#SahabatkuTernyataSudahMeninggal
#(Permintaan Terakhir)
Setelah selesai makan, aku mencari Fikran di teras ternyata dia tak ada, lalu ku periksa ke belakang dan saat membuka pintu seperti ada seseorang yang berdiri di balik pohon pisang dan menangis. Saat hendak mendekat ke pohon pisang tiba-tiba ada yang memanggilku dari depan rumah, aku lalu menuju ke depan dan ternyata itu adalah bos kami.
"Masuk bos." kataku mempersilahkan masuk,
"Iyah terimah kasih." kata dia.
"Mau minum apa bos biar saya buatin." kataku bertanya.
"Nggak usah Rian... kedatangan saya kesini mau ngomongin sesuatu.. tapi lebih baik kita obrolin ini di tempat lain jangan di sini." kata dia serius.
"Mau ngomong apa bos.. tapi gimna yah saya belum izin sama Fikran dia lagi keluar kayanya." kataku.
"Fikran tadi ketemu dengan bapak di jalan dia lagi pergi dan dia ngizinin kamu pergi dengan bapak." katanya meyakinkan.
"Gitu yah pak ok tunggu saya ambil jaket dulu." kataku lalu berjalan ke kamar.
Setelah memakai jaket aku lalu pergi bersama dengan bosku, setelah 15 menit memacu mobil kami berhenti di depan rumah, lalu bapak itu masuk ke dalam rumah yang ternyata adalah rumahnya.
5 menit kemudian dia keluar bersama seorang gadis yang mungkin umurnya tak jauh beda dengan aku. Lalu gadis itu duduk di belakang dan aku tetap berada di depan samping bosku.
"Bos kita mau kemana?" kataku masih bingung,
"Kita mau kepuncak... owh iyah di luar jam kerja panggil saja saya Pak Hendra." kata Pak Hendra tersenyum.
"Siap bos.. eh Pak Hendra."
20 menit berlalu kami telah sampai di puncak, nampak keindahan kota Palu jika di lihat dari puncak apa lagi malam hari, terasa damai dan tenang sekali.
"Bagus sekali kota Palu di lihat malam hari tapi sayang Fikran nggak ikut." kataku lalu duduk di rerumputan.
"Hai kenalin saya Putri.” kata Putri sambil menjulurkan tangannya.
"Iyaa kenalin juga saya Rian." kataku tersenyum lalu berdiri kembali.
Pak Hendra kini pergi agak jauh dan kulihat dia lagi asik merokok. Tapi tiba-tiba Putri langsung memelukku lalu dia menangis sejadi jadinya,
"Hey kamu kenapa menangis?, saya nggak ngapa-ngapain kamu." kataku terkejut.
Tapi Putri tetap menangis dan memelukku tanpa memperdulikan kata kataku, cukup lama dia menangis dan memelukku dan akhirnya dia diam dan mengusap air matanya.
"Jujur aku tuh sayang banget sama Fikran." kata Putri kembali menangis.
"Kenapa sih kamu ini sayang ke Fikran malah saya yang di peluk." kataku bingung.
Akhirnya untuk beberapa saat kami terdiam, aku hanya menatap lampu lampu kota dan mencoba untuk bertanya.
"Kamu pacar Fikran yah?" tanyaku lagi.
Mendengar perkataanku Putri kembali menangis dan memelukku.
“Lah nih cewe setiap gw bicara nangis mulu." batin ku.
Lalu Putri mengeluarkan kertas dari kantongnya.
"Mending kamu baca surat ini saja saya nggak kuat." katanya menyerahkan surat kepadaku.
Aku yang sudah penasaran ada apa dengan isi surat itu akhirnya aku baca, dan isi surat itu adalah.
"Putri... kayanya hubungan kita nggak akan bertahan lama soalnya saya takut suatu hari nanti ada yang akan membunuh saya karena saya tak ingin menjaga rahasia mereka yang ingin mengambil uang perusahaan papa kamu... tapi tenang saya pergi kamu nggak bakal sendirian karena sahabat saya Rian akan mendampingimu.. jika kamu sayang sama aku tolong kamu mau bersama Rian karena saya hanya bisa percaya kamu bakal bahagia dan tentunya kamu tau hanya dia sahabat saya yg paling baik yang selalu ada, jadi tolong kalian saling jaga yah.
Dan untukmu Rian jika kamu membaca pesan saya suatu hari nanti jangan lupain gw yah hahaha, maaf yah nggk pernah pulang kampung soalnya sibuk kerja emangnya kaya lo pengangguran hahahaha maaf yah bercanda. Sehat trus yah dan tenang kamu nggak bakal jadi pengangguran lagi soalnya kamu udah saya rekomendasikan sama Pak Hendra.
Owh iyah saya nitip Putri yah jagain dia kalau bisa nikahin pliss biar gw bahagia
Mmm nggak tau mau nulis apa lagi soalnya tulisan gw jelek intinya penuhi yah permintaan terakhirku pliss Rian lo nih orangnya keras kepala nggak mau nurutin kemauan gw, tapi sumpah gw nggak nyesel punya sahabat kaya lo malahan gw bangga punya sahabat kaya lo dari kecil. Sekali lagi gw minta maaf yah Rian karena ninggalin lo. Ini bukan candaan Rian saya nulis ini karena saya sudah punya firasat, jadi maaf yah dan tolong jangan benci gw Rian.”
Aku kemudian merobek kertas itu dan tertawa sambil menatap Putri.
"Prank nya nggak lucu sumpah!!" bentakku.
Nampak Pak Hendra berjalan ke arah aku dan mereka hanya diam saja.
"Maksudnya apa Pak?!, nggak lucu sumpah becanda beginiian!!, mending pak hendra antar saya sekarang juga!!" kataku emosi namun meneteskan air mata.
Mereka hanya diam dan akhirnya mereka pun mengantar aku ke rumah.
Sesampainya di depan rumah aku langsung turun tanpa berkata apa-apa kemudian aku langsung masuk kedalam rumah mencari Fikran.
"Fik gw udah pulang.. Fik... Fik.." kataku masuk ke dalam kamar.
Namun Fikran tidak ada di kamar lalu aku mencari kesemua ruangan rumahnya namun kosong tak ada siapa siapa lalu aku mencarinya kembali ke kamar seraya memanggil manggil namanya.
"Fik.. lo di mna gw udah pulang." teriakku keras.
Kemudian aku mendengar seseorang masuk lalu saya berlari ke depan.
"Fik... eh ngapain kalian masuk." kataku kepada Putri dan Pak Hendra.
"Rian tenangin diri kamu dulu." kata Pak Hendra.
Aku tak peduli dengan mereka aku terus melanjutkan mencari sahabatku, kemudian aku kebelakang rumah.
Saat membuka pintu kembali aku melihat seperti ada sesuatu yang berdiri di balik pohon pisang saya lalu berlari ke arah pohon pisang tersebut.
Saat aku telah dekat dengan pohon ternyata sosok itu adalah Fikran.
"Fik ngapain kamu malam malam di belakang rumah ayok masuk." kataku lalu menarik tanganya.
Namun anehnya aku tak bisa memegang tangannya lalu kembali mencoba meraih tangannya namun tetap saja tanganku hanya menembus tangannya.
"Rian cukup." kata Fikran,
Tanpa memperdulikan Fikran yang sedang berbicara aku tetap mencoba menyentuhnya namun gagal tanganku hanya menembus Fikran.
"Rian cukup!! sampai kpan kamu berpura pura menganggapku masih hidup??, lihat sekarang kau tak bisa menyentuhku!!, sadar woy gw dah mati!!" kata Fikran membentakku.
"Ini mimpi kan Fik? Rian bangun Rian ini mimpi buruk ayo bangun." kataku sambil menampar wajahku sendiri.
Tak berhenti disitu aku yang masih yakin ini hanyalah mimpi mengambil pecahan cermin lalu aku langsung melukai tanganku sendiri seraya berteriak.
"Bangun woy ini pasti mimpi." kataku mulai menangis.
"Cukup Rian jangan sakiti diri kamu tolong pliss jangan saya nggak kuat liat kamu bgini tolong berhenti." kata Fikran menangis sambil memandangku.
"Enggak Fik ini mimpi." kataku,
"Lihat Rian di sebelah kamu itu adalah makam ku." kata Fikran menunjuk makam itu.
Lalu hujan dengan derasnya turun menambah kesedihanku, aku hanya bisa berteriak lalu aku duduk karena sudah tak kuat lagi menahan kesedihan. Darah di tanganku kini terus mengalir perlahan aku tak kuat dan akhirnya aku tidak sadarkan diri, sembari menyentuh batu nisan sahabatku.
Keesokan paginya aku bangun ternyata aku berada di kamar Fikran dan tanganku telah di obati, rasanya badanku sangat lemas. Lalu aku kembali menangis mengingat sahabatku, Putri dan Pak Hendra lalu masuk dan mencoba menenangkan aku, karena keadaan aku yang masih lemas aku tak sanggup berdiri. Aku kadang tertawa sendiri lalu menangis mengingat masa masa bersama Fikran.
Saat siang, Putri dan Pak Hendra izin pamit dan berkata malam akan segera kembali, aku tidak peduli aku hanya diam saja. Setelah mereka pergi kini tinggal lah aku sendiri, aku mencoba untuk kuat namun rasanya munafik jika aku berkata bahwa aku akan mudah melupakan sahabat seperti dia.
{Flashback}
"Rian besok gw mau merantau lu mau ikut nggk." kata Fikran.
"Mau sih tapi paling nggak di izinin sama ortu gw." kataku.
"Yah gimana, bilng aja kita mau cari kerja." bujuk Fikran.
"Nggak ah gw mau nganggur dulu,baru juga lulus." kata ku tertawa.
"Yah LDR dong kita." kata dia tertawa.
"Apansih emang kita pacran dasar aneh lu." kataku ikut tertawa.
Begitu pahit mengingat semua kenangan bersama Fikran dan andai saja aku ikut dia waktu itu mungkin kami akan terus bersama hingga maut memisahkan.
Kini hari demi hari aku jalani tanpa bisa melihat kembali sahabatku. Aku hanya bisa datang ke makamnya tiap hari dan membacakan dia doa terbaik dari sahabat terbaik. Walau berat namun kucoba untuk tetap kuat aku tetap bekerja di pabrik pengemasan. Dan karyawan di situ sangat sedih melihatku yang awalnya sering tertawa dan banyak berbicara kini hanya diam saja.
Aku lalu masih penasaran kenapa sahabatku itu meninggal dan setelah aku telusuri ternyata dia di bunuh di tempat kerja yaitu di pabrik pengemasan garam tepatnya di gudang penyimpanan garam. Aku lalu masuk ke dalam gudang tersebut dan melihat sekeliling gudang ternyata terdapat 2 CCTV aku lalu menanyakan ke salah satu karyawan.
"Itu bukannya cctv knpa kita tdk lihat saja di situ siapa tau ada bukti bukti pembunuhan." kataku.
"Katanya sih cctv itu sudah rusak 1 tahun yg lalu." kata dia.
"Itukan baru katanya coba saja dulu!!" kataku membentak.
Kemudian kami mencoba mengecek kembali dan beruntung salah satu cctv masih dalam keadaan on. Kami lalu memeriksa rekaman cctv itu dan benar saja dalam rekaman itu sangat nampak jelas betapa kejamnya mereka bertiga menyiksa dan membunuh.
Di pukulnya kepala Fikran menggunakan balok lalu seseorang ingin mengayunkan celur*t ke atas kepalanya, karena kaget Fikran menangkisnya dengan tangan kiri yang berakibat tangannya hampir putus, kemudian Fikran di siram menggunakan bens*n lalu membak*r Fikran hidup hidup, nampak mereka bertiga tertawa puas kemudian mereka mengubur Fikran dengan garam sebelum mayat Fikran di temukan.
Saya yang dari tadi melihat hanya bisa menangis.
"Siapa mereka!!" tanyaku.
"Mereka Reza, Agus, dan Bima." jawabnya,
Mendengar nama itu aku ingat mereka adalah bagian pemasaran dan aku dengar mereka belum pergi, dengan cepat aku mengambil pisau tapi sebelum aku sampai di depan mereka bertiga, aku di tahan oleh karyawan karyawan lain.
"Woy sini kalian dasar ibl*s.. saya akan balas dendam atas kematian Fikran." kataku mencoba melepaskan diri.
Mendengar kata-kata tersebut mereka bertiga kaget lalu berlari karena rahasia yang mereka sembunyikan akhirnya ketahuan. Namun sayangnya mereka di tahan oleh karyawan lain yg sudah di beri tau. Tidak butuh waktu lama mobil polisi datang untuk menjemput mereka.
"Pak tolong jangan bawah mereka biar saya yg bunuh mereka pak sy mohon." kataku menangis,
"Sabar mas kami pasti akan memberikan hukuman yang setimpal untuk pelaku." kata polisi itu kemudian berlalu.
Aku kini di peluk karyawan karyawan yang ada di situ.
"Sabar Rian kami juga sangat kehilangan sosok Fikran tapi pasti dia sedih di atas sana jika melihat kamu balas dendam." kata karyawan ikut menangis.
"Iyaa Rian sudah, mereka pasti menyesal di penjara." kata mereka lagi.
Cukup lama kami larut dalam kesedihan Pak Hendra lalu datang.
"Rian saya tw kamu sangat terpukul atas kematian Fikran tapi fikirkan juga dia di sana.. jika kamu membalas semua perbuatan mereka apkah Fikran bisa kembali?? tidak Rian dia pastinya sangat sedih jika melihat kamu membunuh seseorang." kata Pak Hendra.
Perkataan Pak Hendra ada benarnya pasti Fikran sangat kecewa jika melihat aku berubah jadi jahat. Aku lalu mencoba untuk tidak larut dalam kesedihan dan membiarkan aparat penegak hukum yang menyelesaikan masalah ini.
Tak terasa 1 tahun aku telah tinggal di rumah Fikran dan pastinya setiap hari aku pergi ke makamnya.
"Fik udah 1 tahun nih tinggal di rumah lo nggk kerasa yah udah 1 tahun juga lo nggak ada." kataku memnyentuh batu nisan Fikran.
"Eh maaf saya nggak boleh nangis di depan makam lo.” kataku lalu mengusap air mata.
"Fik permintaan lo itu. kayaknya gw udah mulai jatuh hati nih sama sih Putri tapi gimna yah nyesek aja gitu. Rasanya kek nikung sahabat sendiri." kataku,
"Fik gw mau nikah sama Putri tapi klw lo cemburu yaudah nggk jadi." kataku tertawa.
Setelah memanjatkan doa aku lalu pergi ke rumah Putri untuk membahas pernikahan dan beberapa minggu kemudian kami menikah.
Aku dan Putri memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Fikran dan kebiasaan kemakam Fikran aku tetap jalani bahkan jika tidak sibuk Putri ikut bersamaku memanjatkan doa untuk Fikran.
1 tahun berlalu kini Putri telah melahirkan anak laki-laki dan kami sepakat menyematkan nama Fikran untuk anak kami yang baru lahir.
Tamat Tapi Bersambung
author: Lanjut di bagian pembalasan seorang anak dan tragedi keluarga fikran ya teman teman.
...Like...
...Vote...
...Komen...
...Share...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments