"Cari dia sampai ketemu!"
Suara perempuan menggema memenuhi ruangan keluarga. Di lantai tergeletak tubuh seorang perempuan hamil, tergolek lemah tak berdaya dengan mulut berbusa.
Beberapa detik lalu, Diana dipaksa minum racun. Diana merasa kandungannya membengkak dan bergejolak hebat. Sepertinya bayi di perut itu, sudah tidak kuat bertahan lebih lama. Baju Diana yang tersibak, membuat perut itu semakin jelas bereaksi, bergelombang dalam bentuk tonjolan tonjolan kuat.
Jeritan Diana yang menyanyat, ditanggapi tawa bahagia penuh kepuasan. Suara jeritan Diana semakin keras, tubuhnya berguling ke kanan dan ke kiri, peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Dia sadar bayinya akan meregang nyawa begitupun dirinya. Semua orang meneteskan air mata, kecuali dua sosok iblis laknat itu.
"Ka..u ka..uuu!" Suara Diana tercekat oleh reaksi obat yang semakin menggerogoti nyawanya. Kerongkongannya terasa makin kering dan sakit. Udara disekitarnya semakin sesak, tawa dua manusia tak beradab itu makin menggema, seperti Rahwana mendapatkan Shinta. Itulah dia perwujudan iblis dari manusia yang tamak akan harta dan tahta.
"Bos, mereka sudah tidak ada bos."
Senyum terbit di wajah Diana yang menahan rasa sakitnya menjemput ajal. Hatinya telah rela bila harus mati sebab anak lainnya telah selamat.
"Cari mereka! Pasti pengawal sialan itu telah membawanya pergi. Tunggu apalagi? cepat cari."
"Ka..u ti..dak aakaaan menemukan a..nakku, diaa..akaan jadi bayangan yang kau takuti seuu...mur hi...dupmu. Allah tidak pernah tidur. Ka...u merasakan semua a..kibat da..ri perbuatan mu hari i..ni."
Diana berucap dengan mulut yang terus saja berbusa.
"Berani Kau menyumpahi ku, hah!"
Hasma menendang perut Diana dengan kuat, sehingga tak berapa lama darah keluar membanjiri kaki Diana.
"Allahu ak..bar All..lahu ak...bar."
Suara semakin melemah, dan tubuh itupun tergeletak setelah meregang nyawa. Wajah Diana nampak tersenyum. Suara isakan para pembantu yang diikat semakin terdengar. Mereka tak menyangka akan menjadi saksi dari hari kematian majikannya yang begitu mengenaskan.
Busa yang tadi putih terlihat merah semua. Dua iblis itupun sangat puas atas keberhasilannya.
Sebelum meninggal, Diana menoleh ke arah kiri, mendapati anaknya di luar jendela kaca transparan.
Sepuluh menit yang lalu, Andhra merangkak lewat plafon yang memiliki lubang di gudang, untuk mengelabuhi para pengawal sewaan Hasma. Plafon itu hanya berada di emperan rumah menuju teras belakang rumah, di samping ruang keluarga berada. Di dekat pagar tembok teras itulah akan ada pintu rahasia yang ditanami pohon merambat.
Heru dengan setia menjaga anak majikannya, memastikan keselamatan tuan kecilnya. Andhra mendengar suara jeritan mamanya saat sampai teras, bergegas mengintip dibalik kaca jendela. Mulut ibunya berbusa, dan memuntahkan darah. Seorang wanita dengan beringas menendang perut ibunya. Andhra menutup mulutnya, suara tangis tertahan, ikut merasakan pilu yang ibunya alami.
Andhra menjadi saksi detik detik kematian ibunya. Saat sang ibu mengerang mengucapkan takbir, dia dengar itu semua, namun tak bisa menggenggam tangan sang ibu hanya untuk sekedar menguatkan. Ibunya tersenyum kepadanya, melambaikan tangan seolah olah menyuruhnya pergi. Andhra melihat cahaya putih itu lagi berada di kepala ibunya, perlahan cahaya itu hilang.
Saat ibunya tersenyum dan menyemburkan darah, senyum itu masih ada sampai matanya terpejam untuk selamanya.
Tubuh Andhra gemetar, tangannya terkepal kuat, tapi tubuhnya lemah terkulai. Hingga tangan kekar Heru menarik serta membawanya pergi sebelum Andhra kehilangan kesadaran. Andhra masih mendengar tawa kedua iblis itu, hingga dia benar benar merasakan kegelapan menyelimutinya.
Heru menatap penuh iba, sosok anak laki laki tergeletak di pangkuannya. Kepala itu dielusnya pelan. Tanpa sadar air matanya pun menggenang. Heru berniat meninggalkan kota itu dan tidak akan menoleh lagi kalau bukan untuk dendam.
Sebuah mobil box yang lewat, kebetulan mau memberinya tumpangan sampai keluar kota.
'Mudah mudahan dengan cara ini mereka tidak bisa menemukan tuan muda' batin Heru.
Pekerjaan yang diterimanya dua bulan lalu sebagai wujud balas budi, nyatanya membawa pada kenyataan yang pahit. Heru merasa tak mampu melindungi keluarga Fadal.
Heru sebagai yatim piatu juga pernah merasakan bagaimana rasanya ditinggal orang tua.
Kini Heru dan Andhra sampai di desa X. Mereka berganti nama untuk mengelabuhi Hasma. Selama tiga bulan di desa yang terpencil, mereka aman dari jangkauan Hasma. Heru di lindungi oleh kepala desa yang memiliki putri cantik. Putri Kepala desa itu akhirnya dipersunting oleh Heru. Keduanya menikah dan mengangkat Andhra sebagai anak mereka. Meski jauh dari keramaian kota, mereka hidup bahagia dan sejahtera.
Andhra sekolah disana dan menjadi murid teladan, hingga menjadi perwakilan sekolah untuk berpartisipasi dalam lomba.
Saat itulah ketenangan Andhra terusik kembali. Hasma ternyata berada di tempat yang sama untuk mengantarkan putrinya. Lomba tingkat provinsi itupun berubah menjadi mimpi buruk bagi Andhra. Andhra di seret pengawal dan diculik. Heru tidak tinggal diam dia berusaha mencari keberadaan Andhra. Dengan susah payah akhirnya di temukan anak itu disekap dalam sebuah bangunan tua di pinggir hutan.
Dengan segala keahliannya, Heru berhasil membebaskan Andhra. Tapi saat di jalan mereka ketahuan. Petir dan hujan membuat keadaan semakin kacau. Jalanan yang licin membuat mereka tidak bisa berlari lebih jauh. Perkelahian pun terjadi di dekat sungai yang mulai banjir. Heru kalah telak dikeroyok oleh beberapa orang. Sedangkan Andhra di dorong oleh Hasma dan terbawa arus sungai yang begitu deras.
Heru menjerit menyesali ketidak becusannya dalam menjaga majikannya. Heru pun terbakar amarah dan melampiaskannya kepada para pengawal Hasma. Akhirnya dia benar benar tumbang dengan darah segar mengalir di kepalanya.
Andhra terbawa arus sungai yang begitu deras, membuatnya panik, air sudah memenuhi rongga dadanya. Meterial dan sampah yang di bawa arus sesekali menghantam tubuhnya. Di saat dia hampir putus semangat, teringat akan dendam yang belum terbalaskan. Tekat untuk bertahan hidup membuatnya mampu melawan arus. Dengan sekuat tenaga dia menarik batang pisang yang terbawa banjir, dengan susah payah dia mampu meraihnya dan meletakkan separuh tubuhnya pada batang pisang tersebut.
Andhra menatap sekitar, hanya pepohonan karet, setelah menengok lagi, hanya pohon yang dia lalui. Andhra hanya pasrah karna mau berenang ke tepi juga percuma, dia berada diantara sampah hutan yang terkumpul oleh banjir. Tubuhnya terasa mulai lemas dan remuk beberapa kali teroleng karna dihantam material hutan.
Andhra masih berusaha melihat sekeliling, ada pohon kecil yang melambai lambai karna di lewati air. Ide brilian Andhra langsung menyala. Secepat kilat dia menyambar pohon itu dan bertahan.
'Aku tidak akan kalah sebelum membalas dendam atas kematian mamaku. Ya Allah SWT selamatkanlah aku dari banjir ini. Batin Andhra.
Tak berapa lama lewatlah dua orang membawa cangkul mereka. Andhra berusaha berteriak minta tolong, suara air banjir menenggelamkan suaranya juga.
Hingga akhirnya Andhra terseret lagi arus sungai. Saat itulah dia benar benar sudah pasrah kemana Tuhan akan menentukan jalan takdirnya. Dia berdoa dalam hati agar kehidupannya setelah ini lebih baik dari hidupnya sekarang. Tetapi jalan takdir masih panjang menguji kehidupannya.
"Arrrrrghhhh!" Huft huft huft. Jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Andhra mengusap wajahnya yang penuh dengan peluh. Andhra segera mengambil air minum di atas nakas, menenggaknya hingga tandas.
To be continued
Jangan lupa dukungannya ya, share, vote dan kasih hadiah oke cuy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
jahat bgt si Hasma,trus si pak Fadal dimana masih hidup apa juga dibunuh Hasma
2022-01-17
2