Ceklek pintu kamar terbuka dan.
Byuur..., Gera menyiramkan air yang ada di tangannya.
"Astaghfirullah." Teriak seseorang yang membuat Gera terkejut dengan apa yang ia lakukan.
"BIBI!" teriak Gera dengan menutupi mulutnya dan dengan mata yang membulat sempurna dikala melihat siapa yang ia siram.
"M-maaf Bi? aku kira manusia planet itu," ujarnya dengan mengusap air diwajahnya Bi Asih.
"Ngak papa kok Non. Untung saja hanya sedikit yang Non siramkan." Tak ada kemarahan dari Bi Asih yang ia tunjukkan justru senyuman yang hangat.
Tak terasa air mata Gera meluncur membasahi kedua pipinya yang putih mulus.
"Loh. Non malah nangis?" kata Bi Asih.
"Aku teringat sama Ayah dan Ibu." Gera memeluk tubuh Bi Asih yang mulai menua.
"Non, bisa menganggap Bibi seperti ibunya Non sendiri."
Gera menatap wajah Bi Asih yang penuh dengan kehangatan sebagai seorang ibu.
Bara yang melihatnya ia pun meneteskan air matanya.
Bukan kamu saja Ge. Yang merindukan sosok ibu. Aku juga.
"Bi, Bibi bisa membantu saya ngak!" Tanya Gera dengan wajah sedih.
"Bantu apa Non," jawab bi Asih.
"Bantu saya untuk kabur dari rumah ini."
"Non. Kalau itu Bibi gak bisa membantu?" ujarnya dengan senyum dan membelai lembut rambut Gera.
"Tapi kenapa Bi?!" desak Gera lagi.
Bi Asih tak menjawabnya hanya tarikan napas panjang darinya.
"Non, Bibi mau kedapur dulu ya? soalnya banyak pekerjaan yang belum selesai. Emm, satu lagi Non...."
"Apa Bi?" tanya Gera dengan heran.
"Semoga Non, betah di rumah ini." Kata Bi Asih dengan senyum lalu pergi meninggalkan Gera yang masih terdiam atas ucapannya.
Gera berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa meloloskan dirinya dari sekapan Bara.
Ting...tong....
"Ma, siapa yang datang," seru Huda Atmaja pada Lisa istrinya.
Lisa mengangkat kedua bahunya.
"Mana Mama tau? dilihat juga belum," timpalnya dengan beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.
Ceklek....
"Danis? sama siapa kamu datang?!" tanya Lisa dengan celingukan mencari seseorang.
"Sendirian lah Mah." Danis menerobos masuk ke dalam membuat Lisa geleng-geleng kepala.
"Bukankah kamu sudah menikah, mana istrimu?" lanjut Lisa sang Mama.
"Sstttttt." Danis meletakan telunjuknya di bibir Lisa. Membuat Lisa mengerutkan keningnya heran.
"Apa!" suaranya terdengar pelan.
"Aku sudah menjualnya Mah. Kita kaya-raya Mah. Kekayaan kita melebihi Bara Mah,". bisiknya dengan senyum.
"Kita akan menghancurkan perusahaan Bara. Sekarang kita menjadi orang no satu di dunia tak satupun yang bisa mengalahkan kekayaan kita karena aku sudah menjual istri miskin ku dengan harga yang fantastis Mah," tuturnya seraya tersenyum menyeringai licik.
"Kamu jual dia dengan harga berapa?" tanya Lisa dengan senyum berbinar anak dan ibu sama-sama mata duitan.
"Ada seorang lelaki misterius yang menawar dia dengan harga sepuluh M."
"APA!" seru Lisa dengan mulut mengngaga dan membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna ia tak percaya mendengar ucapan Danis.
"Sudah aku bilang jangan keras-keras. Apa Papa ada di rumah?!" tanya Danis yang di anggukan oleh Lisa.
"Danis, apa istrimu itu cantik."
"Banget Mah. Kalau wajahnya pas-pasan pasti ia ditawar dengan harga murah paling banter pasti diatas Ratusan juta saja."
"Sekarang uangnya mana. Biar Mama yang menyimpannya dalam brankas." Lisa mengusulkan agar Danis setuju dengan usul Lisa.
"Belum semua uangnya. Baru Dua Milyar saja." Jelas Danis.
"Tak apa. Yang penting kita kaya."
"Siapa yang kaya Mah," sahut Huda Atmaja yang menuruni anak tangga.
Lisa tersenyum manis menangapi perkataan suaminya,"Oh...em itu pah temannya Danis ia mendapatkan bonus dari kantornya," bohong Lisa dengan mengedipkan sebelah matanya pada Danis agar Danis setuju dengan kebohongan darinya.
"Iya Pah, benar kata Mama," jawab Danis dengan terbata-bata.
Huda Atmaja tersenyum tipis menanggapi perkataan dari anak dan istrinya. Ia tau kalau anak istrinya mata duitan. Kenapa temanya Danis yang mendapatkan bonus, kok mereka berdua yang bahagia? sikap mereka membuat Huda Atmaja menaruh curiga namun apa? itu yang harus di selidiki.
Papa tak sebodoh yang kalian kira. Papa tau kalau kalian sudah membohongiku, aku harus menyelidiki semuanya. Baiklah aku punya ide bagus.
*Aku harus mengerahkan anak buah ku untuk menyelidikinya aku gak boleh kecolongan olehnya*.
Huda Atmaja tersenyum dan mengangguk sambil berjalan menuju sofa.
"Mah, besok Papa mau pergi kerumah sahabatnya Papa, mau menanyakan tentang perjodohan anaknya dengan Bara. Papa ingin melihat Bara berumah tangga agar hidupnya ada yang mengurusnya, tak seperti sekarang ini? hari-harinya ia habiskan dengan pergi ke Club' untuk mabuk-mabuk kan, dia jarang pulang tuk sekedar menengok Papa." Huda Atmaja mengeluarkan semua unek-uneknya dengan tatapan sedih melihat keadaan Putra sulungnya itu.
"Mama ikut saja. Memang seharusnya dari dulu kita mencarikan jodoh untuk Bara, agar ia terurus dan terawat. Tak seperti sekarang ini Bara sudah seperti gembel saja." Sindir Lisa membuat Huda Atmaja menatap wajah Lisa tak suka.
Lisa yang menyadari bahwa dirinya menjadi pusat kekesalan Huda. Ia mengalihkan pembicaraan dengan bertanya pada Danis.
"Dan. Pasti kamu laper ya' ayok makan, Mama sudah masak sup kesukaan kamu," Lisa menarik tangan anak kesayangan itu.
"Iya Mah."
Danis dan Lisa berjalan menuju ruang makan.
Huda menyentak napasnya yang terasa sesak, bagaimana pun ia tak mau anaknya yang selalu disalahkan oleh Lisa. Dari awal Bara tak setuju bila Huda menikah lagi dengan Lisa yang menurut Bara Lisa bukan wanita yang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
linda sagita
suka sama alurnya
2022-03-17
0
Laras Azfar
penasaran di tunggu kelanjutan nya thor semangat
2022-01-12
0