Perdebatan antara keduanya masih terus berlangsung sehingga bi Asih melerainya dengan seulas senyuman.
"Den Bara dan Den Luis, kalian berdua sudah menganggu gadis itu," ucap bi Asih dengan menunjuk ke arah Gera yang masih pingsan.
"Baik Bi. Akan saya periksa dulu." Dokter Luis melempar senyum jenakanya pada Bi Asih.
Gera sangat takut, kalau Dokter Luis akan berbuat jahat terhadapnya. Karena ini pertama kalinya ia berkontraksi dengan pria. Semenjak ia pacaran dengan Danis, Gera tak pernah bersentuhan langsung dengan Danis. Gera berkomitmen sebelum halal dimata agama maka dirinya tak akan mau di sentuh oleh siapapun termasuk Danis kekasihnya.
Saat tangan Dokter Luis akan memeriksanya tiba-tiba Gera menggerakan tubuhnya agar Dokter Luis tak jadi memeriksanya.
"K-kamu siapa?!" tanya Gera pura-pura tak tau.
Dokter Luis tersenyum ramah.
"Saya hanya mau memeriksa keadaan kamu saja, tak ada maksud lain," kilahnya lagi membuat Bara mendelikan matanya kearah Dokter Luis.
Gera beranjak dari tidurnya untuk duduk namun ia merasakan sakit kepala yang luar biasa karena benturan keras tadi membuat keningnya lebam. Gera meringis kesakitan dan mengelus keningnya.
"Boleh saya lihat?! lukanya." Dokter Luis mendekat ke arahku.
Aku hanya pasrah karena saat ini aku merasakan sakit kepala yang semakin berdenyut. Semoga ia bisa memberikan obat agar nyeri di keningku mereda.
Dokter Luis meniup kening ku dengan senyum.
"Lukanya cukup lumayan, nanti akan saya berikan salep pereda nyeri, jangan lupa dioleskan setiap pagi dan malam," ujarnya lagi.
Aku hanya tersenyum mengangguk pelan.
"Terimakasih Dok," ucapku dengan senyum.
Ia hanya tersenyum simpul dan menatap Bara dengan senyum yang penuh arti. Ia membisikan sesuatu pada nya. Entah apa yang di bisikan oleh nya. Keduanya pun tersenyum.
Keduanya sih tampan, tapi yang namanya Bara lebih tampan, gagah dan berwibawa hanya satu kekurangannya yaitu sombong, angkuh dan sedikit kejam. Ehh. Kok aku malah mengagumi sosok lelaki itu? seharusnya aku gak boleh punya rasa empati pada seorang lelaki, apalagi dia mas Danis suami sendiri yang sudah tega menjual Aku padanya. Tepatnya sih mantan suami, merutuki kekonyolan ku yang diam-diam mengaguminya.
"Jangan lupa diminum obatnya dan oleskan salepnya juga biar cepat sembuh lukanya," Ujar Dokter Luis dengan menyodorkan obat padaku.
"Terimakasih Dokter," jawabku dengan mengambil obatnya.
Keduanya pergi meninggalkan aku sendiri dalam kamar yang megah ini. Sebelum benar-benar menutup pintu Bara berkata pada ku.
"Jangan lupa dimakan buburnya, nanti Bi Asih akan kemari untuk mengambil mangkuknya," Ia berkata dengan nada super dingin dan menutup pintunya.
"Dasar manusia aneh! dikit-dikit marah. Dikit-dikit baik' jadi orang kok aneh. Aku heran kenapa bisa ada manusia seperti itu, Kira-kira mamanya dulu nyidam apaan sih." Gera terus mengomeli Bara. Tanpa ia sadari bahwa dirinya ada yang mengintipnya di balik pintu kamar nya.
Suaranya terdengar keras sehingga Bara yang akan masuk ke kamarnya pun terhenti setelah mendengar ocehan Gera yang sedang mengerutuki dirinya. Bukanya marah Bara justru tersenyum manis padanya walaupun Gera tak melihatnya.
Gera yang masih dalam keadaan marah, ia beranjak berdiri dan menirukan gaya bicaranya Bara yang mengatakan bahwa dirinya harus makan.
Gera menirukan gaya bicaranya Bara dengan berkacak pinggang seraya berkata.
'Jangan lupa dimakan buburnya, nanti Bi Asih akan kemari untuk mengambil mangkuk nya'
Dia pikir aku mau makan. Ogah. Aku mau mogok makan biar aku cepat mati, biar bisa bertemu dengan ibu dan ayah.
"Siapa yang mau mati! dirumah ini tak boleh ada yang mati." Suara bentakan Bara membuat Gera terkejut sehingga ia melompat ke atas ranjangnya karena sangking keterkejutannya.
Tak ada jawaban dari Gera. Hanya tatapan yang mengintimidasi darinya, membuat Bara menyungingkan bibirnya.
"Bisakah Anda kalau masuk ketuk pintu dulu?!" tanya Gera.
"Untuk apa saya ketuk pintu segala! ini rumah saya. Suka-suka saya dong. Termasuk mau makan kamu." Ucap Bara dengan melipat tangannya di atas perut.
"Kok diam saja. Ayok. Bicara."
Gera malas sekali untuk meladeni Bara. Gera memilih pergi ke kamar mandi untuk mengademkan lelah hati dan pikiran nya.
"Saya belum selesai ngomong. Enak saja kamu main pergi meninggalkan saya," geramnya lagi dengan menarik lengannya Gera membuat Gera meringis kesakitan.
"Saya mau kekamar mandi. Situ. Mau ikut!" jawab Gera dengan sinis.
"Boleh kalau kamu gak keberatan."
"KAMU." Tunjuk Gera pada Bara membuat Bara terkekeh geli melihat wajah Gera yang seketika berubah menjadi pucat pasi.
"Baiklah." Tantang Gera.
Saat Gera menuju kamar mandi dengan hati tak menentu.
"Kamu. Beneran mau ikut?! aku mau pup," bohongnya agar Bara tak jadi ikut dengan nya.
"Gak masalah buat saya."
Setelah sampai di pintu kamar mandi gera membalikan badannya menghadap Bara yang masih mengikuti nya dari belakang. Gera bertanya lagi untuk memastikan Bara apakah benar-benar serius ikut masuk.
"Beneran ikut."
Bara tersenyum manis dan anggukan kepalanya tanda ia serius,"jorok!" ucap Gera dengan mengerucutkan bibirnya dan dengan kilat Ia masuk mengunci pintu kamar mandi.
Gedoran pintu kamar mandi tak terelakkan lagi. Bara terus mengedor pintu nya agar Gera membukanya.
Tak ada suara dari luar melainkan gedoran pintu saja yang mengema, membuat Gera tak tenang didalam kamar mandi.
"Baiklah bawel ini rasakan." Gera mengambil air satu gayung untuk menguyur Bara.
Ceklek pintu kamar terbuka dan.
Byuur..., Gera menyiramkan air yang ada di tangannya.
"Astaghfirullah." Teriak seseorang yang membuat Gera terkejut dengan apa yang ia lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments