Andra terus menarik tangan Narra melewati lorong rumah sakit. Dia tidak perduli tatapan mata perawat yang berbisik kearah mereka.
Terus terang, Narra yang merasa tidak nyaman dengan tatapan itu.
Mereka lalu memasuki ruangan serba putih. Sepertinya ini ruang kerja Andra. Pikir Narra.
"kamu duduk" kata Andra. Dia mempersilahkan jelas dengan gerakan tangannya.
Dia lalu mengambil posisi duduk di sofa sebelah Narra.
"kamu kenapa ?" tanya Andra.
"aku..." Narra memandang Andra. Tatapan mata itu tajam tertuju padanya.
"jangan bilang kamu tidak kenapa-napa. Jelas ada yang kamu sembunyikan Na" terang Andra. Nadanya sudah mulai meninggi.
Selama mereka kenal, baru kali ini Narra mendengar Andra meninggikan nada suaranya saat bicara.
"aku baik-baik saja ka Nda" tekan Narra.
"baiklah tapi asal kamu tau, aku sudah mulai merasa kamu aneh waktu videocall terakhir kita sebelum aku pulang. Tolong kamu jangan bersikap begini sama aku" Andra mulai merendahkan nada bicaranya.
Narra menatap Andra.
Andra sudah sangat baik sama dia, kenapa dia bersikap acuh. Pikirnya.
Selama Andra di negara J, Narra bersikap selayaknya pasangan kekasih yang berjauhan tapi kenapa setelah Andra kembali, dia bersikap canggung. Seharusnya dia bersikap sama. Karena dia menerima Andra karena dia suka bukan karena keterpaksaan.
Narra tersenyum, "aku tidak apa kak, mungkin karena baru ini kita bersama sebagai pasangan. Selama ini, kita hanya bicara melalui sosmed dan sebelumnya kita saling mengenal seperlunya saja. Maafkan sikapku kak" terang Narra tapi tetap masih menutupi hal yang sebenarnya. Dia tidak ingin Andra semakin marah.
"hanya itu ?" Andra meyakinkan.
Narra mengangguk. Dalam hatinya, dia mengucap maaf pada Andra.
"baiklah... aku antar kamu pulang ya" kata Andra akhirnya.
"aku bawa motor ka Nda. Lagipula kakak pasti sudah ditunggu diruangan tadi" Narra mengingatkan.
Andra teringat. Dia seharusnya makan siang bersama keluarganya di ruang meeting. Hal yang selalu mereka lakukan setiap hari sabtu sebagai 'qualitytime'.
Pintu ruangan Andra diketuk. Andra bersuara, menyuruh pengetuk itu masuk.
Seorang wanita cantik berdiri diambang pintu setelah pintu itu terbuka lebar.
Dia adalah dokter Diandra Hadinata Wijaya, kakak Andra. Narra sudah pernah lihat fotonya di ponsel Rea.
"Ayah memanggil kamu untuk makan siang dan pacar kamu juga diajak" katanya.
Andra langsung tahu, pasti suster Marina yang bilang pada keluarganya. Padahal dia baru akan membuka pembicaraan tentang Narra siang ini dan nanti mencari momen untuk memperkenalkan Narra. Tapi sekarang keluarganya sudah mengetahui Narra.
"kamu makan siang sama-sama kita ya" kata Andra.
"maaf kak, Narra masih bantu ayah dan ibu mengantar makanan. Boleh Narra tidak ikut kak ?" tanya Narra pelan dan hati-hati takut menyinggung keluarga Andra.
"bagaimana kak ?" Andra bertanya pada Diandra. Dia tidak ingin Narra meninggalkan kesan yang tidak baik pada keluarganya.
"baiklah.. kasian juga, dia masih ada kerjaan. Tapi sebaiknya kamu menyapa ayah dan bunda dulu sebelum pergi" kata Diandra pada Narra.
"iya kak" sahut Narra.
Mereka bertiga kembali keruang meeting yang sekarang menjadi ruang makan untuk keluarga Hadinata Wijaya.
"kalo tau ada kamu Na, aku undang Rea juga kesini" seru Indra.
Narra tersenyum, "aku datang mengantar makanan" katanya.
"Silahkan duduk" ujar dokter Hadinata Wijaya dengan ramah.
"kamu duduk disebelah bunda, sini" dokter Serena Hadinata menyahut.
"maaf ayah, bunda... Narra masih ada pekerjaan. Bantu orang tuanya antar makanan" terang Andra.
Dokter Hadinata memandang Narra yang dari tadi merasa tidak enak karena menolak ajakan makan siangnya.
"ooo begitu. Tidak apa, lain kali kita makan siang bersama" sahut dokter Hadinata tersenyum.
Narra lega melihat senyum itu.
"nanti kita bertukar cerita ya" sahut dokter Serena lagi.
"nanti kita belanja bersama" Diandra menambahkan.
Narra tersenyum, "iya, terima kasih banyak. Aku minta maaf" katanya lagi.
Narra pun mendekat menyalami ayah dan bunda Andra dan mencium punggung tangan mereka. Dia tidak lupa tersenyum kepada Diandra dan Indra.
"Andra pamit antar Narra ke bawah dulu yah" kata Andra pada Ayahnya.
Dokter Hadinata Wijaya mengangguk.
Dia mengajak Narra untuk pamit dan keluar dari ruangan itu.
*
"kak sampai disini saja. Nanti mereka lama menunggu kakak" ujar Narra begitu sampai depan lift. Tetapi bukan lift yang digunakan Narra tadi.
"aku mau antar kamu sampai parkiran" tegas Andra.
"kak, aku bisa sendiri kesana. Nanti aku kasih tau kalo aku sudah sampai rumah" Narra memegang tangan Andra.
Andra melihat pergelangan tangannya. Narra mulai menyentuhnya. Dia senang.
"baiklah... kamu janji ya" katanya.
"iya, aku pergi" pamit Narra.
Andra mencium kening Narra. Narra kaget, begitu tiba-tiba.
"kak, malu diliat orang" pipi Narra memerah.
"kenapa ? kamu pacarku" Andra bersikap tidak perduli.
"iya, aku pergi. Bye kak" Narra hendak masuk kedalam lift yang terbuka. Anehnya Andra malah ikut masuk.
"kak..." ucap Narra dalam lift.
"ini lift khusus dokter. Kalo keamanan liat kamu sama aku, mereka tidak akan berani menegur" katanya.
Narra mengangguk paham. Pantas saja Andra menggiring dia menuju lift ini, karena lift ini yang biasanya Andra dan para dokter lainnya lalui dengan akses id card mereka.
Pintu lift terbuka. Narra dan Andra keluar dari lift bersamaan. Petugas keamanan yang melihat Andra ada bersama Narra membungkuk hormat.
"sampai disini saja kak. Aku pulang, bye" pamit Narra.
"bye, hati-hati dan kabari aku" kata Andra mengingatkan seraya mengusap kepala Narra.
Narra mengangguk.
*
Sesampainya dirumah, tampak Rea sudah berada diantara sahabat-sahabatnya. Rea melambaikan tangan kearah Narra.
Narra memarkirkan motornya lalu masuk kedalam rumah membawa helm kemudian keluar lagi menemui para sahabatnya.
"jadi ketemu lagi sama kak Andra ?" tanya Rea.
"ya pasti disempatkan ketemuanlah Re. Namanya saja pacaran" sergah Erga.
Narra hanya tersenyum.
"iya, lepas rindu" sahut Sheva.
"cie cieeee" canda Desta.
Narra menggelengkan kepalanya, "aku ke kedai dulu ya, maaf aku tinggal" pamit Narra pada sahabatnya.
"selalu gitu, kalo sudah merona langsung kabur" Imel menjulurkan lidahnya.
Narra hanya membalas hal yang sama pada Imel seraya melambaikan tangannya.
Didalam kedai, Narra melihat karyawan kedai sedang mengemas makanan kedalam kotak makanan sementara ayah dan ibunya sibuk memasak di dapur.
Narra langsung ikut membantu. Sepertinya kedai menerima catering lagi.
Kedai ini dikelola ayah dan ibu Narra sebagai koki dengan dibantu dua orang karyawan. Dan kadang Narra dan Rayyan, kakaknya ikut membantu.
Nada panggilan ponsel Narra berdering. Narra segera meraih ponselnya dalam saku. Nama Andra tertera disana. Sontak Narra menepuk pundaknya. Dia lupa memberi tahu kalau dirinya sudah sampai di rumah pada kekasihnya itu.
"ya ka Nda" jawab Narra dengan pelan.
"katanya mau kabari aku ?"
"maaf kak, aku baru mau kabari kakak eh kakak sudah telfon duluan" elak Narra.
"ooo maaf, aku pikir kamu lupa"
"maaf kak, aku langsung mengemas makanan. Ada pesanan lagi" kata Narra.
"ooo baiklah, jangan terlalu capek ya. Bye" pamit Andra.
"bye ka Nda" balas Narra.
Panggilan pun dimatikan.
"siapa Na ?"
Narra kaget, ayahnya berdiri di belakangnya. Jangan bilang tadi ayah sempat mendengar pembicaraannya dengan Andra. Pikir Narra.
"teman yah eh telurnya kurang yah. Masih kurang sepuluh porsi" Narra gugup lalu mengalihkan pembicaraan.
"iya, ayah buat dulu" ujar ayah Sasmita masuk lagi ke dapur.
Narra menghela nafas. Bukannya Narra ingin menutupi tentang Andra tapi selama ini Andra belum pernah bertamu kerumahnya. Dia mau Andra sendiri yang memperkenalkan diri kepada keluarganya.
"kakek..... nenek...." seru bocah berumur lima tahun berlari masuk kedalam kedai.
Ibu Flanella segera keluar dari dapur dan memeluk cucunya dengan penuh sayang. Ayah Sasmita pun keluar dari dapur lalu berjongkok memeluk cucunya.
"Rishi... mama tidak mau lihat lari-lari kayak tadi ya. Pelan-pelan saja" ucap wanita cantik yang berhenti didekat Narra.
"maaf ma" ucap bocah itu diantara kakek dan neneknya.
Rania kakak Narra datang berkunjung. Semenjak menikah dengan Adryan seorang pengusaha tekstil, Rania tinggal terpisah dari keluarganya. Adryan mempunyai rumah sendiri di kawasan elit.
Walaupun menikah dengan pengusaha, Rania masih diizinkan tetap bekerja sebagai karyawan bank milik pemerintah. Dan kadang seminggu sekali mereka datang berkunjung bahkan menginap.
"kakak bantuin Na" ujar Rania.
"sudah mau selesai kak. Kakak duduk saja, nanti aku buatkan jus mangga kesukaan kakak" kata Narra seraya berjalan menuju dapur mengambil telur untuk pelengkap menu nasi kotak yang tengah mereka kemas.
"terima kasih ya adikku sayang" kata Rania lalu beranjak menghampiri orang tuanya yang duduk bercanda dengan Rishi putranya.
"Na, aku pamit ya. Jangan lupa nanti malam datang ke cafe. Aku manggung" ujar Faya dari jendela dapur.
"oke. hati-hati Fay" ucap Narra yang mengaduk masakan yang di tinggal ayahnya karena kedatangan Rishi, keponakannya.
Faya mengangguk lalu menghampiri orang tua Narra untuk berpamitan.
"aku pulang dulu ayah, ibu, kak Rania" pamit Faya.
"vocalist kita ini.. tambah banyak fansnya" seru Rania.
"kak Rania bisa saja, ya disyukuri kak" ucap Faya.
"hati-hati kamu Fay, salam sama papa mama" ucap ayah Sasmita yang disertai anggukan ibu Flanella.
"iya yah, ibu.. Faya pulang" kata Faya lalu beranjak pulang.
*
Narra masuk kedalam kamarnya setelah para sahabatnya pamit pulang karena mereka akan bersiap-siap ke cafe tempat band Faya manggung. Narra pun segera bersiap.
Ponsel Narra berdering.
Ka Nda, begitu nama Andra di kontak ponsel Narra.
"ya kak" jawab Narra.
"met malming Na" ucap Andra.
"met malming kak"
"kamu lagi apa ? aku kesitu ya"
"aku mau siap-siap ke cafe, liat Faya manggung. Kakak mau ikut ?" ajak Narra.
"mau. Aku mau temani pacarku" terdengar suara Andra senang.
Narra tersenyum, "baiklah, aku siap-siap dulu. Kita ketemu jam delapan ya kak" katanya lagi.
"baiklah, aku tidak akan terlambat. Bye" pamit Andra.
"bye kak, aku tunggu" balasnya.
Panggilan dimatikan.
Narra segera mengetik di grup chat Friends, dia akan datang bersama Andra jadi tidak usah dijemput seperti biasanya.
Sontak saja, pesannya itu mendapat balasan menggoda dari para sahabatnya. Grup chat mereka ramai dengan berbagai komentar.
Narra mengirim pesan.
[Narra : kalian jangan menggodaku terus. Aku mau siap-siap. Bye 🖐🏻]
[Imel : iya iya.. kebiasaan, kalo sudah tersipu malu, kabur 😜]
Narra hanya tersenyum tapi dia tidak berniat membalasnya karena dia tidak ingin menunda mandinya. Nanti keburu Andra datang.
Narra meletakan ponselnya. Dia segera mandi dan bersiap. Dia tidak mau nanti Andra menunggu lama.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments