Jessi'S Loves
"Garaa, terimakasih, ya, sudah menjemputku," ucap Jessi malu-malu.
"Tak masalah, aku melakukannya dengan senang hati. Menjemputmu setiap haripun tak masalah," Garaa memandang tepat ke dalam mata Jessi. Jessi hanya tersenyum mendengar perkataan Garaa.
Yah, hubungannya dengan Jessi masih sebatas pdkt.
Garaa dan Jessi berjalan bersama, matanya memandang sekilas kearah Theo. Mereka menganggukkan kepala kepada CEO di tempat mereka bekerja. Dia hanya menatap datar keduanya.
"Apa dia memang seperti itu?" Jessi menatap punggung Theo yang menjauh.
"Mungkin dia sedang sibuk, CEO punya banyak pekerjaan," Garaa tersenyum samar.
"Aku tidak mau punya kekasih cuek begitu. Bisa-bisa aku makan hati diacuhkannya," Jessi bergidik membayangkan.
"Lantas kau mau kekasih yang bagaimana? Yang seperti aku?"
"Bukan begitu maksudnya, Garaa," Jessi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kau menolak ku?"
"Bukan begitu, Garaa. Ahh sudahlah, lupakan!" Garaa tertawa mendengarkan jawaban Jessi.
***
Theo memasuki ruangannya. Dilihatnya Melani, kekasihnya sudah duduk manis di sofa.
"Kenapa tidak mengabari kalau mau kesini?"
"Kejutan! Aku merindukanmu," Melani bergelayut manja dilengan Theo. Theo membawa Melani duduk di pangkuannya.
"Aku juga merindukanmu. Kau jadi berangkat ke Amerika?" Theo memandang Melani dengan sendu.
"Besok aku akan berangkat dengan penerbangan pertama," jawab Melani sambil mengotak-atik ponselnya.
"Maaf, aku tidak bisa mengantarmu besok."
"Tidak apa-apa, Theo. Kau sibuk!" sindir Melani.
Theo hanya menatap Melani sekilas. Theo sebenarnya tidak ingin Melani jauh-jauh keluar negeri untuk kuliah, disini juga banyak Universitas yang bagus. Ia takut Melani aneh-aneh di sana.
***
"Jessi, tolong antarkan berkas ini ke ruangan Tuan Theo," Rin senior di tempat kerja Jessi menyerahkan beberapa tumpuk berkas.
"Baiklah," Jessi melangkah dengan cepat ke ruangan Theo.
Tok tok
"Permisi, Tuan Theo. Ini berkas yang anda butuhkan," Jessi menatap Melani yang juga menatapnya sekilas.
"Hm, terimakasih. Kau kekasih Garaa?" Theo menatap Jessi sekilas lalu memeriksa berkas yang dibawa Jessi.
"Tidak, Tuan!" Jessi menjawab dengan cepat.
"Ah baiklah, kau boleh pergi!" Jessi segera berlalu pergi meninggalkan ruangan Theo.
"Kenapa dia menanyakan hal pribadi begitu? Dasar orang aneh," gumam Jessi.
***
"Kenapa kau bertanya begitu padanya? Kalau bukan kekasih Garaa lantas kau mau apa? Menjadikannya kekasihmu yang baru?" Melani menatap tajam Theo, tidak suka akan pertanyaan Theo tadi.
"Hmm."
"Theodore, aku bertanya padamu sekarang. Jawab yang benar!" Melani gusar sendiri mendengar jawaban Theo.
"Aku sibuk, Mel. Diamlah!" bentak Theo.
"Kau membentak ku?" Melani syok baru pertama kali Theo membentaknya.
"Maafkan aku," Theo berusaha menyudahi perdebatan mereka. Melani menatap tajam mata Theo dan berlalu pergi.
***
"Apa kau yang bernama Jessi?" Melani menghampiri Jessi.
"Iya. Ada yang bisa saya bantu?" Jessi ingat Melani perempuan yang ada didalam ruangan Theo tadi.
Plakk
Melani melayangkan tangannya ke pipi Jessi. Jessi meringis merasakan sakit di pipinya. Jessi tidak terima ditampar secara sepihak.
Plakk
Jessi menampar Melani dengan kerasnya sampai tangannya merah. kita impas kan.
"Kau! Berani sekali kau menamparku? Kau tidak tahu siapa aku?" Melani melihat sekeliling dan semua pegawai memusatkan perhatian kearah mereka.
"Aku tidak peduli kau siapa, kau kekasihnya Tuan Theo pun aku tidak peduli. Aku tidak takut denganmu. Aku tidak ada masalah denganmu. Lalu, kau tiba-tiba menamparku? Apa kau gila?" cerca Jessi.
"Cukup!" bentak Theo. Tanpa mereka sadari Theo melihat pertengkaran mereka. Segera dia menyeret Melani kembali ke ruangannya.
***
"Apa yang kau lakukan? Kau mempermalukanku!" Theo tidak habis pikir dengan sikap Melani yang keterlaluan.
"Aku hanya ingin memberinya pelajaran sedikit. Aku tidak suka kau memperhatikannya."
"Aku tidak perhatian dengannya, Mel."
"Kau menyukainya? Katakan padaku, Theo. Apa kau menyukainya?" Melani berteriak seperti orang kesetanan.
"Aku memang menyukainya, puas kau!" Theo berlalu pergi dari ruangannya. Sementara Melani tak percaya dengan apa yang dia dengar.
***
Theo menemui Jessi dan membawanya ke klinik perusahaan.
"Oleskan salep ini ke memarmu, Nona. Semoga lekas sembuh," Jessi mengangguk dan pergi meninggalkan klinik tanpa memperdulikan Theo yang menunggunya dari tadi.
"Hey, tunggu sebentar!" Theo berjalan cepat dan memegang lengan Jessi.
"Aku minta maaf atas kesalahpaham ini. Pulang nanti kau ikut aku," ucap Theo merasa bersalah.
"Tolong jaga kekasih anda, Tuan. Agar dia tidak sembarangan melayangkan pukulannya ke orang lain!" Jessi meninggalkan Theo yang memandang punggungnya menjauh.
***
"Kenapa Melani bisa menamparmu?" Garaa memperhatikan pipi Jessi yang memerah.
"Aku tidak tahu, dia tiba-tiba melakukannya. Sudahlah jangan dibahas lagi, Garaa," Jessi malas mengingat kembali peristiwa tadi pagi.
"Hmm, kau mau makan apa?" Garaa melihat etalase penuh berbagai makanan.
"Aku akan memakan apapun asalkan enak hahaha," ucap Jessi sambil tertawa.
"Oke, asal jangan protes kalau berat badanmu naik," Garaa mengambil udang goreng, sosis, tempura, dan jangan lupakan ayam goreng yang menggoda.
"Garaa, disini!" Brian, rekan Garaa melambai kearah Garaa yang mengedarkan pandangan mencari tempat duduk. Garaa segera duduk didepan Brian, bersama Jessi disampingnya. Seketika suasana kantin berubah riuh dengan teriakan penggemar Theo saat ia berjalan memasuki kantin dan duduk di samping Jessi. Bisik-bisik terdengar jelas ditelinga Jessi. Pasti mereka mengutukku yang duduk diantara Garaa dan Theo.
Jessi menoleh dan mengangguk sekilas kearah Theo.
"Apa stok makanan di kulkasmu habis Theo sampai kau makan di kantin?" Garaa memandangi Theo penuh arti.
"Aku hanya ingin makan siang bersama Jessi," ucap Theo. Huuk hukk huk Jessi tersedak dan segera dia menyahut minumannya.
"Kau tidak apa-apa?" Garaa khawatir.
"Pelan-pelan kalau makan!" giliran Theo yang menunjukan rasa khawatirnya.
Jessi sudah tidak tahan duduk diantara mereka. Jessi berdiri dan berlalu pergi menyudahi acara makan siangnya.
***
Theo sedang bersikutat dengan laptop dan beberapa berkas di mejanya. Pandangannya teralihkan saat ponselnya berdering. Melani menghubunginya.
"Hallo, Theo."
"Hmm," Theo malas menanggapi sebenarnya.
"Maafkan aku, Theo. Aku sudah bertindak keterlaluan tadi."
"Kau harusnya meminta maaf pada Jessi, bukan padaku."
"Tidak! Aku tidak mau meminta maaf pada perempuan itu," bantah Melani.
"Ada yang mau kubicarakan. Dengarlah!" perintah Theo.
"Aku ingin mengakhiri hubungan kita. Aku merasa kita sudah tidak ada kecocokan, Mel. Maafkan aku," Theo berucap dengan hati-hati berusaha agar tidak menyakiti hati Melani.
"Kenapa tiba-tiba ingin putus? Apa salahku?Apa karena Jessi? Kau benar-benar ada hubungan dengan dia? Kau membuangku?" Melani berteriak melampiaskan amarahnya.
"Bukan karena Jessi! Aku memang merasa kita sudah tidak cocok Mel. Aku mohon tenanglah."
"Aku tidak terima kau memutuskan ku seperti ini, Theodore!" Melani mematikan sambungan telepon dengan kasar. Aku tidak terima kau membuang ku, Theodore.
Melani memencet ponselnya dan terhubung dengan seseorang.
"Aku punya tugas untukmu. Ikuti kemanapun Theo dan Jessi pergi dan laporkan padaku apapun itu!"
"Baik," suara di seberang menyahuti.
Aku tidak akan membiarkan kau hidup tenang Jessi, Melani menyunggingkan senyum liciknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
up up up.... 🎉🎉🎉
ijin promo thor 🍿🍿🍿
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",
kisah cinta beda agama 🍿🍿🍿
jgn lupa tinggalkan like and comment ya 🍿❤️❤️❤️
2020-10-16
1
Enisa Azlaa
aqu mampir thor😊
2020-10-03
1
Sept September
lama hilang
2020-09-12
1