"ulang tahun kamu" bisik Andra dekat telinga Narra.
Narra menoleh, Andra tepat berada di sisi kanan dan memeluknya dari belakang.
Narra kaget, dia mencoba menggerakan badannya.
"kak nanti ada yang liat" tegurnya.
"biarkan saja" Andra tidak perduli.
Narra menghela nafasnya. Andra selalu tidak perduli pada orang sekitarnya saat dia sedang bersikap romantis.
"maaf, aku hanya mau kita begini dulu" kata Andra, seakan tahu apa yang Narra pikirkan.
"aku sangat merindukanmu" ucap Andra lagi.
Narra hanya diam, dia kembali bersandar pada Andra. Sementara tangannya mengusap lengan Andra yang melingkar di dadanya.
Narra membiarkan posisi mereka seperti itu. Andra menempelkan pipinya pada pipi Narra.
"ada apa dengan ulang tahunku kak ?" tanya Narra teringat ucapan Andra tadi.
"nomor pin kartu kamu, ulang tahunmu" jelas Andra.
Narra mengerti. Maksud Andra, kartu debit yang ada padanya.
Narra hanya mengangguk. Dia saja belum ada kepikiran untuk memakai kartu itu. Dia akan menyimpannya saja untuk menghargai pemberian kekasihnya itu.
"masakan kamu enak. Nanti aku mau kamu masak lagi untuk aku, boleh ya ?" pinta Andra.
"iya ka Nda" ucap Narra.
Mereka menatap pemandangan dari balkon lantai dua rumah Andra.
Tadi selesai makan siang bersama, bunda Serena meminta Narra untuk mengikutinya ke ruang baca. Bunda Serena ingin berbagi cerita padanya. Hanya mereka berdua.
Rea mengerti, seakan tahu ada maksud dari pembicaraan itu sehingga dia tidak keberatan ditinggal berdua dengan Diandra di ruang keluarga menemani Vinand bermain.
Sementara Ayah Hadinata Wijaya bersama kedua putranya berbicara di ruang kerja. Ada hal yang harus mereka bahas.
Didalam ruang baca, bunda Serena menunjukan koleksi foto keluarga dan foto Andra masih kecil hingga sekarang sambil bercerita tentang keseharian Andra.
"bunda hanya meminta kamu untuk mencoba mengerti Andra. Semua anak-anak bunda memiliki sifat yang sama. Baik, sopan dan ramah. Andra memiliki semua itu dengan ditambah pengertian yang besar dan sangat penyayang. Dan saat dia mulai menyerahkan hati sepenuhnya, dia akan mengeluarkan sisi buruknya dengan sangat jelas"
"sisi buruknya bunda ?" tanya Narra karena selama ini dia belum melihat sisi buruk Andra.
Bunda Serena mengangguk.
"Andra itu bisa sangat pemarah kalau ada hal yang terjadi diluar batasnya. Dia bisa saja berlaku kasar bahkan melukai dirinya sendiri. Dan saat itu terjadi, bunda hanya mau kamu untuk bertahan. Jangan pernah meninggalkannya. Dia sangat cinta sama kamu. Bunda bisa tau dari cara dia memperlakukan kamu. Jadi, jangan pernah melakukan hal yang bisa buat dia marah dan meninggalkannya karena dia akan hancur" jelas bunda Serena.
Narra mengangguk mengerti. Dia kembali teringat saat Andra bicara dengan keras padanya waktu di rumah sakit. Untung saja hal itu tidak lama.
"kenapa Na ?" tanya bunda Serena.
Narra menggeleng, "tidak apa bunda" ucap Narra.
"bicara saja kalo ada yang mengganjal di hatimu" kata bunda Serena seraya menggenggam kedua tangan Narra.
"apa ada seseorang yang pernah buat kak Andra marah bunda ?" tanya Narra hati-hati. Dia mempersiapkan hatinya untuk mendengar jawaban bunda Serena karena itu berarti pernah ada kisah mendalam untuk Andra.
"Namanya Jeniffer. Keluarga kami bersahabat dan karena itu mereka jadi akrab. Tapi ternyata Jeniffer tidak pernah mencintai Andra, dia memilih pergi dengan kekasihnya entah kemana sampai saat ini. Padahal waktu itu kami akan membicarakan hubungan mereka" jelas bunda Serena.
"apa yang terjadi bunda ?" tanya Narra.
"Andra patah hati dan menutup diri dari semua hubungan pertemanan. Dia sibuk belajar dan bekerja. Sampai akhirnya dia berubah dan kami semua mencari tahu kenapa. Semua karena kamu. Kami sudah tau tentang kamu sebelumnya, karena itu kami tidak terlalu kaget dengan perkenalan kita tempo hari" jelas bunda Serena.
Narra berusaha memahami apa yang terjadi. Kisahnya hampir mirip dengan kisah Andra. Mereka sama-sama ditinggalkan, hanya yang membedakan adalah latar belakang kenapa itu terjadi.
Pintu di ketuk.
Mereka mengalihkan pandangan kearah pintu.
Pandangan bunda Serena dan Narra tertuju pada Andra yang baru masuk.
"bunda sudah selesai bicara dengan Narra ?" tanya Andra berdiri disebelah kursi Narra.
"iya An, memangnya kalian sudah mau pergi ?" tanya bunda Serena.
Andra menggeleng, "aku mau ajak Narra ketempat favorit aku dirumah ini bun" katanya.
Bunda Serena mengangguk paham. Putranya ingin waktu berdua dengan kekasihnya.
"ooo baiklah. Bunda keluar duluan" Bunda Serena beranjak berdiri dan Narra mengikutinya.
Bunda Serena memeluk Narra lalu menempelkan pipi kanan lalu pipi kiri mereka. Bunda juga menepuk pundak Andra sebelum pamit keluar ruangan baca.
Dan disinilah mereka sekarang. Di balkon lantai dua yang menghadap taman belakang rumah yang menampilkan pemandangan alam sekitar yang di batasi oleh tembok tinggi.
*
Narra hanya terdiam begitu mereka berdua dalam mobil saat Andra mengantarnya pulang.
Andra sesekali memandang Narra.
"ada apa ?" tangan kirinya membelai rambut Narra.
Narra menoleh, "kak bisa antarkan aku kerumah Imel ? nanti aku pulang sendiri" katanya.
"kenapa ?" tanya Andra.
"tidak apa-apa, aku hanya ingin kesana saja" jawab Narra.
Rumah Friends satu kompleks. Mereka bersahabat sangat lama, dari mereka kecil sampai sekolah ditempat yang sama sampai SMA karena orang tua mereka menyekolahkan di sekolah yang berada di kompleks rumah. Hanya saat kuliah, mereka berpisah tapi hal itu tidak mempengaruhi persahabatan mereka.
"baiklah, kita pulang dulu kerumahmu lalu aku antar lagi kerumah Imel" kata Andra membuat kesepakatan. Dia tidak ingin memberi kesan tidak baik pada kedua orang tua Narra karena tidak mengantarkan putri mereka pulang lagi kerumah.
Narra mengangguk.
Andra tersenyum. Seandainya sore ini dia tidak ada jadwal observasi pasien, ingin rasanya menghabiskan hari libur seharian bersama Narra. Tapi tanggung jawabnya sebagai dokter tidak bisa dia tinggalkan. Dia harus kerumah sakit setelah mengantar Narra pulang.
*
"apa yang bunda bicarakan sama kamu ?" tanya Andra akhirnya dalam perjalanan mereka kerumah Imel.
Setelah mengantarkan Narra pulang kerumahnya. Narra pamit lagi hendak kerumah Imel dan Andra akan mengantarnya kesana lalu pulang karena dia harus kerumah sakit.
Narra berpikir untuk tidak bilang hal yang sebenarnya pada Andra. Dia tidak ingin Andra tahu apa yang sedang dia pikirkan.
"cerita tentang kakak dari kecil sampai sekarang" jawab Narra.
"hanya itu ?" tanya Andra lagi.
Narra mengangguk.
Mereka sampai didepan rumah Imel. Narra pamit hendak turun tapi Andra mencegahnya.
"ada apa kak ?" tanya Narra.
"aku mau sebelum kita berpisah setelah pergi bersama selalu begini" katanya seraya mencium kening Narra.
Narra tersenyum saat Andra melepaskan sentuhan di keningnya.
"kamu baik-baik ya, nanti aku hubungi kalo aku sudah selesai kerja" katanya.
"iya kak" Narra mengangguk.
Andra menarik tangan Narra, "hey, yakin kamu baik-baik saja ?" tanyanya karena merasa ada yang mengganjal pada diri kekasihnya itu.
Lagi-lagi Narra mengangguk. Dia lalu mencium pipi Andra.
"aku baik-baik saja. Bye ka Nda" pamitnya.
"bye sayangku" Andra memegang pipinya sambil tersenyum senang.
Entah kenapa, dia selalu suka dengan kejutan dari Narra. Dia sekarang merasa benar-benar seperti layaknya kekasih yang sedang kasmaran. Narra mengubah dunianya. Seorang Andra yang kaku dan menutup diri menjadi lebih membuka diri ketika bersama Narra.
*
Narra langsung menuju ke kamar Imel setelah pelayannya bilang kalau nonanya itu masuk kamar setelah makan siang.
Narra sudah tahu kebiasaan Imel kalau hari minggu. Imel akan menghabiskan waktu bermalas-malasan di kamarnya sambil nonton tayangan pertandingan basket yang dia lewatkan.
"Mel, boleh aku masuk ?" teriak Narra setelah mengetuk pintu kamar.
"masuk Na" balas Imel dari dalam kamar.
Narra masuk lalu ikut berbaring diatas tempat tidur Imel.
"bagaimana pertemuannya ?" tanya Imel.
"bagus, semuanya baik" jawab Narra.
Rea memasukan foto mereka berdua di tengah-tengah keluarga Hadinata Wijaya di grup chat mereka.
Para sahabatnya memberi respon positif dan berdoa semoga pertemuan perkenalan itu berjalan lancar.
Nada pesan dari ponsel Narra. Dengan segera Narra melihat ponselnya.
Dari Ka Nda.
Aku sudah sampai di RS. Aku kerja dulu sayang, bye ❤
Narra membalas.
Iya ka Nda, bye 😍
Narra lalu meletakan ponselnya di nakas. Dia pun menemani Imel menonton pertandingan sampai matanya terasa berat, dia tertidur.
*
Di rumah sakit, Andra gelisah. Dia berjalan kesana kemari dalam ruangannya.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Andra mencoba menghubungi Narra tapi ponsel kekasihnya itu tidak aktif.
"kenapa ponsel kamu tidak aktif sayang" Andra berbicara sendiri dengan memegang ponsel yang masih menempel di telinga kirinya.
Dia hendak menelfon Imel tapi dia tidak punya nomornya.
Kemudian dia menghubungi Indra. Awalnya dia hendak meminta nomor Rea, siapa tahu Rea bisa membantunya. Tapi dia langsung menanyakan nomor kontak Imel, siapa tahu Indra punya.
"iya kak, aku share" Indra menutup telfonnya.
Tak berapa lama, Indra mengirimkan nomor Rea karena dia juga tidak punya nomor Imel. Dengan segera Andra menghubunginya.
Andra bercerita sedikit tentang Narra yang kerumah Imel sepulang dari pertemuan keluarga tadi dan nomor Narra yang sekarang tidak aktif.
Rea pun mengirimkan nomor Imel.
Andra menghubungi Imel. Panggilannya tersambung membuat dia semakin tidak sabar ingin mendapat penjelasan tentang Narra.
Imel menjawab panggilan telfon Andra. Dia memberi tahu Andra kalau Narra baru saja pulang kerumahnya setelah ketiduran di kamarnya.
"terima kasih Mel. Aku sangat khawatir dia tidak menjawab telfon" Andra lega.
"sama-sama kak. Aku mengerti" sahut Imel.
Andra pun menutup telfonnya. Dia bergegas menuju kamar ganti yang tersedia khusus dalam ruangannya untuk mandi dan ganti baju. Dia akan langsung menuju rumah Narra.
Perasaan kacaunya akan terobati jika dia sudah bertemu Narra. Pikirnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments