Malam hari, Nadia baru saja terbangun dari tidurnya. Dengan rasa pegal-pegal ditubuhnya ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam, "Astaga, bagaimana bisa aku ketiduran sampai jam segini. Apa yang harus aku lakukan?" Dengan buru-buru Nadia memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Nadia berada di dalam kamar mandi, ia pun segera keluar dari sana dengan pakaian santai. "Semoga saja tuan David belum bangun, aku harus menyiapkan makan malam untuk ya".
Ceklek!
Saat Nadia membuka pintu kamarnya, ia melihat suasana di luar kamar tampak sangat gelap, sehingga ia hanya bisa melihat cahaya kecil dari luar menyinari apertemen tersebut, "Gelap seperti ini, itu tandanya tuan David belum bangun dari tidurnya. Tapi bagaimana caranya aku bisa menyalakan lampu di ruangan ini? aku tidak melihat stok kontak di dinding" Gumam Nadia mencari-cari di setiap dinding.
Hampir 10 menit lamanya Nadia mencari-cari, ia masih saja belum menemukannya. "Sebaiknya aku membangunkannya saja dari pada aku mencari-cari tapi tidak ketemu juga".
Tok.. Tok...
"Tuan, ini saya Nadia. Apa tuan ada didalam?".
Tidak ada jawaban.
Tok.. Tok..
"Tuan" Panggil Nadia kembali.
Dan lagi-lagi tidak ada jawaban dari dalam kamar David.
"Kenapa dia tidak menjawab ku? apa dia sedang berada di dalam kamar mandi?" Nadia mencoba memasuki kamar David. Namun tiba-tiba saja ponsel Nadia berdering sehingga ia tidak jadi membuka pintu kamar tersebut. "Zico? ada apa di menghubungi malam-malam seperti ini?".
"Iya Zico ada apa?".
"Kamu dimana Nad?".
"Dirumah".
"Kamu tidak sedang sibuk? aku ingin mengajak mu ke cafe teman aku yang baru buka, dia mengundang ku kesana".
"Lalu? kenapa kamu tidak pergi saja Zico? sepertinya aku tidak bisa".
"Kenapa? apa kamu sedang sibuk sehingga kamu tidak bisa menemani ku pergi kesana? ayolah Nad, kali ini saja. Aku sudah berjanji kepadanya kalau aku akan datang bersama dengan seorang wanita".
Nadia terdiam, "Kalau gitu aku tutup dulu Co, nanti aku hubungi kamu kembali" Ucap Nadia mematikan ponselnya. Kemudian ia melihat pintu kamar David kembali dan mengetuk pintu itu lagi. Dan lagi-lagi tidak ada jawaban dari dalam kamar David, dengan rasa penasaran, akhirnya Nadia memberanikan diri membuka pintu kamar tersebut.
Ceklek!
"Tuan, ini saya Nadi..a" Gantung Nadia saat ia melihat seisi kamar David yang juga terlihat sangat gelap sekali, bahkan satu titik cahaya pun tidak ada disana, "Sepertinya dia tidak ada dikamar. Lalu kemana perginya dia tampa memberitahu ku? Hhhmmmss.. Sebaiknya aku mendatangi Zico, siapa tau ada hal penting mengenai pekerjaan" Nadia pun segera menghubungi Zico kembali.
Sekeluarnya Nadia dari dalam hotel, ia memasuki sebuah taksi menuju alamat yang baru saja Zico kirim kedalam ponselnya. "Tidak usah buru-buru ya pak".
"Baik nona".
20 menit perjalan, kini taksi yang Nadia tumpangi telah tiba di cafe baru Refano yang terlihat sangat elegan. Sembari tersenyum, ia pun segera berjalan kearah Zico yang sedang menunggunya di depan pintu cafe. "Zico" Panggilnya.
"Nadia" Senyum Zico dengan lebar. "Akhirnya kamu datang juga. Terima kasih".
"Apa kamu sudah menunggu ku terlalu lama? maafkan aku, tadi aku menyuruh pak supir taksi jalan dengan pelan saja".
"Tidak apa-apa, yang penting kamu sampai dengan selamat. Ayo masuk" Ajak Zico membawa Nadia ketempat yang telah Refano sediakan untuk mereka berdua.
"Wah.. Zico, kenapa tempat ini indah sekali" Senang Nadia menatap kearah lampu cahaya kota.
"Kamu menyukai tempat ini?".
"Mmmmm" Senyumnya.
"Duduklah, kamu mau makan apa?".
"Seperti biasa saja Co".
"Baiklah" Zico segera memesan steak kesukaan Nadia dan juga dirinya.
"Itu saja tuan?" Tanya si pelayan.
