" silahkan masuk "
Lily masuk kedalam rumah Angga sambil memegang erat ranselnya. Dia mengamati rumah yang terbilang besar itu, tatapannya tertuju pada foto keluarga yang tergantung di ruang tamu. Di foto itu Angga terlihat lebih muda dari sekarang, dia diapit orang tuanya. Ibu Angga terlihat sangat cantik.
" beliau meninggal tiga tahun lalu " Lily mendongak menatap Angga yang berdiri disampingnya " biar aku antar ke kamarmu. "
Lily mengangguk mengikuti Angga yang menyeret kopernya ke lantai dua. Dia membuka kamar yang sebelumnya adalah miliknya
" maaf masih berantakan, aku belum sempat memindahkan barangku "
" tidak apa, Angga tidur dimana? " tanya Lily karena tau itu kamar milik Angga.
" kamar orang tuaku " jawab Angga sambil senyum kecil " selamat istirahat, aku akan membereskan barangku nanti "
" terimah kasih "
" kalau butuh apa apa kasih tau aku " Lily menganggukkan kepalanya dia juga berusaha tersenyum " ini rumah Lily juga sekarang, jangan sungkan "
" terimah kasih. " ucap Lily lagi
Setelah Angga meninggalkannya dia langsung masuk kamar, meletakkan koper secara acak dan merebahkan dirinya di atas kasur. Air matanya yang sejak tadi dia tahan.
Angga yang juga masuk kekamar orang tuanya, menutup pintu sebelum terduduk dengan kepala tertunduk, air matanya juga berjatuhan, dadanya sesak terlebih melihat foto diatas nakas orang tuanya
Dia membekap mulutnya sendiri biar suaranya tidak terdengar hinggak keluar kamar meskipun dia tau kalau tidak ada yang mendengarkannya juga.
Siapa yang akan menyangka kalau dia akan kehilangan ayahnya untuk selamanya hanya berselang beberapa jam setelah Ayah Lily meninggal dua jam setelah dia mengabulkan keinginan kedua Ayah itu untuk menikahi Lily yang masih sangat dibawah umur, meski hanya menikah secara agama tiga hari lalu dan baru hari ini dia menjemput Lily setelah mengurus ini dan itu, begitupun gadis malang itu.
Angga berdiri setelah merasa lebih tenang, dia berbaring di kasur orang tuanya yang akan dia tempati kedepannya. Dia membuka laci dimana dia menyimpan berkas yang sempat diberikan Ayah Lily sehari sebelum pernikahannya dengan Lily.
Berkas itu berisi beberapa berkas aset yang sudah dibalik nama menjadi nama Lily.
" apa apaan. Bagaimana mereka bisa memberi amanat begitu berat padaku " gumam Angga " dia kembali membalikkan berkas itu, dia mendapati ATM dan rekening beserta pinnya, itu adalah biaya sekolah untuk Lily " bagaimana beliau bisa mempercayakan hal seperti ini? "
Tentang Lily, dia tau kalau gadis itu masih sangat berduka sama halnya dengannya, dia juga tidak memaksa agar Lily kembali ke sekolah secepatnya. Mereka berdua sama sama yatim-piatu sekarang.
Tok tok tok
Angga berjalan ke pintu, saat membuka pintu Lily berdiri dengan kepala tertunduk.
" kenapa? "
" mau makan apa? " Tanya Lily, dia harus tau dirikan? Karena Angga mau menampungnya.
" makan diluar saja "
" kenapa? " Lily menatap Angga.
Angga bisa dengan jelas melihat wajah sembab Lily begitupun sebaliknya.
" tidak ada bahan makanan didapur. " jawab Angga, sebenarnya dapur dirumah itu hanya seperti pajangan semenjak ibunya meninggal, Angga dan Ayahnya hanya selalu makan di luar. Kebersihan rumah pun mereka hanya menyewa jasa tiga kali seminggu untuk datang.
" Lily lapar? " tanya Angga
" ti.. Tidak kok " Lily senyum kecil sebelum pamit, mereka berdua benar benar canggung
" Lily " panggil Angga saat gadis itu akan masuk ke kamar yang dia tempati " ganti pakaianmu, aku lapar "
" ha? Ah iya "
******
Mereka memesan hanya satu jenis makanan, padahal Angga sudah menawarkan beberapa tapi Lily hanya memilih satu hidangan.
Mereka makan tanpa nafsu makan, mereka benar benar hanya memasukkan makanan ke perut hanya untuk mengganjal lapar.
" a.. Anu.. " Angga mendongak menatap Lily " Angga kelas berapa? "
Angga diam, baru kali ini dia mendengar pertanyaan tentang dirinya " kelas 12 "
" Lily panggil Kakak boleh? "
" senyamannya Lily " jawab Angga, dia menyebut nama Lily karena gadis itu selalu menyebut namanya saat menyebut dirinya
" terimah kasih, Kak " lirih Lily " mohon bimbingannya kedepannya "
Angga terkekeh mendengar ocehan Lily yang terdengar lucu di telinganya.
" makan " Suruh Angga sebelum dia menunduk untuk kembali makan
" kak, nanti bisa temani Lily beli bahan makanan " tanya Lily
" iya "
" terimah kasih "
Lily bernafas lega, dia sebenarnya sangat enggan meminta bantuan mengingat mereka berdua tidak saling kenal. Tapi, Lily belum familiar dengan lingkungan rumah Angga, dan memang dia tidak terlalu mengenal tempat tempat kecuali rumahnya, sekolah dan pasar yang tidak jauh dari rumahnya dulu.
Selesai makan, Angga membawa Lily ke pusat perbelanjaan. Dia mendorong troli sedangkan Lily memilih bahan makanan. Dia tidak tau apa yang disukai Angga mengingat mereka tidak saling mengenal.
" kenapa? " tanya Angga
" kakak suka masakan apa? "
" aku sembarang saja, tidak pilih pilih " jawab Angga karena tau masakan Lily enak, dia beberapa kali memakannya saat masih di rumah sakit.
Sementara Lily memilih sayur, daging dan buah, Angga mengambil keranjang lain untuk mengambil camilan minuman ringan dan mie instan.
" kak ini banyak sekali mie instannya, tidak sehat " kata Lily begitu melihat keranjang Angga, pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
" ah.. Persediaan tengah malam. "
Lily menatapnya, dia menghela nafas dan mengangguk karena merasa belum berhak melarang larang Angga.
" apa sudah semua? " tanya Angga karena Lily seperti menunggunya
" mau membeli detergen dan barang pembersih. " jawab Lily karena sadar di rumah Angga tidak punya sapu. Dia tadi hendak menyapu tapi tidak menemukan apa apa.
Setelah membeli semua keperluan mereka ke kasir untuk membayar belanjaan mereka. Dia juga sadar kalau kasir itu menatap mereka penasaran karena yang Angga memaksa membayar belanjaan.
" kenapa? " Angga bertanya karena melihat wajah tidak senang Lily
" lain kali Lily belanja di pasar saja. Disini mahal dan tidak bisa di tawar " kata Lily
Dia terus mendumel dengan suara kecil karena sayur daging yang dia beli sangat sedikit tapi mahal untuk ukuran kantong remaja sepertinya.
" Lily naik taksi saja " kata Angga, tadi mereka keluar menggunakan motor, mustahil mereka pulang naik motor dengan belanjaan yang sangat banyak, kalau Angga sendiri tidak masalah tapi mereka berdua
" naik angkot saja, kak. Mahal "
" tidak, lagian rumah dekat dari sini " Angga berkata dengan tangan menghentikan taksi.
Dia membantu Lily masuk taksi dan memberi tau alamatnya ke pengemudi sedangkan dia mengikuti dari belakang dengan motor.
Sesampainya dirumah, Lily mengatur belanjaan di dalam kulkas sedangka Angga mengumpulkan barang barangnya di kamar Lily.
Dia naik ke atas setelah urusannya di dapur selesai, di dalam kamarnya Angga menngeluarkan pakaian dari dalam lemari.
" biar Lily bantu " Lily membantu mengeluarkan pakaian Angga yang sangat banyak itu " kakak mau pindahin semua "
" hm. Cepat atau lambat memang harus di pindahkan "
Lily mengangguk, dia juga mengumpulkan buku buku Angga yang masih di meja belajar, memasukkannya ke dalam kardus.
" kak ini mau dipindahin juga " Lily menunjuk rak berisi banyak buku tebal tebal dan novel. "
" tidak " jawab Angga " kamu bisa membacanya "
" terimah kasih "
Angga menghela nafas panjang " Lily "
" ya? "
" jangan terlalu formal, biar bagaimana pun kita sudah menikah " Ucap Angga membuat Lily menunduk terlebih Angga berjalan ke arahnya meraih tangannya " aku mau kamu nyaman denganku, karena hanya kamu yang aku punya sekarang "
Lily mengangguk dia kembali menangis, mereka benar benar tidak mempunyai siapa siapa lagi, sekarang mereka hanya berdua dan sadar kalau mereka harus berpegangan tangan dengan erat untuk saling menguatkan.
Lily masih 16 tahun dan Angga baru akan 18 tahun tapi mereka harus bisa dewasa.
******
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Nine
Mak buat cerita lgi dong🥹 suka sama cerita Mak tutu, udah berapa kali aku baca ini sma cerita yg lain
2024-11-04
0
hersita maharani
😭😭😭😭😭
2022-09-23
0
Jiminnya wiechan ☺️💜
ouh jadi pasutri ini yg di maksud kenanselain hanin afkar
semangat thor💪
2022-07-11
0