semakin cantik.
"Aku memberimu anugrah awet muda tak akan menua sampai habis usia, selalu terlihat seperti gadis usia dua puluh tahun dan anakmu akan menjadi pendekar penguasa alam."
Kemudian ibu tua itu menyentuh kening si bayi terlihat cahaya memancar dari telunjuknya memasuki kening sang bayi,
"Lakukan segalanya sesuai harapanmu ingat jangan nakal !!!"
Sang bayi tersenyum sambil menjawab dengan bahasa batin, "Baik permaisuri" Cahaya yang masuk di kening sang bayi membuat dia mengingat siapa dirinya dan tujuan kelahirannya.
"Tidak kudengar ada tangisan saat kelahirannya apakah Dinda Dewi baik baik saja Bibi ?"
tanya Bergunatha pada sang dukun beranak.
"Anakmu istimewa Tuan, dan istrimu sedang membersihkan diri sebentar lagi pasti keluar,"
jawab sang dukun beranak seraya keluar menuju halaman.
"Sebentar Bibi !, aku belum memberikan hadiah atas pertolonganmu."
"Tidak perlu Tuan, yang harus kulakukan sudah aku lakukan selebihnya jaga dan didiklah putramu dengan baik," sambil bergegas pergi meninggalkan pondok.
Sesaat kemudian Dewi Nila Candra keluar dengan wajah dan aura yang semakin menarik, Rsi Bergunatha heran melihat perubahan yang terjadi pada istrinya.
"Siapa nama yang Kanda beri untuk putra ketiga kita,"
"Maha Wira,"
Dewi Nila Candra mengulurkan tangan untuk menggendong sang bayi.
Sementara orang yang berkumpul dihalaman mulai mendekat untuk melihat sang bayi,
"Aku datang untuk memberi putramu hadiah wahai Rsi," kata Rsi tua yang rambut, kumis serta jenggot panjangnya sudah putih semua.
"Apakah Tuan pemimpin dari semua Rsi yang hadir disini ?" tanya Rsi Bergunatha.
"Demikianlah Rsi, bolehkah kami menyentuh putramu" kata pemimpin para Rsi.
"Silahkan" jawab Rsi Bergunatha, satu persatu semua Rsi itu menyentuh kaki sang bayi kemudian cahaya redup dari sang bayi perlahan memudar dan akhirnya hilang.
"Itu lebih baik demi keselamatannya"
Sang pemimpin para Rsi berkata ketika melihat Rsi Bergunatha heran melihat cahaya ditubuh putranya hilang.
Dialam ilahi
"Semoga kepingan jiwaku ini mampu menegakkan keadilan dan kebenaran sesuai harapanku."
Seorang pria yang terlihat berumur dua puluh lima tahun sedang berada pada sebuah ruangan yang sangat megah dengan hiasan yang serba kuno.
Swuuusss...
Seorang wanita muda yang sangat cantik telah berada dalam ruangan.
"Bagaimana perjalananmu permaisuri, semoga perjalananmu aman dan terjaga kerahasiaannya."
"Tenanglah Penguasa aku sudah merubah penampilan dan auraku begitu keluar, tak akan ada seorang dewa maupun asura yang mengetahui," kata perempuan muda yang dipanggil permaisuri.
"Terimakasih Permaisuri sebagai Dewa Pencipta tertinggi aku tidak boleh ikut campur dengan urusan mahluk, aku harus tetap netral dan hanya membuat hukum dan aturan di semesta ini, tidak boleh ikut campur secara pribadi, tetapi hatiku merasa tergerak juga melihat dominasi para asura di hampir semua planet, jika dominasi mereka dibiarkan aku yakin semua planet akan hancur karna sifat buruk para asura."
"Aku mengerti keprihatinan mu, sebagai permaisuri mu aku selalu siap untuk membantu apapun demi kebaikan seluruh alam semesta."
"Aku sudah memberikan Cincin Dimensi Samudra Ilahi, melalui perantara pasukan rahasiaku, serta salinan ingatan yang engkau titipkan sudah aku tanamkan dalam ingatannya, dan kerahasiaannya aku jamin, semua pasukan bayangan terikat segel jiwa," Permaisuri menambahkan.
Segel jiwa adalah segel yang menyebabkan jiwa mahluk yang disegel terhubung dengan tuannya yang memasang segel, jika dia berhianat seluruh ingatannya lumpuh otomatis semua kemampuannya tersegel, segel ilahi hanya dimiliki oleh Penguasa ilahi.
"Baiklah sekarang kita hanya menunggu semoga dia bisa melakukan apa yang aku harapkan, jangan pernah berhubungan lagi setelah ini agar rahasia kelahirannya tetap terjaga."
"Sesuai keinginanmu Penguasa," jawab Permaisurinya.
Pria tampan melangkah menuju menara diikuti permaisurinya, dan berhenti pada sebuah ruangan yang sangat besar, ruangan ini penuh dengan cermin seperti layar monitor dari sini seluruh galaksi terlihat jelas. Ada ribuan cermin yang bisa memunculkan gambar tiga dimensi sesuai keinginan, jika ingin melihat planet bumi tinggal pikirkan maka cermin akan memunculkan gambar tiga dimensi planet bumi, bisa diatur fokus pada daerah tertentu.
Penguasa mengambil satu cermin dan memunculkan planet bumi, kemudian melacak Cincin Dimensi Samudra Ilahi, cermin menampilkan gambar yang lebih fokus.
Dreeeet....dreeeet..... dreeeet,
Cermin bergetar saat melacak wilayah yang diinginkan, dilayar monitor muncul Kerajaan Mahayong.
Dreeeet....dreeeet..... dreeeet
Cermin bergetar lagi menampilkan gambar yang lebih detail.
Puncak gunung Ganda Madana.
Seorang anak kecil memakai cincin dimensi yang sudah tersamarkan.
"Engkau memilihkan ayah dan ibu yang sesuai dengan tugas yang akan aku lakukan," terimakasih Permaisuri kata pria tampan sambil memeluk wanita muda yang disebutnya permaisuri.
"Sekarang hatiku sudah lega, berikutnya kita hanya menunggu, apa yang seharusnya terjadi pasti akan terjadi, semoga Pecahan Jiwaku mampu menjalani hidupnya dengan baik, dan menyelesaikan misinya menegakkan kebenaran dan keadilan di Jagat Raya bisa tercapai."
Pria tampan yang disebut Penguasa kembali mendatangi cermin yang lain, kali ini dia melihat pada alam yang lebih tinggi, "Alam Asura" Dia memperhatikan Penguasa Asura dan kehidupan para asura yang dipimpinnya.
Disini berlaku hukum kekuatan, siapa yang kuat mengatur yang lemah, yang lemah tanpa bisa berbuat apapun kecuali tunduk pada yang kuat.
Penguasa berjalan kesebuah cermin yang lain, dia mencari planet Dewa Susita, Pemimpin Planet ini dipimpin oleh Seorang Pemuda yang dipanggil dengan sebutan Raja dalam memimpin dia dikelilingi oleh penasehat kerajaan yang hampir semuanya sudah sepuh.
Masyarakat Planet ini Hidup berdasarkan Titah Raja yang dituangkan dalam bentuk Peraturan-peraturan, Peraturan itu dibuat oleh para Penasehat Raja Sesuai bidang yang kuasai dengan ahli.
Para Penasehat ini dipilih oleh Raja berdasarkan syarat-syarat yang sangat ketat berdasarkan : keahlian, akhlak yang baik, memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dan berintegritas tinggi, sudah tidak memiliki kemelekatan duniawi.
Berdasarkan kriteria itulah Para Penasehat dipilih oleh Raja.
Masyarakat dialam ini hidup dengan penuh kedamaian hampir tidak ada pergolakan yang berarti.
Setiap Klan maupun Perguruan atau Sekte, diwajibkan memiliki pendidikan Budi Pekerti yang terintegrasi dengan aturan kerajaan.
Pasukan Kerajaan selalu siap menegakkan peraturan tanpa pandang bulu, itulah yang menyebabkan kedamaian ada di alam Susita.
Penguasa keluar dari Menara di iringi Permaisurinya setelah puas melihat-lihat alam semesta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Maya●●●
halo kak salam kenal.
aku mampir nih.
mampir juga di karyaku ya😊😊
2022-10-06
2
💞Amie🍂🍃
Semangat kakak... Jangan lupa mampir di karyaku ya kak terimakasih.
2022-07-31
2
Agustino Kurniawan
Hai Wira.... salam kenal ya.... 🙏
2022-06-07
2