"Mmmmm.. Dan saya mau anggur merah dari prancis".
"Baik tuan, mohon tunggu sebentar" Si pelayan segera menyiapkan pesanan Zico dan Nadia.
Sambil menunggu pesanan mereka tiba, Nadia tak henti-hentinya menikmati pemandangan disana sambil menunjukkan senyuman lebarnya. "Nadia" Panggil Zico.
"Iya".
"Aku ingin memberitahu mu sesuatu yang sangat serius".
"Apa itu Zico? kamu membuat ku penasaran saja".
Zico tersenyum, lalu ia dengan pelan menarik pergelangan tangan Nadia dengan lembut dan mengelusnya dengan sayang. Nadia mengerutkan keningnya, ia tidak tau apa maksud dari genggaman tangan Zico, "Zico. Ada apa? kenapa tiba-tiba seperti ini?".
"Nadia".
"Kenapa?".
"Aku.. Aku.. Aku mencintai mu Nadia".
"Apa?" Kaget Nadia dengan mata membulat. Lalu ia dengan cepat melepaskan genggaman Zico dari tangannya. "Hahahahha.. Sepertinya kamu sedang bercanda Zico".
"Aku tidak sedang bercanda Nadia. Aku mengatakan yang sebenarnya, aku benar-benar mencintai mu sejak awak kita bertemu".
"Maafkan aku Zico. Aku tidak bisa".
"Kenapa Nad?".
"Sebenarnya.. Ck, maafkan aku Zico, aku belum bisa mengatakan yang sebenarnya kepada mu. Maafkan aku".
Zico terdiam menatap wajah Nadia dengan tatapan kosong. Dan tatapan itu membuat hati Nadia tidak tega kepada Zico yang sudah mencintai dia dan melindungi dia selama ini. "Zico, kenapa harus aku? kenapa harus aku yang kamu cintai? padahal diluar sana sangat banyak wanita yang menggilai kamu untuk menjadi kekasih mu".
"Karna aku hanya mencintai kamu saja Nadia. Hanya mencintai kamu".
Nadia menghela nafas melihat sebelah kanannya, "Tapi aku tidak bisa membalas cinta mu Zico".
"Kenapa Nad? apa kamu memiliki orang lain?".
"Mmmmm.. Untuk saat ini aku belum bisa mengatakan yang sebenarnya. Maaf, aku pergi".
"Nadia tunggu" Tahan Zico langsung mengejarnya. "Jangan pergi, jangan tinggalkan aku Nad" Ucapnya dengan tatapan sendu.
"Maafkan aku Zico, aku harus pergi. Seseorang pasti sedang menunggu ku" Balas Nadia melepaskan tangan Zico. Namun, sebelum Nadia berhasil melepaskan tangan Zico, dengan cepat Zico menarik tubuh Nadia kedalam pelukannya.
"Jangan pergi, aku mohon jangan tinggalkan aku Nadia".
Nadia terdiam sambil terkejut dengan apa yang baru saja Zico lakukan dan juga tatapan para tamu disana membuat Nadia merasa tidak nyaman. "Lepaskan aku Zico" Dorong Nadia.
"Aku tidak akan melepaskan kamu Nad".
"Aku mohon lepaskan aku Zico, kamu tidak melihat semua tatapan mereka sedang tertuju kepada kita berdua".
"Aku tidak peduli Nad".
Nadia yang tidak tahan dengan apa yang telah Zico lakukan, dengan tenaga kuat, ia pun akhirnya mendorong tubuh Zico kembali seperti yang tadi ia lakukan. Setelah itu ia pergi meninggalkan Zico tampa mengucapkan sepatah dua kata kepadanya.
Dengan rasa kasihan, Refano yang melihat kejadian tersebut, ia segera menghampiri sang sahabat yang sedang terpuruk, "Sabar bro, sepertinya kamu harus lebih berjuang lagi untuk mendapatkan cintanya" Zico menatap Refano yang sedang menepuk punggungnya, kemudian Refano tersenyum. "Kamu tenang saja, soal percintaan kamu harus lebih banyak belajar lagi untuk memenangkan perasaan wanita".
"Apa kamu juga pernah mengalami hal seperti ini?".
Refano tertawa kecil, "Tentu saja pernah, bahkan rata-rata laki-laki di dunia ini pernah mengalami hal seperti ini. Jadi kamu tidak usah berkecil hati seperti itu, masih ada kesempatan untuk mengejar cintanya. Percaya pada ku".
Zico pun akhirnya tersenyum tipis, "Apapun yang terjadi, dia harus menjadi milik ku".
"Bagus" Angguk Refano tanda ia setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments