Menikahi Kakak Ipar
"Saya terima nikahnya Gera Anindita binti Abdullah dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai." Sekali tarikan napas Danis mengucapkan ijab qobul dengan lancar.
"Bagaimana saksi," tanya pak penghulu.
"SAH." Sahut para saksi dan para tamu undangan lainnya.
Kedua sepasang pengantin baru itu tersenyum bahagia karena mereka resmi menjadi suami istri.
Mereka melangsungkan pernikahan yang sederhana karena Gera seorang anak yatim-piatu ia hidup berdua dengan bibinya.
Gera dan Danis saling mengenal sejak Gera bekerja di sebuah rumah makan kebetulan rumah makan tersebut langganan nya Danis.
Seiring berjalannya waktu mereka berdua saling mengutarakan isi hatinya masing-masing dan akhirnya mereka setuju untuk menikah. Perjalanan cinta mereka bisa dibilang singkat.
Sayangnya Danis tak pernah mengenalkan Gera pada orangtuanya yang berada di Surabaya. Menikah pun kedua keluarganya tak hadir. Gera sempat ragu untuk menikah dengan Danis karena ia mengira bahwa pernikahan dirinya tidak direstui oleh mereka.
Danis selalu menyakinkan dirinya bahwa orang tuanya setuju. Danis beralasan bahwa orang mereka sibuk. Gera mendengar penjelasan dari Danis pun ia setuju menikah dengan nya.
"Mas, terimakasih," ucap Gera dengan derai air mata, bukan air mata kesedihan namun air mata kebahagian.
"Untuk apa Sayang?" jawab Danis dengan membelai lembut pipi Gera.
"Mas, sudah mau menerima kekurangan aku? aku hanyalah seorang gadis miskin! anak yatim-piatu, sedangkan Mas anak orang kaya, dan pekerjaan Mas juga di kantoran tak seperti aku yang hanya menjadi pelayan rumah makan yang ada di pinggir jalan," tutur Gera dengan tatapan kosong.
"Hay! lihat Mas," Danis mengangkat wajah istrinya dan menghadapnya,"Mas tidak melihat dari status melainkan dari sini? kebaikan yang selalu kamu perlihatkan kepada semua orang, disitulah Mas mencintaimu dengan tulus. Dalam rumah tangga bukan status yang dilihat, bukankah dalam suatu hubungan kita harus melengkapi kekurangannya pasangan kita masing-masing," ujar Danis yang di anggukan oleh Gera.
"Loh loh, kok malah diam? bukanya kalian harus cepat pulang ke rumahnya Nak Danis? Gera Sayang, nanti keburu malam," Bibinya Gera memperingatkan agar Gera cepat-cepat bersiap-siap untuk pergi kerumah suaminya.
"Bibi mengusir ku? apakah Bibi tak mau melihat aku lagi?" ucap Gera dengan raut wajah sedih.
"Kamu harus ingat sekarang kamu sudah menjadi istri dari Nak Danis, jadi? kamu harus ikut pulang ke rumah suamimu." Bi Murni tersenyum dan mengelus rambut Gera.
"Bibi ikut kami kejakarta," usul Danis yang membuat Gera tersenyum manis.
Bi murni gelengan kepala,"Bibi disini saja, kalau kalian kangen sama Bibi kalian yang datang ke sini ya?" pinta bi murni.
"Kenapa Bibi gak ikut kita sekalian aja, Bibi satu-satunya yang aku punya aku gak mau kehilangan Bibi," Isak tangis Gera seketika pecah.
"Benar Bi. Apa yang dikatakan oleh Gera." Danis mengiyakan ajakan Gera agar Bi murni mau ikut dengan nya kejakarta.
Bi Murni keuhkeuh tak mau ikut dengan mereka. Membuat Gera dan Danis tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Ya sudah, tetapi Bibi harus ingat! jaga kesehatan jangan lupa makan. Jangan bekerja terlalu berat aku gak mau melihat atau mendengar Bibi sakit, bila akur dengan itu semua, aku tidak akan bisa memaafkan diri ku sendiri." Ancam Gera membuat Bi murni terkekeh-kekeh.
"Siap komandan bawel." Bi murni memberi hormat pada Gera. Ketiganya pun tertawa lepas saling berpelukkan.
Sebelum masuk ke dalam mobil Danis bertanya lagi pada Bi murni, untuk memastikannya lagi agar mau ikut dengan nya. Sebenarnya Danis tak tega harus meninggalkan Bi murni sendirian di rumah itu.
"Bi. Ikut kita ya," bujuk Danis.
"Kalau kalian membujuk Bibi terus-terusan? kapan kalian sampai rumahnya?! percuma saja membujuk Bibi, sampai kapanpun jawaban Bibi tetap sama." Bi murni berkata penuh penekanan.
Kami berdua hanya mengehala napas berat dan menganguk.
"Kami pamit, Bi. Jaga kesehatan ya Bi?" ucapku sebelum masuk ke dalam mobil.
Bi Murni melambaikan tangannya, ada rasa kecewaku dengan sikap bibi yang menolak ajakan kami, ya tapi mau gimana lagi, aku tak bisa memaksa dirinya.
Mas Danis membawa aku ke sebuah salon kecantikan entah apa yang akan dia lakukan. Aku mengernyit heran bukankah kami akan pulang ke rumahnya? apa mungkin dia ingin mengenalkan aku dengan seseorang, batinku.
"Mas, kok malah ke salon? bukanya kita mau pulang ya," aku bertanya pada nya.
Mas Danis mengelus punggung tangan ku dan mengecupnya seraya berkata.
"Mas, pengen liat istrinya Mas lebih cantik biar dilihat orang banyak dan mau membeli mu dengan harga yang mahal."
Aku terkejut dengan jawaban dari nya, maksudnya aku mau dijual? Ku beranikan diriku untuk bertanya lagi.
"Mas. Mau menjual aku?" tanyaku penuh selidik.
"Hahaha," kekeh nya membuat aku semakin curiga. "Mana mungkin aku akan menjual istriku sendiri yang cantik begini?" jawabnya dengan senyum yang penuh arti.
"Mbak, saya minta tolong, dandani istri saya buat secantik mungkin." Kata Mas Danis yang di anggukan oleh pelayan salon.
"Mari Mbak," ajaknya padaku dengan senyum.
Ku anggukan kepala dan tersenyum manis padanya, tak ada pilihan lain kecuali mengikuti kemauan Mas Danis ucapannya tadi membuat hatiku gelisah ada apa dengan suamiku? namun aku tepis semua prasangka buruk tentang suamiku sendiri.
Seorang wanita kemayu yang mendandani diriku ia tersenyum sendiri setelah melihat hasil karyanya di wajahku yang begitu sempurna atas polesan make up nya.
"Rebess! yey. Cantik bingit." Pujinya dengan senyum membelikan matanya.
"Ini semua berkat tangan lincahnya kakak," tuturku, memang aku akui polesan make up di wajah ini membuat aku pangling aku tak percaya dengan diriku sendiri, apa ini benar-benar aku? Gera Anindita, tanyaku pada diri sendiri.
"Yey. Sudah cantik dari sononya, hanya dipoles tipis aja udah kece badai, emangnya yey, mau ke acara nikahan atau ke acara para petinggi," cerocosnya tanpa jeda dasar walior, umpatku dengan gelengan kepala.
"Aku gak tau Kak," jawabku dengan menyentak napas ku.
"Gimana sih yey. Bukanya itu cogan yang di luar itu suami yey," tunjuknya kearah Mas Danis.
"Iya."
"Ihhh! Gemes. Gemes deh. Masa gak tau, suami mau ngajak yey kemana? kalau yey, di jual sama dia gimana, tapi maaf ya bukan eyke mau takut nakutin yey ya' eyke hanya ingetin yey. Soalnya banyak cerita yang aku baca di novel kalau suami sendiri yang tega menjual istrinya demi harta, tahta, dan wanita lainnya."
Deg..., debaran jantungku berdetak kencang badanku bergetar aku takutnya yang di katakan oleh kakak ini terjadi soalnya Mas Danis tadi keceplosan ngomong kalau aku akan ia jual, ya Allah semoga Mas Danis tak sejahat itu.
"Jangan melamun ya' eyke cuman bercanda kok, mana mungkin cerita pernovelan akan menjadi nyata," tuturnya dengan wajah cemasnya.
"Kak, aku gak percaya tuh sama cerita di novel yang akan menjadi nyata, itukan hanya cerita saja," jawabku dengan senyum walaupun hatiku dilanda gelisah dan takut.
"Lama sekali?" suara bariton mas Danis membuat aku terkejut dan menoleh ke belakang begitu juga dengan Kakak ini.
"Masih lama apa Kak Ros?" tanyanya sambil tersenyum manis padaku.
Senyuman Mas Danis membuat hatiku mulai takut.
"Udah tuh liat aja, istri yey, memang cantik," puji kak Ros dengan menggangkat dua jempolnya.
Mas Danis menyodorkan segepok uang berwarna merah semua, membuat aku bertanya-tanya apa semahal itu riasan wajah ku? apakah Kak Ros sudah tau kebenarannya siapa Mas Danis yang sebenarnya? Maka dari itu ia memperingatkan aku.
"Ayok, Sayang. Kita harus cepat sampai sana, jangan sampai terlambat," ujarnya seraya menuntun ku untuk cepat keluar dari salon tersebut.
Tak ada suara didalam mobil hanya ada kecanggungan yang tercipta diantara kami Seakan-akan kami berdua tak saling kenal. Kenapa Mas Danis tak sehangat tadi? sebelum membawaku ke salon. Ku coba memberanikan diri untuk bertanya.
"M--mas, kita mau kemana lagi?!" tanyaku dengan gugup.
"Kita mau menghadiri acara sahabatnya Mas," jawabnya singkat dan padat.
"Sudah sampai, ayok turun." Titahnya dengan acuh.
Aku hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Mas Danis yang memerintah aku dengan sikap acuh nya.
Aku turun dari mobil dan Mas Danis memeluk pinggangku sambil tersenyum manis.
Rasanya aku ingin sekali bertanya padanya namun Mas Danis seakan-akan tau apa yang akan aku katakan.
"Ini acara lelang, siapa yang berani membayar mahal atas barang yang akan kita lelang maka orang tersebut yang akan memilikinya." Kata Mas Danis yang tersenyum menyeringai.
"APA! acara pe-pelelangan?!" Tanyaku dengan terbata-bata.
"Iya, kenapa? jangan gugup Sayang? Mas yakin bahwa kamu akan jatuh pada orang yang tepat."
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
linda sagita
aku mampir Thor, jika berkenan kembali mampir "cinta dua batas"
2022-03-17
0
IG : @thatya0316
tap ❤️ dan like
semangat
2022-02-25
0
ziezie
ni Bru awal dah bikin nyesek kyaknya butuh tisu ni tp q slalu suka karya outhor 1 ini lanjuuuut
2022-02-07
2