Begitu Nadia mematikan ponselnya, Hendra langsung terlihat kesal kepadanya. "Kurang ajar, berani sekali dia melawan oran...
Ceklek!
"Pa" Senyum Elisa memasuki ruangan Hendrawan.
"Mmmm.. Ada apa?" Tanya Hendrawan dengan ketus.
Elisa mengerutkan keningnya, "Ada apa pa? wajah papa kok terlihat murung sekali?".
"Hhhmmsss.. Adik kamu, akhir-akhir ini dia selalu mengabaikan panggilan papa".
"Oohh.. Nadia" Gumam Elisa. Kemudian Elisa tersenyum, "Oohh iya pa, besok malam Riwan kembali dari amerika. Aku mau papa mengundang dia makan malam dirumah".
"Terserah kamu saja".
"Baiklah. Kalau gitu Lisa keluar dulu pa" Ucap Elisa dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Mmmmmm".
Begitu Elisa berada di luar, "Yes.. Riwan sedang apa yah?" Gumam Elisa menghubungi nomor Riwan. "Hallo sayang, kamu sedang dimana?" Tanyanya dengan manja setelah Riwan mengangkat panggilannya.
"Aku lagi berada di kantor sayang. Ada apa mmmmm?".
"Hehehhe.. Tidak, aku hanya merindukan mu saja Riwan sambil ingin memberitahu mu kalau papa besok malam ingin mengundang mu makan malam dirumah begitu kamu tiba di indonesia".
"Oohh, baiklah aku akan datang kesana".
"Mmmmm.. Kalau gitu aku tutup dulu ya".
"Mmmmmm".
Sedangkan Nadia yang sedang berada di lapangan, ia tak henti-hentinya mengenal lelah bersama dengan Zico dan lainnya. "Minumlah, kamu terlihat lelah sekali" Ujar Zico memberikan botol minum kepada Nadia.
"Terima kasih Zico, kamu tau saja dari tadi aku sudah haus sekali".
"Apa kamu belum lapar? ini sudah jam 2 tapi kenapa mereka belum menyuruh kita makan siang".
"Entahlah, aku juga sudah lapar sekali".
"Hhhmmsss" Dengus Zico melihat sekitar mereka. Lalu ia melihat si ketua mendatangi lapangan, "Itu ketua mendatangi kita" Ucap Zico.
"Mana?".
"Disana".
"Akhirnya, ayo".
"Tunggu".
"Ada apa?".
"Tunggu dulu, sepertinya dia berjalan kearah kita".
Begitu si ketua berdiri dihadapan mereka berdua, "Nadia?".
"Siap pak" Jawab Nadia.
Ia tersenyum kepada Nadia dan juga Zico, "Kalian berdua mari ikut saya".
"Siap pak" Ikut mereka dari belakang. Setibanya di ruangan si ketua, Nadia dan Zico tampak sangat asik melihat isi ruangan tersebut. "Maaf pak, ada apa bapak memanggil kami berdua kemari?" Tanya Zico dengan sopan.
"Kalian berdua duduklah dulu".
"Baik pak" Angguk mereka.
"Saya langsung ke intinya saja. Ini surat penugasan kalian berdua di kantor pusat".
"Apa?" Kaget Nadia dan Zico dengan senyum mengambang di wajah mereka.
"Mmmmm.. Saya harap kalian menyetujuinya dan mulai besok kalian berdua sudah bisa libur selama dua minggu ke depannya untuk mempersiapkan diri".
"Baik pak, terima kasih banyak terima kasih banyak" Senang mereka berdua sambil tertawa kecil.
"Sekarang kalian berdua boleh pergi".
"Baik pak".
Berada di luar, Zico tak henti-hentinya menunjukkan rasa bahagianya kepada Nadia dan juga sekitar mereka. "Nad, aku bahagia sekali".
"Sama Co, aku juga bahagia sekali. Lalu kamu langsung pulang kerumah?".
"Kamu?" Tanya balik Zico.
"Mmmmm.. Aku langsung kembali kerumah. Soalnya tadi siang papa ingin mengajak ku bicara, tapi aku tidak bisa karna kita sudah diarahkan kemari".
"Oohh.. Kalau gitu lain kali saja. Aku juga ingin bicara dengan mu mengenai hal serius, sekalian merayakan hari penugasan kita dan juga tim yang lainnya".
"Baiklah, kamu langsung kabari aku saja. Kalau gitu aku duluan dulu ya Zico, ini sudah jam 4 sore".
"Mmmmm.. Kamu hati-hati dijalan".
"Siap" Senyum Nadia meninggalkan dirinya.
Seperginya Nadia meninggalkan dirinya, Zico mengeluarkan ponselnya. "Hallo Refano, kamu dimana? bisakah kamu menjemput ku kemari?".
"Aku akan kesana" Balas Refano.
"Mmmmm, aku akan menunggu mu".
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Refano untuk menempuh perjalan menuju tempat Zico berada saat ini, ia pun langsung tiba disana. "Hallo bro, apa kabar mu?" Senyum Refano memeluk sang sahabat.
"Baik" Balas Zico.
"Wah.. Selamat yah, akhirnya kamu berhasil juga menjadi seorang polisi. Tidak sia-sia selama ini kamu berjuang. Ayo, aku akan mentraktir mu makan sepuasnya" Ajak Refano membawa Zico ke restoran biasa mereka berdua. Tampa menolak ajakan Refano, Zico pun dengan senang hati memasuki mobil sang sahabat menuju restoran tersebut.
"Oohh iya Co, bagaimana dengan pendidikan mu selama ini? Waktu pelantikan mu aku minta maaf karna tidak bisa menghadirinya".
"Tidak apa-apa. Seperti biasa, selama pendidikan aku sangat menikmatinya. Yah, pahit untuk di ulang dan manis untuk di kenang".
"Hahahahaha" Tawa Refano. "Sekali lagi selamat bro, aku berharap kamu selalu sukses kedepannya".
"Kamu juga, lalu bagaimana dengan cafe baru mu? aku dengar-dengar kamu sedang membuka cafe di sekitaran sini".
"Mmmmm.. Tadi pas kamu menelpon ku aku sedang berada di cafe".
"Pantas saja kamu cepat tiba disana. Lalu kapan kamu akan mengajak ku untuk menikmati secangkir kopi racikan kamu?".
"Kapan kamu mau saja bro".
"Baiklah, aku akan datang kesana bersama dengan..." Gantung Zico memikirkan Nadia.
"Bersama siapa Co?" Penasaran Refano. Kemudian ia tersenyum, "Apa dia seorang wanita?".
"Hhhmm?".
"Hey.. Ayolah Zico, kenapa wajah mu tiba-tiba terkejut seperti itu. Apa dia benar seorang wanita?" Zico tersenyum tanda ia menjawab pertanyaan dari Refano. "Wah, sekarang kamu sudah punya wanita".
"Tapi aku belum berani mengungkapkan perasaan ku kepada dia Van".
"Apa? kenapa? jadi kamu belum mengungkapkan perasaan mu kepada dia".
"Mmmmm.. Aku belum punya keberanian untuk mengatakan perasaan ku yang sebenarnya kepada dia. Menurut mu, apa sebaiknya aku memberitahu dia?".
"Tentu saja bro, keburu orang lain yang duluan. Lagian kamu kenapa menjadi pria pengecut seperti ini sih? kemana Zico yang selama ini aku kenal?".
"Aku juga tidak tau Van. Entah kenapa aku sangat takut sekali kalau dia mengetahui perasaan ku yang sebenarnya".
"Yang kamu takutkan apa?".
"Aku takut dia jadi menghindari ku begitu ia tau kalau aku menyukainya".
"Percaya pada ku, rata-rata wanita di depan laki-laki memang seperti itu. Dia akan terlihat seperti menganggap kita itu hanya sebatas teman saja, tapi hatinya berkata lain".
Zico tampak memikirkan kata-kata yang baru saja Refano lontarkan, "Sepertinya ada benarnya juga" Ucap Zico mengingat setiap kali mereka bersama, Nadia selalu melemparkan senyum manisnya kepada dirinya
"Bagaimana bro? apa kamu masih belum yakin dengan apa yang baru saja aku ucapkan?".
"Sepertinya aku mempercayainya. Lalu apa yang harus aku lakukan?".
"Ck, kamu benar-benar tidak tau apa-apa tentang percintaan. Begini saja, kapan kamu akan mengajaknya ke cafe baru ku?".
"Aku harus memberitahunya dulu".
"Terus kapan kamu akan memberitahunya?".
Zico terdiam memikirkan kapan waktu yang tepat bagi dirinya mengajak Nadia untuk berdua. "Menurut mu kapan waktu yang tepat Van?" Tanya balik Zico.
"Bagaimana kalau malam minggu saja?".
"Aku rasa itu ide yang bagus" Jawab Zico setuju.
"Baiklah, aku akan menyiapkannya untuk kalian berdua".
"Thank you bro" Senang Zico.
"Sama-sama. Kita sudah tiba" Ucap Refano memarkirkan mobilnya di depan restoran tersebut. "Ayo".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments