Halaman demi halaman telat terselesaikan. Sampailah di titik akhir.
Ya, dia hampir selesai. Viola menggeliat merenggangkan tulangnya yang seakan berteriak karena hari ini dia bak kerja rodi. Jam terus berdetik.
Jam 03.00
“Selesaiiiiii” teriak Viola dengan meregangkan persendiannya.
Akhirnya dia langsung tidur dan menyetel alarm jam 5 pagi.
……………………………
Tepat jam 08.00 Viola sudah berada di ruang dosen.
Dia melangkah mengumpulkan tugas atas hukumannya kemarin.
“Permisi”
Itulah yang diucapkan saat masuk ke ruang Hendra.
“Maaf pak. Ini saya mau mengumpulkan tugas”
“Taruh saja di meja”
Cuek banget sih. Dasar dosen muda. Iya tau deh kalau berprestasi, pinter, ganteng, jadi idaman para mahasiswi. Gak ada gitu bilang apa kek, basa basi kek. Huftt. Batin Viola.
“Ya Pak, baik”
Viola melanjutkan langkah menuju kelasnya. Bertepatan sekali ini adalah hari terakhirnya di kampus sebelum weekend tiba. Karena kalau sudah weekend, pasti dia pulang ke kampung halaman.
“Tumben Vi udah nyampe aja. Mana Lisa?” tanya Yosi yang sedang memainkan ponselnya.
“Gak tau tuh, gue berangkat duluan. Tadi habis ngumpulin tugas hukuman” ucapnya dengan nada malas.
Waktu terus berjalan hingga satu persatu mahasiswa datang memenuhi ruangan.
Mata perkuliahan dimulai. Dia mendengarkan dengan baik, tidak ada ngantuk-ngantuk lagi.
Setelah selesai, dia bergegas untuk ke parkiran motor bersiap untuk pulang karena sesuai rencana jika weekend pasti Viola akan pulang ke kampung halaman.
“Ge, nanti kalau pulang ke rumah naik kereta, travel apa mau motoran?”
“Ya kali mau motoran, capek atuh neng geulis. Gue naik kereta Vi, nih udah beli tiketnya. Eh kamu juga hati-hati loh naik motor sendirian lagi”
“Iya, udah biasa kali Ge”
Akhirnya mereka berpisah di kampus.
Viola dan Lisa segera pulang ke kos dahulu untuk mempersiapkan apa saja yang perlu dibawanya.
Hampir satu jam Viola membersihkan kamar sebelum ditinggal pergi, juga mempersiapkan apa saja yang perlu dibawa pulang kerumah.
“Oke,, beress”
Langsung dia tancap gas memilih arah ke Bandung.
Hampir 3 jam dia mengendarai motornya. Kini dia memilih istirahat di indom*rt.
“Masih jauh..ngantuk lagi”
Viola mengucek matanya yang mulai mengantuk. Akhirnya dia membeli kopi instan dan meneguknya.
“Loh loh, ko kayak si kutub sih?? Bener gak nih mataku? Ngapain coba dia ada di daerah sini”
Viola mengucek matanya dan memastikan itu bukan Hendra, dosen galak yang kemarin memberinya tugas dadakan.
Tapi benar saja, itu adalah dosen kutub.
Viola langsung membalikkan badan agar tidak dilihat oleh Hendra.
Cepat-cepat dia habiskan minuman yang di pegangnya dan melanjutkan perjalanan lagi.
Diperjalanan pikirannya tertuju pada mantan kekasihnya, Viko.
“Kenapa sih, bisa-bisanya kamu selingkuh, sama temen sekelasku sendiri. Tega banget sihh”
Pikirannya melayang mengingat kisahnya bersama Viko.
Dan dia pun bersenandung untuk mengungkapkan isi hatinya.
Mengapa kita bertemu
Bila akhirnya di pisahkan
Mengapa kita berjumpa
Bila akhirnya di jauhkan
Kau bilang hatimu aku
Nyatanya bukan untuk aku
Bintang di Langit nan indah
Dimanakah cinta yang dulu
Masihkah aku disana
Direlung hati dan mimpimu
Andaikan engkau disini
Andaikan tetap denganku
“Eits, stop Vii, stop.. hatimu sudah cukup sakit dan menangisi laki-laki itu. Yukk move on. Cayoo Viii.. cayo viii”
Itulah yang diucapkan ketika mengingat masa indah sekaligus patah hatinya kini.
Perjalanan yang ditempuh tak lagi jauh. Kini tinggal beberapa menit lagi akhirnya dia sampai dirumah.
10 menit berlalu.
“Assalamualaikum Ma” ucapnya sembari mengetuk pintu rumah modern nan asri tersebut.
“Waalaikumsalam aduh anak mama, baru sampai rumah ko cemberut sih. Ini matanya sembab pula. Pasti habis nangis ya”
“Gak ko mah, hehe”
“Ya udah sana ke kamar dulu bersih-bersih. Papa sama Kak Jovan masih diluar ada keperluan katanya sebentar lagi juga balik”
Viola berjalan menuju kamarnya, tak ada yang berubah.
Semenjak putus dengan Viko, kamarnya sekarang tak ada satu foto pun tak terpampang disana.
Hanya foto keluarga yang dia letakkan di figura diatas nakasnya.
Mungkin melupakan tidak mudah tapi aku yakin aku bisa melupakanmu Viko Pratama Handoko.
Dia beranjak dan pergi ke kamar mandi..
Hummm enak sakali.. beda dengan di kos. Oke dua hari ini akan ku manfaatkan dengan baik. Enjoy Violaaaaaa.
“Dekkk,, dekkkk,, hei rese,, ayo gih buruan kita mau makan siang nihhh” Jovan mengetuk pintu kamar mandi dengan brutal.
“Sebentar kakk, Vio masih mandi nih, nanti nyusul aja ya” ucapnya teriak dari kamar mandi.
Cepat-cepat dia mandi dan berganti baju.
Babydoll warna navy dengan rambut terurai, cantik itu lah yang patut disematkan padanya.
Dia segera turun dari kamarnya dan…
“Pak, ngapain disini??” matanya melotot kaget melihat Hendra ikut makan siang dengan keluarganya.
“Loh, kamu. Ko disini?”
“Ini rumah saya. Tugas kan sudah saya kasih di meja Pak Hendra. Ko ngintilin saya sampai rumah, apa gak dengan cara lain gitu pak?”
Jovan yang melihat adiknya nyerocos panjang lebar akhirnya menghentikan.
“Stop Vi. Ini tetangga komplek kita, Hendra. Yang kita sering main bareng waktu kecil. Apa kamu lupa?
What? Hendra? Berarti Hendra yang menyebalkan dulu? Yang selalu ngerjain aku sampai buat aku nangis?? Dan dia adalah pria satu-satunya yang galak kalau gue pake celana pendek.
“Tuh dengerin apa kata Jovan. Maaf ya Om, Tante kalau kedatangan saya membuat Viola tidak suka” ucap Hendra dengan kata-kata manisnya ingin membuat Viola muntah.
“Bukan nak, mungkin saja Viola hanya kaget. Sudah lanjutkan lagi makannya nak. Vi ayo duduk, makan” ucap Mama.
Akhirnya Viola duduk tepat di depan Hendra.
Diperhatikan wajah laki-laki didepannya dengan baik-baik.
“Ko bisa sih dunia sempit begini” batinnya dengan menyuap nasi yang ada disendok.
Akhirnya makan siangpun selesai. Jovan dan Hendra pun berbincang di ruang tamu. Sedangkan Viola yang masih sibuk membicarakan Hendra pada mamanya.
“Ma, itu ko ada temen Kak Jo sih. Kenapa gak disuruh pulang aja. Dia itu dosen Viola tau mah, galak banget. Suka ngehukum orang” bisik Viola.
“Jangan bilang kamu pernah di hukum?” mata penasaran mamanya kini balik memandang tajam anak gadis yang ada disampingnya.
“Ya ya sih Ma, tapi kan…"
Belum dia melanjutkan bicara, Mama sudah menghentikannya.
“Sudah sana bantu mama motong kue” Mau tak mau dia menuruti perkataan Mamanya dengan wajah ditekuk.
Mama paham betul siapa kamu Viola.
……………………………
Disisi lain, Hendra yang tadinya mengetahui bahwa Viola adiknya Jovan memang sengaja mengulur waktu untuk bermain lebih lama di rumahnya.
Cantik juga kalau lagi dirumah, gak kelihatan kalau dikampus hobi tidur. Batin Hendra
Sekali dua kali Hendra melirik ke arah Viola.
“Ini Pak cemilannya, ini juga minumannya” ucap Viola dengan memberikan kue dan segelas es jeruk.
Hendra yang datang sebagai tamu, diperlakukan sangat baik di keluarga Viola.
“Terima kasih”
Seperti biasa, sikap Hendra tetap saja dingin.
"HAHAHA"
Ketika Viola ingin kembali ke dapur, dia mendengar Hendra ketawa.
Dosen kutub itu ketawa?? Lagi gak sehat kali ya. Hiii serem.
Viola langsung melangkah menuju kamarnya dan memainkan ponsel.
Dikirimkannya ke grup genk nya.
Genk Ulala
"Hello gaes, kalian tau gak ada kejadian apa pagi ini. Pasti gak bakal nyangka" ketik Viola.
Beberapa detik kemudian
“Apa Vi?” Gea.
“Kejadian apa nih?” Lisa.
“Apa woy?” Yosi.
“Ciee gercep amat… ada dosen kutub main ke rumah gue. Dan kalian tau, dia temennya Kak Jovan :’( “ balas Viola.
“What!!”
“Ko bisa?”
“Dunia sempit sekali”
“Pokok tunggu aja cerita selengkapnya, gue mau bantu nyokap gue dulu byeee”
Viola mengakhiri percakapan di grup Genk nya.
Dia mengintip Hendra dan Kak Jovan dari lantai kamarnya.
Nah itu kalau ketawa ya memang cakep sih, tapi ko bisa kebetulan banget sih dia main kesini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments