Waktu yang paling ditunggu-tunggu, ya, waktunya pulang. Jessi melangkah meninggalkan ruang kerjanya. Dilihatnya Theo berjalan kearahnya.
"Ikutlah denganku!" Theo berjalan mendahului Jessi.
"Aku akan pulang. Aku tidak akan ikut denganmu, Tuan!" Jessi tidak habis pikir dengan lelaki ini, bertindak seenaknya saja.
Theo menoleh sekilas dan menggandeng tangan Jessi agar mengikutinya ke arah tempat parkir.
"Apa yang kau inginkan?" Jessi menatap tajam Theo yang duduk di kemudi mobil.
Theo hanya diam fokus menyetir. Mobil melaju dengan kecepatan sedang hingga sampailah mereka di sebuah bukit di pinggiran kota.
"Ayo turun!"
Jessi memandang Theo tidak mengerti, untuk apa Theo membawanya ke bukit.
"Apa dia mau membunuhku? Apa aku harus kabur?" batin Jessi.
Theo menggedor pintu mobil saat dilihatnya Jessi tak juga mengikutinya turun. Jessi akhirnya turun juga dan mengikutinya dengan rasa takut.
"Kemarilah," gumam Theo lembut.
Jessi mendekat dan takjub dengan apa yang dia lihat saat ini. Matahari terbenam di seberang bukit, cahayanya membias kedalam danau kecil di hadapannya sekarang.
"Kau suka?"
Jessi hanya mengangguk, masih takjub dengan apa yang dia lihat. Sungguh indah.
"Aku menyukai mu!" Theo memandang Jessi. Jessi hanya diam, berusaha mencerna maksud perkataan Theo.
"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Saat kau sudah siap kau boleh mengatakannya padaku," gumam Theo.
"Apa kau tidak salah? Kau kan sudah mempunyai kekasih," bisik Jessi.
"Aku sudah menyelesaikan hubunganku dengan Melani. Aku merasa dia bukan seperti yang kukenal dulu. Mungkin kami sudah tidak cocok," ucap Theo sambil melemparkan batu kecil ke dalam danau. Hening sekejap.
"Kau hanya perlu memberiku kesempatan. Aku yang akan berusaha agar kau menyukaiku juga. Apa kau tidak mau menyelamatkan harga diri pria ini?" Theo tersenyum getir.
"Baiklah," Jessi tidak tahu harus menjawab apa. Dia bingung sendiri harus bagaimana.
"Dimulai dari hari ini, ya."
Jessi hanya mengangguk singkat saat tangan Theo mengusap rambutnya. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengamati mereka dikejauhan.
Melani menahan amarah saat mendengar laporan dari orang yang dia suruh membuntuti Jessi dan Theo. Tangannya terkepal merasakan rasa sakit hatinya. Awas kau Jessi**!
***
Garaa mencoba menghubungi ponsel Jessi, tapi yang terdengar hanya suara kotak suara. Garaa mengirim pesan singkat ke Jessi
to Jessi : "Apa kau baik-baik saja? Aku tidak bisa menghubungimu."
Garaa mencoba menghubungi Theo, tapi ponsel Theo juga tidak aktif. Apa mereka pergi bersama? Pikiran Garaa melayang membayangkan Jessi sedang bersama dengan Theo. Garaa menghela nafas, dibuangnya ponselnya dengan kasar.
Sial aku kalah cepat dengan Theo.
***
Theo dan Jessi memutuskan untuk makan malam di restoran saat perjalanan pulang dari bukit.
"Kau tinggal sendiri?" tanya Theo.
"Tidak, aku tinggal dengan Ayah dan Ibuku. Kalau kau?" Jessi balik bertanya.
"Aku tinggal sendiri di apartemen dekat kantor. Kau mau mampir sebentar?" tanya Theo.
"Tidak, terimakasih!" Theo hanya tersenyum mendengar jawaban Jessi. Mereka menyelesaikan makan malam dengan cepat dan bergegas pergi meninggalkan restoran.
"Terimakasih sudah mengantarku, Tuan."
"Panggil aku Theo saja," Theo meyelipkan rambut Jessi ke belakang.
"Masuklah, sudah malam. Jangan lupa mengoles salep ke memarmu," pesan Theo.
"Baiklah. Selamat malam, Theo."
Jessi melangkah turun dari mobil dan memasuki rumah kecilnya yang nyaman.
***
Jessi langsung ambruk di ranjangnya. Sungguh melelahkan hari ini begitu pikirnya. Jessi memeriksa ponselnya. Ahh Garaa menghubungiku rupanya.
to Garaa : "Aku baik-baik saja Garaa. Maaf, ponselku tadi mati. Kau sudah tidur?"
Jessi melangkahkan kaki ke kamar mandi. Mungkin berendam bisa menghilangkan rasa lelahnya. Setengah jam berlalu, Jessi keluar dari kamar mandi dan memeriksa ponselnya sebentar. Tidak ada balasan, mungkin Garaa sudah tidur. Terbesit sedikit rasa kecewa dihati Jessi, pikirannya melayang sampai dia akhirnya tertidur lelap.
***
Garaa terbangun dari tidurnya, dilihatnya ponselnya ada pesan masuk dari Jessi. Segera dia membalasnya. Jessi sedang berguling-guling di tempat tidurnya, asik bermain ponsel. Garaa membalas pesannya semalam, cepat-cepat Jessi membalas pesan Garaa.
to Jessi : "*Ak**u sudah tertidur semalam. Kenapa ponselmu bisa mati*?"
to Garaa : "*B**aterai ponselku habis Garaa. Jangan lupa sarapan sebelum berangkat kerja*."
to Jessi : "*A**hh begitu rupanya. Apa kau pergi dengan Theo kemarin? Aku akan sarapan nanti. Berangkat nanti mau ku jemput*?"
to Garaa : "*Iy**a, aku pergi dengannya ke bukit. Tidak usah, aku akan naik angkutan umum saja. Aku tidak mau merepotkanmu terus*."
to Jessi : "Baiklah. Sampai jumpa di kantor."
Jessi sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Ponselnya berdering, nomor tidak dikenal. Sengaja diabaikan dan nomor itu menghubunginya lagi.
"Hallo, siapa ini?"
"Aku sudah di depan rumahmu. Cepatlah keluar!" Theo menjemputnya. Buru-buru Jessi berlari keluar rumah.
"Kenapa tidak bilang kalau mau menjemputku?" tanya Jessi sambil masuk kedalam mobil Theo.
"Kau mau dijemput siapa memangnya? Garaa?" Theo menatap datar Jessi.
"Aku mau naik angkutan umum tadi. Lupakan saja kalau begitu. Ayo berangkat, Theo!" Pikiran Jessi melayang, bagaimana kalau nanti Garaa melihatnya keluar dari mobil Theo. Garaa pasti akan salah paham.
Kenapa eh, Jessi? apa kau sudah jatuh cinta dengan Garaa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
SR_Muin
like
2020-08-20
1
Sept September
cemunguttt yaaaa
2020-08-19
1
Sept September
deal or no deal
2020-08-13
1