Shena berjalan sedikit cepat menuju ruang kuliah, Chika melihat Shena lalu berlari kecil menghampirinya sambil memanggil nama Shena. Shena menghentikan langkah melihat kearah Chika, Chika mengatakan kalau tadi Garil mencarinya dan bertanya apakah Garil sudah menemuinya.
"Dia yang nyari gue, apa elo yang ngasih tau" Shena bertanya dengan muka datar.
Jawab chika sambil senyum-senyum, "Ya-ya-iya (menggaruk kepala).. Tadi tu dia kasihan, katanya nilainya kecil gitu. Jadi, yaudah deh gue tawarin aja belajar bareng kita."
Shena lalu berkata pada Chika kalau dia menerima ajakannya hanya karena ingin balas budi dan tidak lebih. Mendengar itu Chika merasa senang dan spontan memeluk erat Shena. Sesak Shenameminta Chika untuk melepaskan pelukannya mengajak untuk segera masuk ruangan.
Beberapa jam kemudian, Shena dan Chika tiba dirumah. Shena duduk di meja belajar dan Chika bermain ponsel sambil memakan ciki, ucap Chika pada Shena kalau dia mau pulang ke rumah sebentar untuk mengambil beberapa bajunya.
Sahut santai Shena sambil belajar kalau dia tidak akan ikut dan memilih untuk dirumah saja, Angguk Chika mengerutkan bibir.
Chika bersiap-siap mengambil tas lalu segera pergi dan bicara pada Shena apakah dia mau menitip sesuatu, gelengan kepala Shena mengatakan tidak sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
"Gue pinjem mobil lo ya sen" ucap Chika berjalan pergi.
Malampun tiba, Shena tertidur dikasur dengan posisi duduk sambil memegang ponsel dan buku. Shena terbangun mengusap mukanya dengan tangan lalu melihat ponselnya, dengan muka sedikit terkejut melihat beberapa panggilan dari Chika dan nomor tidak dikenal.
"Astaga, gue lupa. Pintunya kan tadi gue kunci, pasti Chika nunggu diluar" tergesa Shena segera beranjak dari tempat tidur.
Dengan muka lelah Chika menunggu Shena ditemani Garil dan Exel yang berada diluar.
Keluh Garil yang menunggu lebih dari 30 menit, bertanya pada Chika dimana temannya (Shena) dengan tangan yang bersandar dipintu.
"Gue juga nggak tau," ucap Chika.
Shena membuka pintu dan...
Brukk..
Garil menabrak Shena dengan kaget dan tidak sengaja mencium pipi Shena, Chika menutup mulut dengan terkejut. Tertegun sejenak, Shena mendorong Garil sedikit keras.
"Iyyuhh (mengelap pipi), dasar lo ya!. ngapain lo nyium2 pipi gue!" keras Shena menampar Garil.
Kaget Garil melongo memegang pipinya yang sedikit sakit, berkata pada Shena kalau dia tidak sengaja dan refleks karena Shena membuka pintu saat dia sedang bersandar. Teriak Shena mengatakan pada Garil kalau ia hanya alasan dan mencari kesempatan lalu menyuruh Garil pergi dari rumahnya.
"Heh, tunggu dulu. Gue kan udah bilang kalo gue nggk sengaja, lagian tadi juga karena gue nungguin lo yang lama banget" ulang Garil.
"Dih, lagian lo ngapain disini?"
"Kan, lo udah janji mau ngajarin gue belajar. Gimana sih, dasar linglung!" lirih Garil.
"Apa lo bilang?, udah ba.. tal!. Sekarang lo pergi cepetan!, hus-hus.." lanjut Shena mengusir Garil.
"Heh, itu gimana temen lo?" lirih Exel menyenggol Chika.
Lirih Chika bicara pada Shena dan menenangkannya sambil mengatakan kalau Garil memang tidak sengaja menciumnya dan membenarkan kalau memang Garil sudah lama diluar menunggunya. Rayu Chika agar Shena mau mengizinkan Garil masuk.
"Dasar drama" sinis Shena menatap Garil.
"Udah, ayo masuk" lirih Chika.
Merekapun duduk berdampingan dan mulai belajar. Shena yang duduk disamping Garil menyuruhnya untuk tidak terlalu dekat dengannya, tatapan lembut garil melihat Shena yang sedang menjelaskan.
"Heh, lo tu denger gue nggk sih (Garil terkejut). Yang diliat tu pelajarannya, bukan muka gue."
"Gue tu ngeliatin lo ngomong, bukan muka lo. PD banget sih" balas Garil.
"Alesan" Shena mengalihkan pandangan.
Senyum tipis Garil yang serba salah, soal pun Shena beri untuk mengasah kemampuan belajar Garil. Beberapa saat Garil menyelesaikan soalnya dan memberikan pada Shena duduk dengan santai. Terkejut Shena melihat hasil kerja Garil yang tak sesuai ekspektasi.
"Hahh!. Apaan ini?"
Jawab Garil dengan muka santai, "Jawaban lah."
"Ya gue juga tau. Cuman, ini soal bisnis tapi kenapa lo isi fisika?" bingung Shena memperlihatkan lembar kertas itu
Garil terkejut dengan muka humor dan tidak percaya mencoba melihat jawabannya, melirik kearah Chika mengatakan kalau dia lupa. Mendengar itu Exel dan Chika tertawa lirih, Garil menoleh mengatakan untuk tidak tertawa dan itu hanya kesalahan saja.
Setelah mereka selesai, Garil dan Exel pamit untuk pulang. Niat hati Garil ingin berpamitan dengan orang tua Shena, menanyakan dimana orang tuanya. Ekspresi Shena berubah sedih menjawab Garil lalu pergi.
"Nggk ada" ucap Shena p.
Garil memasang muka heran bertanya pada Chika ada apa dengan temannya. Chika menjelaskan yang sebenarnya pada Garil tentang ibu Chika yang sudah meninggal dan ayahnya yang melakukan kekerasan pada Shena, hingga ia memutuskan untuk kabur dari rumah.
Mendengar hal itu, Garil merasa bersalah dan menyuruh Chika menyampaikan permintaan maafnya pada Shena. Chika mengatakan pada Garil untuk tidak perlu khawatir, dan menyuruhnya agar tidak membahas itu lagi pada Shena karena hal itu hanya akan membuatnya merasa sedih.
"Oh iya, gue butuh bantuan elo deh Ril buat ngilangin semua rasa sedih dan sakit hatinya dia. Karena, semenjak kejadian itu dia kayak nutup diri dari cowok gitu. Lo, pmau bantu kan?" sedih Chika.
Garil yang ikut sedih mendengar hal itu, lantas setuju dengan permintaan Chika dan bersedia membantu. Senyum tipis Chika di barengi Garil dan Exel berpamitan pulang.
Didalam kamar Shena menangis duduk diatas kasur, mengambil foto sang Mama mengatakan kalau dia sangat-sangat merindukannya. Chika yang melihat Shena menangis lalu menghampirinya dan menenangkan sambil memeluknya.
"Sen, lo jangan nangis dong. Lo sedih karena perkataan Garil tadi?" lembut Chika.
Sahut Shena kalau dia tidak sedih karena perkataan Garil, tapi dia hanya merindukan sang Mama. Untuk mengurangi kerinduannya pada mamanya, Chikapun mengajak Shena untuk pergi ke makam sang Mama besok. Shena menghapus air mata menoleh kerah Chika, dengan senyum senang mengatakan pada Chika kalau dia sangat-sangat beruntung punya sahabat sepertinya.
"Iya, makannya lo jangan sedih terus dong. kalo Lo sedih gue juga ikutan sedih tau" Chika menghapus air mata Shena.
"Gue nggak tau lagi Cik kalo nggk ada lo. Gue pasti udah bener-bener rapuh. Cuman lo satu-satunya orang yang bisa gue percaya saat ini" Shena memeluk Chika.
...
Keesokan pagi setelah pulang dari makam, Chika mengajak Shena menonton pertandingan basket. Tolak Shena kalau ia sedang tidak mood, paksa Chika menarik lembut tangan Shena.
Tiba di kampus, Chika segera mengajak Shena ke tempat pertandingan sebelum pertandingannya di mulai.
Saat akan masuk ke aula pertandingan, tak sengaja seseorang menabraknya. Dia adalah Fidin, lawan main Garil saat pertandingan basket kali ini.
Tertegun sejenak Fidin menatap lembut Shena, ia meminta maaf karena tak sengaja menabraknya.
"Maaf, tadi saya buru-buru. Kamu nggak papa kan?"
Geleng Shena menjawab kalau ia tidak kenapa-napa lalu mengajak Chika untuk segera masuk ke aula.
"Jutek, cantik dan unik" lirih Fidin.
Tak lama pertandingan dimulai, menit demi menit terlewatkan dengan permainan sengit mereka. Di menit-menit terakhir, tim Garil lah yang memenangkan pertandingan kali ini. Tatapan sinis Fidin begitu kesal dengan kekalahannya, lalu segera pergi dari aula pertandingan.
Next👇.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments