Episode 4

“Pokok tunggu aja cerita selengkapnya, gue mau bantu nyokap gue dulu byeee”

Viola mengakhiri percakapan di grup Genk nya.

Dia mengintip Hendra dan Kak Jovan dari lantai kamarnya.

Nah itu kalau ketawa ya memang cakep sih, tapi ko bisa kebetulan banget sih dia main kesini.

………………………….

Hendra dan Jovan sedang asik bercengkrama di ruang tamu.

"Main game yuk, punya Mobile Leg*nds gak Hen" ujar Jovan di tengah obrolan.

"Ada nih, ID nya ini" Hendra mengeluarkan ponselnya dan memberitahu ID game pada Jovan.

"Oke gas, main"

Mereka memainkan sebuah game online yang sedang booming.

30 menit berlalu

Tiba-tiba Jovan nyeletuk.

"Pacar lo siapa sekarang?"

"Ah lo tau sendiri, gue susah deket sama cewek. Para cewek selalu memandang gue adalah laki-laki yang dingin" jawab Hendra masih dengan jari lincahnya yang memainkan game.

“Mau gak gue jodohin sama adek gue. Dia baik ko, cuma kadang agak bandel aja” ucap Jovan yang masih asik dengan game nya.

“Tanya aja dia dulu. Gue mah fine-fine aja. Toh juga gue jomblo udah lama banget. Usia juga udah makin bertambah bro”

“Oke deh, nanti coba gue bilang ke nyokap bokap”

“Hubungan lo sama Airin gimana? Kapan nikah lo? Udah dari SMA pacaran pula” Hendra bertanya mengenai hubungan Jovan dan kekasihnya.

“Bentar lagi bro, lagi ngumpulin duit nih. Seserahan, uang gedung, catering kan gak ditanggung negara”

HAHAHAHA.

Tawa mereka memecah keheningan dan Viola memerhatikan dari lantai atas.

Viola yang semula di kamar, segera mengintipnya.

Dia tak mendengar apa yang dibicarakan, hingga dia kepo. Akhirnya turun ke lantai bawah.

Untung saja ada Mamanya yang sedang membuat cemilan. Bisa nih untuk buat alasan bantu Mama.

“Ma, itu Hendra kapan pulang sih, udah hampir sore lho ini”

“Udah lah nak tunggu saja. Mereka kan juga baru ketemu. Sudah lama juga Hendra gak main kesini nak”

………………………………….

Malam harinya

Hendra yang sudah pulang sejak jam 5 sore dan suasana makan malam kini hanya ada keluarga Viola saja.

“Sini Pa, piringnya” pinta Mama untuk mengisi nasi dan lauk pauk di piring suaminya.

“Ma, Vio mau ayam itu mah, tolong” ucap Viola dengan manja.

“Hih ambil sendiri kenapa sih, toh masih nyampe juga” sahut Jovan.

“Terserah gue lah, kenapa lo?”

Suasana di meja makan sangatlah ramai karena kakak adik ini jarang akur.

Walaupun begitu, hal ini sudah dianggap biasa di keluarga mereka.

“Sudah lah Vio, Jovan. Makan dulu saja” tutur Mama untuk menenangkan kami.

“Ya Mah, Pah” jawab mereka dengan bebarengan.

Suasana makan malam kini nampak hening. Semua larut pada hidangan masing-masing.

Selesai makan Jovan mengutarakan apa yang ingin disampaikan.

“Ma, Pa Jovan mau ngomong serius” dia memulai pembicaraan.

“Ngomong apa sih Kak, mau nikah lo?” ujar Viola.

“Denger dulu kenapa sih”

“Gini Ma, Pa.. temen Jo yang tadi kesini, Hendra. Dia pengen kenal lebih dekat dengan Viola. Dia siap menerima kekurangan dan kelebihannya. Apapun itu. Gimana Ma Pa? apa setuju jika Hendra dekat dengan Viola?”

Mungkin lo gak bakal mau vi, tapi ini demi kebaikan lo. Biar lo tambah baik. Gue pengen lo jadi anak yang mandiri, yang bisa di andalkan ketika nanti Kakak nikah sama Kak Airin. Dan jauh dari orang tua. Batin Jovan.

“What????” Viola syok mendengar perkataan Jovan. Hingga dia berdiri dan membelalakan matanya.

“Ya kalau memang begitu gak apa-apa. Toh juga Vio mau lulus juga” jawab Papa dengan santainya.

“Gak apa-apa Vio, jadi nanti kan kalau lulus tinggal nikah. Ya kan Pa?” tutur Mama.

“Iya Ma. Toh juga Nak Hendra mandiri, anaknya baik, ga neko-neko. Hampir gak ada minusnya. Lalu apa yang perlu kamu ragukan Vi??" Papa

"Bukan begitu Pa.. Viola mau cari jodoh sendiri. Jodoh yang Viola cintai Pa. Viola ga mau dijodohkan seperti ini"

"Sudah lah, nanti berjalannya waktu juga bisa cinta sama Hendra ko Nak"

Jovan yang menyeringai memperhatikan raut muka adiknya.

Mungkin saat ini Viola merasa belum menerima perjodohan ini, namun kelak perlahan dia akan menerima segalanya.

“Ma, Pa, Kak, Viola masih belum pengen nikah. Usia Viola masih muda. Tolong beri waktu Vio” seketika air mata membahasi pipinya.

Viola yang tak kuasa menerima kenyataan ini langsung berlari menuju kamar.

Hiks hiks hiks.

Kenapa semua jahat sama gue. Sebisa mungkin gue nurutin mereka, kuliah di kampus ini, fakultas ini juga karena mereka, tapi kenapa harus ada perjodohan.

Dan apa gue harus menerima perjodohan ini?

Hiks hiks.

Isak tangis makin menjadi mengingat patah hatinya yang belum juga sembuh.

Andai Viko masih bersamaku, mungkin aku bisa membuat alasan untuk menolak pejodohan ini.

Tapi bagaimana? Bersama Viko pun sudah tidak bahagia. Hiks hiks hiks.

Mama Viola yang datang ke kamar bungsunya berusaha menenangkan.

“Vio cantik, ini juga untuk masa depanmu kelak nak, semua akan indah pada waktunya. Mungkin saat ini kamu belum bisa menerima. Tapi juga lama-lama bisa. Perlu Vio tau ya, Mama dan Papa dulu juga di jodohkan sama nenekmu. Lama kelamaan juga kami saling menerima terus hadirlah pangeran kecil kami yaitu kakakmu, Jovan Ganindra Putra dan Peri kecil kami yaitu Calista Viola Putri”

Ucapan panjang lebar dari Mama seakan membuka jalan pikiranku.

Perlahan air mata dari Viola berhenti dan menenangkan diri.

“Ma, Viola coba dulu ya” ucapnya dengan sesegukan.

Jika ini jalan yang harus ku lalui, aku siap asalkan itu yang membuat Mama Papa bahagia. Dan terpaksa aku harus membunuh nama Viko dihatiku.

……………………………

Pagi harinya, keluarga Viola beraktivitas seperti biasa.

Aku yang hanya di kamar meratapi nasibku, tiba-tiba…

Tok tok tok

"Masuk" ucapnya dari dalam.

Jovan lantas masuk dan membawa sebuah paperbag besar. Ya itu sebuah dress untuk Viola.

“Vi, kamu nanti pakai baju ini ya. Tadi Kak Airin yang beli baju ini buat kamu”

Airin adalah kekasih dari Jovan. Mereka sudah menjalin kasih sejak SMA, namun saat ini masing-masing saling mempersiapkan pernikahan dengan baik.

“Kak Airin gak mampir dulu kak?”

“Enggak, dia hari ini ada jadwal Koas”

“Ka, kenapa sih lo jodohin dia sama gue. Salah apa gue sama lo, Ka” ucap Viola mengingat dirinya yang tiba-tiba dijodohkan.

“Dek, ini sudah garis dari Tuhan. Mungkin juga jodohmu dia. Dan suatu saat juga kamu tau kenapa kakak memilih dia untuk jadi suamimu”

Hening.

Tak lama Jovan pergi dari kamar Viola dan sekarang Papanya yang masuk untuk menguatkan anaknya.

“Nak, kamu tau kan? Di daerah kita, kalau ada yang sudah berusia 23 tahun jika belum menikah pasti dikatain perawan tua. Papa gak mau kamu dikatain sama mereka Nak. Toh juga Hendra anaknya baik, ga neko-neko dan mapan. Dia pasti bisa membimbing kamu”

“Tapi Pa...hiks hiks" tangis Viola pun pecah di pelukan sang Papa. Dan berkali-kali pikirannya bergulat untuk menerima kenyataan yang ada.

Terpopuler

Comments

Kaisar Tampan

Kaisar Tampan

Aku udah mampir ya kak.
bantu dukung karyaku juga ia.
Simpanan Brondong tampan
terima kasih

2022-07-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!