"Kalan ... tungguin aku dong?"
"Kalan ... jangan tinggalin aku?"
Cicit bibir mungil itu yang terus mengoceh tanpa henti, membuat Kalan pun sampai bosan saat mendengarnya.
"Aww ..." Gadis menjerit yang seketika membuat cowok itu menoleh.
Tentu Kalan terkejut, lalu segera menghampiri Gadis yang sedang tersungkur di atas lantai parkiran sekolah. Bisa Kalan lihat lutut gadis itu memang sedikit terluka. Buru-buru ia menolong gadis berkacamata itu dengan sedikit kesal.
"Kenapa gak hati-hati sih?" Gerutunya sambil membantu Gadis untuk berdiri. "Dasar ceroboh.?" Dumelnya lagi yang membuat gadis itu mencebik kesal. Tapi di balik sikap dingin dan datarnya Kalan, cowok itu akan tetap peduli. Itulah yang membuat Gadis selalu bersemangat dan tidak pernah menyerah untuk mengejar cintanya.
Meskipun sebenarnya ia malu, karena bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali cowok itu selalu menolak cintanya. Gadis sudah mengagumi sosok Kalan dari kecil. Bahkan di saat ia belum mengenal apa arti cinta yang sesungguhnya pun, gadis selalu mengatakan kepada orang-orang bahkan kepada teman-teman satu sekolahnya waktu di taman kanak-kanak dulu kalau Kalan adalah kekasihnya, Kalan miliknya. Dan itu yang membuat Kalan selalu kesal sekaligus malu di buatnya.
Tetapi seperti di takdirkan untuk tetap bersama, dari TK hingga SMA pun mereka berdua selalu mendapatkan kelas yang sama. Kemana pun dan dimanapun Kalan berada, pasti Gadis akan selalu berada disampingnya. Dimana ada Kalan disitu pasti ada Gadis.
Ck, menyebalkan.!
"Aku begini kan karena kamu." Gadis menunduk takut saat melihat Kalan menatapnya tajam. "Bukan," Ia mengibaskan tangannya seraya tersenyum kaku. "Ini salah aku, aku yang ceroboh." Ralatnya lagi buru-buru karena takut akan tatapan cowok itu.
"Dasar bodoh!" Kalan melengos, dan tanpa sadar ia tersenyum tanpa sepengetahuan gadis itu. "Ya udah, kamu bisa jalan sendiri kan?"
"Sakit ..." Keluh Gadis dengan nada manja.
"Jangan manja!" Katanya lagi sambil meninggalkan gadis itu sendirian disana.
"KALAANNN ..." Teriak gadis itu dengan suaranya yang cempreng. Siapapun orang yang mendengar akan menutup telinganya secara langsung. Pun dengan Kalan, cowok itu reflek menutup telinga sebelum kemudian melambaikan tangannya tinggi-tinggi tanpa mau menoleh kebelakang.
Gadis menggeram, tentu ia kesal saat Kalan benar-benar pergi meninggalkannya. Dengan langkah cepat meskipun kakinya benar-benar terasa sakit, ia tetap mengejar cowok itu. Dan sesampainya di gerbang sekolah, Gadis berhenti saat mendapati Kalan sedang berbicara dengan seorang wanita yang tentu Gadis tahu siapa orang itu.
Aretha Kanza, gadis tercantik dan begitu populer di sekolahnya. Retha adalah gadis yang mendekati kata sempurna, dan Gadis akui itu. Bukan hanya murid laki-laki saja yang mengagumi kecantikan yang dimiliki Retha, bahkan sebagian besar murid wanita pun begitu mengagumi Retha karena kecantikan yang dimilikinya.
Tidak terima melihat Kalan-nya sedang tersenyum kepada wanita lain, dengan tergesa Gadis melangkahkan kakinya lebar-lebar agar segera sampai di hadapan mereka berdua. Entah karena tidak suka atau memang sedang cemburu, Gadis begitu kesal saat melihat kedekatan yang terjadi antara Kalan dan juga Retha. Meskipun Gadis tahu, kalau Kalan memang mempunyai perasaan khusus untuk wanita itu.
Tidak, Gadis tidak akan membiarkan Kalan jatuh cinta pada wanita lain selain dirinya. Dan itulah kebodohannya sendiri.
Tiba di hadapan sepasang manusia yang sedang melempar senyuman, Gadis meraih tangan Kalan lalu bergelayut manja di lengan cowok itu.
"Gadis ..." Sentak Kalan sambil melepaskan tangan Gadis dari lengannya. "Apa-Apaan sih?"
"Kenapa kamu tinggalin aku tadi?" Katanya lagi yang kembali memeluk lengan cowok itu.
"Dis ..." Kalan menggeram kesal, matanya melirik ke arah Retha sambil tersenyum kaku. "Dis, lepasin gak?"
"Nggak, Mau." Bersama kepalanya yang menggeleng.
Kalan meraup udara banyak-banyak untuk meredakan kekesalannya terhadap Gadis. Kalau bukan karena Ayah dan Bunda yang memintanya untuk bersikap baik kepada Gadis, tentu Kalan akan menolak. Gadis benar-benar gadis yang selalu mengganggunya, tidak di rumah, tidak di sekolah, bahkan dimana-mana gadis itu adalah pengganggu untuknya. Kadang Kalan ingin pindah dan pergi menjauh agar gadis itu tidak lagi mengganggu ketenangannya.
"Aku bilang lepasin?" Sungut Kalan dengan penuh intimidasi.
Gadis pun takut, ia menyerah dan melepaskan tangannya dari lengan Kalan.
"Iya ..." Gadis pun melirik ke arah Retha yang di balas senyuman oleh gadis itu.
"Kaki kamu kenapa, Dis?" Dan itulah Retha, selain cantik ia juga di kenal sangat baik. "Kamu terluka?" Siapa yang tidak akan jatuh cinta sama gadis seperti Retha? Kadang Gadis pun minder kalau sudah disandingkan seperti ini.
Seperti Cinderella dan Upik abu.
"Gak papa, kok. Tadi tidak sengaja jatuh."
"Kenapa gak di obatin? kaki kamu berdarah loh?" Mendengar suaranya saja akan membuat semua orang jatuh cinta.
"Cuma luka kecil, nanti aku obatin di rumah aja." Kata Gadis yang membuat Retha tersenyum. Tapi tidak dengan Kalan, cowok itu masih memasang wajah masam dengan aura dingin.
"Ya udah, Ta. Kita pulang sekarang yuk?" Tiba-tiba saja suara Kalan yang terdengar.
Retha tersenyum sembari mengangguk sebagai jawaban.
"Kalan, aku gimana?" Pertanyaan itu mampu membuat keduanya kembali menoleh.
"Aku akan pulang bareng, Retha."
"Terus aku?"
Bahu cowok itu mengedik. "Terserah."
"Gak bisa gitu dong? rumah kita kan searah, lagian aku gak mau naik angkot. Kaki aku terluka, Kalan."
"Bukan urusan aku." Jawabnya datar.
"Tapi ___" Suaranya tercekat saat Kalan menarik tangan Retha di hadapannya.
"Ayo, Ta. Nanti keburu hujan, soalnya aku bawa motor."
Retha melirik Gadis dan Kalan secara bergantian, tapi di luar dugaan, jawaban yang diberikan Retha membuat Gadis dan Kalan menganga saat mendengarnya.
"Kalan, lebih baik kamu pulang bareng Gadis aja ya? kasian dia terluka."
"Tapi, Retha?"
"Gak apa-apa." Seolah mengerti dengan kekhawatiran cowok itu, Retha pun tersenyum. "Aku bisa pulang sendiri. Supir aku udah nungguin kok."
"Tapi, Ta. Aku udah janji mau nganterin kamu pulang." Terkadang Gadis merasa iri dengan sikap Kalan yang memperlakukan Retha begitu jauh berbeda dengannya. Sikap dingin dan datar saat di hadapannya bisa sirna seketika ketika Kalan sedang bersama dengan Retha. Dan hanya Retha seorang yang mampu membuat cowok itu tersenyum.
"Its'ok. Besok kamu bisa jemput aku."
Dari kecil hingga mereka menginjak dewasa seperti ini pun, bisa di hitung dengan jari kapan Gadis melihat Kalan-nya itu tersenyum.
Akan tetapi ... ada yang tidak di ketahui oleh Gadis. Diam-diam Kalan selalu tersenyum setiap kali melihat kepolosan gadis berkacamata itu.
Sama halnya seperti sekarang, saat Retha sudah menghilang dari pandangannya, dengan hati yang dongkol dan terpaksa, ia pun membawa Gadis untuk pulang bersama. Selama dalam perjalanan pulang, dengan sengaja Kalan membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Ia ingin memberikan pelajaran untuk Gadis yang telah mengacaukan rencananya bersama Retha hari ini.
Seperti jalanan itu miliknya sendiri, Kalan tidak takut meski di hadapannya ada banyak kendaraan lain yang melintas. Ia membawa motornya dengan sangat kencang, membuat Gadis ketakutan dan tidak berhenti mengoceh di belakangnya.
"Kalan ... Jangan ngebut."
"Kalan ... bisa gak sih bawa motornya pelan-pelan aja?"
"Aku takut, Kalan."
Cerocos gadis itu dengan suaranya yang kencang. Sepertinya Kalan memang sengaja ingin mengerjai Gadis sekali-kali. Dengan seringai yang tidak pernah lepas dari bibirnya, Kalan semakin menambah kecepatan motornya dengan sangat tinggi.
"Kalan ... Pliss." Gadis begitu ketakutan. Tangan yang semula hanya berpegangan pada jaket cowok itu, kini telah melingkar indah pada perutnya. Gadis memeluk Kalan dengan sangat erat. Bisa Kalan rasakan dada Gadis yang bersentuhan langsung dengan punggungnya. Dan tiba-tiba saja mendadak tubuhnya terasa panas.
"Kalan, aku gak mau mati sia-sia. Aku masih ingin hidup. Masih banyak yang harus kerjakan di dunia ini."
Tanpa henti-hentinya Gadis terus mengoceh di belakangnya, membuat cowok itu semakin bersemangat untuk tetap mengerjainya. Tapi ... saat ia ingin menambah kecepatannya lebih tinggi lagi, tanpa sadar Kalan tersenyum di balik helm yang menutupi kepalanya.
"Aku gak mau mati muda."
"Aku juga ingin menikah. Ingin punya suami, ingin punya anak, meskipun bukan kamu yang menjadi suami aku nantinya."
Kalimat demi kalimat yang keluar dari bibirnya itu, mampu membuat Kalan, si manusia es itu bisa tersenyum juga.
"Tapi aku selalu berdoa, agar kita berdua berjodoh."
"Aku mencintai kamu. Tapi kalo kamu mau mati sekarang, Aku gak mau, aku akan menikah sama orang lain saja."
Gadis semakin mengeratkan pelukannya itu sambil memejamkan matanya rapat-rapat. Ia takut terjadi sesuatu ketika motor yang semula melaju dengan cepat, seketika berhenti secara mendadak. Dan beruntungnya, Kalan menghentikan motornya itu di pinggir jalan.
Membuka matanya secara perlahan, Gadis bisa merasakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Ia bernapas lega, saat tahu kalau ternyata mereka berdua baik-baik saja.
"Udah puas ngocehnya?" Tanya Kalan sembari menoleh ke belakang.
Tanpa menjawab pertanyaan dari cowok itu, lagi dan lagi Kalan kembali mendengar kalimat aneh yang membuatnya ingin tersenyum.
"Ahh .. Syukurlah. Aku masih hidup. Akhirnya aku masih bisa menikah dan menikmati surga dunia juga."
Ck, gadis yang aneh !!
...******...
Bersambung dulu genks ..
Next part berikutnya yess ..
Seperti biasa, jangan lupa like, komen dan votenya juga ya?
Makasih buat semua yang sudah mampir baca.
Semoga suka ..
Follow Ig aku yuk?
@hakimparida
bye .. bye ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
ini beneran baik atau cm baik di depan Kalan nih😏duuh, suudzon aja🤪
2022-10-28
0
Astri Oktavia
kok belum ada lanjutan ceritanya udh nungguin nih Thor
2022-01-15
1
Astri Oktavia
Yach sedikit Amat padahal di tungguin dari kemarin lanjut dong thor
2022-01-14
1