Lima

Hari berganti hari, dan keadaan pun masih tetap sama. Kalan yang semakin hari semakin sering bersama Retha membuat Gadis selalu di rudung perasaan cemburu. Setiap pagi Kalan selalu menjemput Retha, bahkan saat pulang sekolah pun Kalan selalu mengantarkan Retha pulang kerumahnya.

Semakin hari Kalan semakin menjauh darinya. Gadis hanya bisa melihat dan bertemu dengan Kalan hanya ketika berada di dalam di kelas saja. Setelah itu, Kalan kembali menghilang. Dan ternyata Kalan sedang bersama dengan Retha. Menemaninya di kelas, di kantin, bahkan ia selalu setia menunggu Retha saat gadis itu sedang berlatih piano. Setiap kali Gadis berkunjung kerumahnya pun, Kalan tidak pernah ada di rumah.

Dan yang membuat Gadis semakin sedih, ketika ia mendengar sendiri secara langsung dari Bunda Yasika, kalau anak laki-lakinya itu sedang pergi keluar bersama dengan gadis yang bernama Retha.

Jadi ... Kalan sendiri sudah mengenalkan Retha pada keluarganya?

Dan pagi ini, Gadis sengaja bangun lebih awal agar ia bisa pergi ke sekolah bersama Kalan. Tapi saat di rumah cowok itu, Gadis harus kembali menahan kekesalannya karena Kalan menolak berangkat bersama dengannya. Dengan alasan ia sudah membuat janji bersama Retha.

"Kalan ..." Bunda Yasika menghampiri keduanya saat mereka sudah berada di teras rumahnya. "Kamu gak bareng sama Gadis?" Tanya wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu.

"Nggak. Bun." Jawab lelaki itu sambil memakai helmnya.

"Loh, kenapa? dari tadi Gadis nungguin kamu?"

Kalan melirik ke arah Gadis sebentar, lalu menatap sang Bunda seraya berkata.

"Aku udah buat janji sama Retha, Bun."

"Tapi Gadis gimana?" Bunda Yasika menatap Gadis yang berdiri di sampingnya itu sekarang. "Kasian Gadis, kamu berangkat bareng Gadis aja ya?"

Kalan berdecak, menatap gadis itu tanpa minat. "Dia bisa naik ojek, Bun."

"Kalan ...!" Yasika menatap anak laki-lakinya itu. Satu hal yang Gadis tahu, salah satu kelemahan Kalan adalah tatapan Bundanya itu.

Sekeras kepalanya Kalan, ia akan tetap mengalah jika bersangkutan dengan Bundanya itu. Sebesar apapun kemarahan Kalan, hanya mata sang Bunda lah yang bisa membuat laki-laki itu tenang. Sama hal nya seperti sekarang, ia tidak mungkin menolak saat sang Bunda sendiri yang memintanya untuk berangkat sekolah bersama Gadis.

Terkadang Kalan merasa bingung terhadap sikap sang Bunda yang terlalu berlebihan kepada Gadis. Ia juga heran karena Bundanya itu begitu menyayangi Gadis, bahkan Bunda pun memperlakukan Gadis sama seperti putrinya sendiri. Bunda Yasika selalu marah setiap kali Kalan bersikap tidak baik kepada Gadis.

Ck, apa kelebihan gadis itu?

Sebenarnya yang anak Bunda itu siapa sih?

Karena takut dengan sang Bunda, akhirnya Kalan pun mengalah. Dengan hati yang sedikit kesal Kalan kembali membuka helmnya dan memilih menggunakan kendaraan beroda empat itu.

"Buruan ...!" Seru Kalan saat ia sudah berada di dalam mobilnya.

Gadis tersenyum penuh kemenangan saat ia berhasil membuat cowok itu berangkat bersama ke sekolahnya pagi ini.

"Ya udah, Bunda. Aku berangkat sekarang ya?"

"Ya sayang, hati-hati ya?"

"Okey, Bunda." Gadis berseru heboh sembari memeluk tubuh wanita yang sudah ia anggap seperti Bunda keduanya itu.

Setelah berpamitan, tanpa menunggu lama Kalan segera menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi agar ia tidak terlambat menjemput Retha. Kalan takut Retha marah. Kalan sudah berjanji dan ia tidak ingin mengecewakan pujaan hatinya itu karena terlalu lama menunggu.

Selama dalam perjalanan, Gadis lah yang terus mengoceh tanpa henti. Sementara Kalan, cowok itu hanya diam tanpa ingin menjawab atau mendengarkan apa yang sedang gadis itu bicarakan.

"Kalan ... nanti malam kan malam minggu, kita nongkrong di kafe yuk?

"Atau kita cari makan terus nonton."

"Atau ... kita pergi ke pasar malam. Gimana? mau gak?"

"Atau ___" Gadis kembali mengatupkan rahangnya saat mendengar suara Kalan yang sedikit meninggi.

"Bisa diam gak sih?" Cowok itu mendesah kasar. "Berisik tahu gak?" Keluhnya lagi yang membuat gadis itu mencebik.

"Ya udah, aku gak akan ngomong lagi." Ujar Gadis yang membuat cowok itu sedikit melirik ke arahnya.

Dan keterdiaman Gadis hanya sementara waktu. Setelah itu Gadis kembali melontarkan pertanyaan saat mobil yang di lajukan Kalan berlawan arah dengan sekolah mereka.

"Loh ... sekolah kita kan disana? kita mau kemana?" Gadis itu menunjuk jalan dimana sekolahnya berada.

"Kalan ... kamu mau bawa aku kemana?"

"Jangan-jangan, kamu mau ngajak aku bolos?"

"Kalan, kamu ___" Gadis menciut saat Kalan menatapnya tajam sekarang. Ia gigit bibir bawahnya dan menatapnya takut-takut.

"Apa?" Tanya cowok itu galak.

"Iya, aku gak akan ngomong lagi." Seolah mengerti dengan pertanyaan itu, Gadis menyadari apa kesalahannya sekarang. Ia terlalu berisik, dan Kalan tidak menyukai orang yang berisik seperti dirinya. Akan tetapi tanpa sepengetahuan gadis itu kembali, diam-diam Kalan tersenyum. Entah kenapa ia merasa gemas dengan tingkah Gadis yang ketakutan seperti itu.

Dasar bodoh!

Duh ... ini mulut kenapa sih gak mau diem?

Tiba di tempat tujuan, Kalan membunyikan klakson mobilnya beberapa kali. Sedangkan Gadis, ia menatap bangunan mewah yang menjulang di depannya dengan penuh decak kagum. Rumah mewah berlantai tiga yang ia yakini milik seseorang. Dan benar saja, tidak berapa lama orang itu keluar dengan senyuman lebar yang menghiasi bibir merahnya.

Aretha. Si gadis cantik yang sangat sempurna di mata Kalan. Pun dimata Gadis.

Gadis sempat terkejut saat Kalan tiba-tiba saja membuka pintu mobil dan menyuruhnya untuk keluar.

"Kenapa?" Tanya Gadis begitu polos.

Kalan tidak menjawab, ia hanya menggerakkan kepalanya sebagai isyarat.

"Kalan, gak papa. Biar aku aja yang duduk di belakang." Ujar Retha sembari tersenyum.

"Nggak. Kamu duduk di depan sama aku, biar Gadis yang duduk di belakang." Kemudian Kalan menatap Gadis kembali. "Dis ..." Cowok itu melotot tajam.

Gadis mendesis, dengan terpaksa ia keluar dari dalam mobil dengan wajah yang di tekuk. Saat ia hendak masuk kedalam mobil tiba-tiba saja Retha memegang bahunya.

"Dis ... Maaf ya?" Seperti itulah Retha, gadis itu terlalu baik. Dan itulah yang membuat Kalan begitu mengaguminya.

Kadang Gadis berpikir, sekeras apapun usahanya untuk mendapatkan cinta Kalan, sepertinya ia tidak akan berhasil. Kalan tidak mungkin jatuh cinta pada gadis seperti dirinya. Terlalu banyak perbedaan di antara mereka berdua. Retha sangat cantik, pintar, anggun, fashionable, dan baik hati. Sedangkan Gadis, apalah dia? gadis kutu buku yang sederhana dan tidak menarik sama sekali.

...*****...

Jam pelajaran terakhir pun sudah selesai, dan sekarang waktunya semua murid untuk pulang. Sebagian sudah ada yang meninggalkan kelasnya, dan sebagian lagi ada yang masih berada di dalam kelas, termasuk Gadis. Tampaknya cuaca di luar sedang tidak berpihak, terlihat sangat mendung dan sepertinya akan turun hujan deras.

Gadis dan Tania masih duduk di bangkunya masing-masing. Mereka masih membahas tentang mata pelajaran matematika yang belum sepenuhnya selesai. Gadis memang salah satu murid yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Maka dari itu, terkadang Gadis lah yang mengajari teman-temannya yang belum mengerti.

Tapi ... entah kenapa pada hari itu mood seorang Gadis menjadi tidak baik. Gadis menjadi sedikit pendiam, ia juga sempat memarahi teman laki-lakinya yang secara tidak sengaja melempar bola basket dan mengenai dirinya. Entah karena akan datang tamu bulanan, atau karena memang ia sedang kesal.

Dan sekarang, di saat ia sedang mengerjakan soal-soal itu. Tiba-tiba saja datang salah satu murid perempuan yang dengan sengaja menumpahkan jus mangga itu ke hadapan Gadis.

Gadis terkejut, pun dengan Tania dan orang-orang yang masih berada di dalam kelasnya itu.

"Kamu apa-apaan sih?" Bentak Gadis seraya menggebrak mejanya itu. Membuat semua orang yang masih berada di dalam kelas itu menatap mereka.

"Ups ... Sorry, gue emang sengaja." Ujar wanita yang bernama Ziyana itu. "Itu pelajaran buat lo, Gadis." Ziya menunjuk Gadis dengan telunjuknya. "Karena lo, gue jadi kena skorsing."

"Kenapa jadi marah sama aku? itu kesalahan kamu karena ketahuan merokok dan ngebully Mia."

"Alah ..." Ziya mendorong bahu Gadis, beruntung saat itu Tania yang berada di sebelahnya menahan Gadis agar tidak terjatuh. "Jangan sok-sok'an lo, sok belagu jadi orang bener."

"Itu memang tugas aku. Aku ketua OSIS disini."

"Dasar *****.!"

"Apa kamu bilang?" Tanya Gadis menantang.

"Apa? Mau apa lo?" Balas Ziya tak kalah sengit. "Udah jelek, culun lagi." Kamudian gadis itu berdecih jijik. "Ngaca dong lo? mana mau Kalan sama cewek kayak lo? gue aja jijik liat lo, apalagi Kalan?"

"Jangan sembarangan ngomong kamu, Ziya."

Gadis yang bernama Ziya itu tertawa sarkas. "Harusnya lo itu tahu diri, Kalan itu sukanya sama cewek yang setara, kayak gue sama Retha, bukan cewek purba kayak lo?" Ziya mendorong bahu Gadis kembali. "Jadi ****** aja lo gak bakalan laku. Dasar murahan." Ujarnya lagi yang membuat Gadis menggeram.

"Diam Ziya, kamu itu bener-bener gak tahu diri ya? kamu yang cewek murahan, bukan aku."

"Lo berani sama gue?"

"Kamu pikir aku takut?"

Tanpa aba-aba Ziyana melayangkan tamparan yang sangat keras di pipi kanan Gadis, membuat Gadis meringis kesakitan. Saat Ziya hendak menampar untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba saja Retha datang dan mencekal tangannya.

"Ziya, hentikan.!"

Ternyata bukan hanya Retha, melainkan ada guru BK yang juga ikut masuk kedalam kelas itu. Tania hanya diam saja karena ia takut, pun dengan teman-temannya yang hanya diam dan menjadi penonton.

"Ziyana, keterlaluan. Ikut keruangan saya sekarang."

Ziyana pun hanya bisa pasrah saat ia kembali tertangkap basah oleh Pak Ruslan, Guru BK itu. Sementara Gadis, ia masih berada di dalam kelas sambil memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu.

"Dis ... kamu gak papa?"

Gadis menghindar saat Retha hendak menyentuh bahunya.

"Dis ... kita ke UKS ya?"

"Gak usah, makasih." Jawabnya ketus.

"Tapi, Dis. Kamu ...!"

"Cukup, Retha. Cukup kamu selalu bersikap baik seperti ini." Entah setan dari mana yang membuat Gadis berani membentak orang lain.

"Gadis?" Tania berusaha untuk menenangkan Gadis.

"Gadis, maksud kamu apa?" Retha tak terima, matanya pun sudah berkaca-kaca karena mendengar bentakan Gadis. Apa salahnya? Bukankah tadi Retha yang menolong gadis?

"Aku memang jelek, aku memang jijik, aku gak sebanding sama kamu." Gadis pun mengeluarkan unek-uneknya dengan buliran air bening yang menetes. "Kamu memang sempurna, kamu memang pantas bersama Kalan."

"Gadis ...?" Retha melirih sembari menangis.

Gadis merampas tas dan semua buku-bukunya yang basah di atas meja. Ia ingin pergi, ia segera pergi dari tempat yang membuatnya merasa sakit seperti ini. Belum jauh Gadis melangkah, ia terkejut saat mendengar suara Retha yang meringis kesakitan karena terjatuh.

Rupanya Retha berusaha untuk mengejar Gadis sebelum kakinya tersandung.

"Retha ...!"

"Retha ..." Teriak Kalan saat ia baru saja masuk kedalam kelas setelah selesai bermain basket. Kalan tidak mengetahui apa yang terjadi kalau saja Mario tidak memberitahunya.

Kalan bermaksud untuk menemui Gadis, tapi saat ia melihat ada Retha dan mendapati gadis nya sedang terjatuh dan menangis, ia lupa akan Gadis.

"Kamu kenapa?" Tanya Kalan khawatir.

Retha semakin menangis, ia tatap Gadis yang masih berdiri di ambang pintu itu. Retha tidak tahu apa kesalahannya hingga Gadis bisa marah seperti itu.

"Retha, apa yang terjadi?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari Kalan, Retha pun berdiri sendiri, ia bahkan menolak saat Kalan hendak membantunya untuk berdiri. Retha pergi meninggalkan kelas itu dan juga Kalan yang masih diam mematung tidak mengerti.

Setelah Retha menghilang dari pandangannya, ia beralih menatap Gadis yang terlihat sedikit berantakan. Kalan yakin, Gadis lah yang membuat Retha menangis dan terluka seperti itu.

Gadis tersentak saat Kalan memdekat dan menyentak bahunya.

"Apa yang kamu lakukan pada Retha?"

"Aku tidak melakukan apa-apa."

"Kenapa Retha menangis?" Tanya Kalan dengan pandangan tajam dan menusuk.

"Aku __ Aku ...!"

Gadis tidak bisa lagi menahan kesedihannya saat Kalan melontarkan kalimat demi kalimat yang membuat dadanya terasa sesak. Ini terlalu menyakitkan untuknya. Apalagi setelah Kalan sendiri yang memintanya untuk pergi menjauh dari kehidupannya. Tidak menemuinya dan tidak mengganggunya lagi.

"Pergi ... Dis, pergi. Pergi jauh dari kehidupan aku!"

"Baik ..." Air matanya luruh. "Baik ... aku akan pergi." Gadis menatap Kalan dengan sorot terluka. "Aku akan pergi jauh, seperti apa yang kamu minta."

Tidak, Gadis tidak boleh menangis. Ia harus kuat, ia bukanlah gadis yang lemah dan cengeng.

Di hapusnya air bening itu dengan kasar, Gadis pun pergi meskipun di luar hujan telah mengguyur dengan lebat. Ia akan meninggalkan semuanya disini. Gadis akan meninggalkan kenangan masa kecilnya dan meninggalkan semua kenangannya bersama Kalan.

Ya, Gadis akan memenuhi semua permintaan Kalan. Ia akan pergi membawa semua kenangannya.

Karena dengan cara pergi menjauh dari sisinya, maka Gadis akan membuat Kalan-nya itu bahagia.

...*****...

Itu Gadis Ayunda, si gadis berkacamata yang sederhana.

Yang itu Kalandra Aksa Pratama, cowok super dingin yang menggemaskan.

Bersambung gaess .. hihihi

Next part berikutnya yess ..

Jangan lupa like, komen dan votenya juga ya?

Makasih semua, semoga suka sama ceritanya...

❤❤❤

Terpopuler

Comments

Hasnah Siti

Hasnah Siti

😣aaah aku juga menanggung rasa sakit di hati seperti diri mu gadissssssss

2022-12-14

0

Astri Oktavia

Astri Oktavia

sumpah sedih banget aku bacanya lanjut Thor LG seru nih.

2022-01-16

2

Fatmah

Fatmah

nyesek juga bacanya.. 😢

2022-01-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!