Banyak pasang mata yang menatap ke arah lapangan lebih tepatnya melihat dimana Evan berada saat ini. Panas matahari begitu terik hingga menyengat kulit putih Evan.
Entah sudah berapa kali ia mengeluh dan menelan salvinanya karena ke hausan. Bahkan bulir-bulir keringat sudah terlihat diwajah dan jidatnya. Seragam putih abu-abunya terlihat basah dibagian punggung karena keringat yang bercucuran.
"Masih lama gak, sih?" keluh Evan.
Tangannya terasa pegal bahkan sampai kram, sudah satu jam lamanya Evan beridiri didepan tiang bendera dengan tangan yang terus hormat kepada sang merah putih.
Andai saja Evan tidak diawasi pasti dia sudah kabur dari hukuman itu, sayangnya pak Slamet menyuruh salah satu guru piket untuk mengawasi Evan.
Bagi Evan ini adalah hukuman pertamanya selama ia sekolah, padahal biasanya semua guru selalu segan dengannya sejak ia masih dibangku sekolah dasar. Tapi kali ini berbeda kehidupan SMA sangatlah berbeda dengan sekolah dasar ataupun sekolah menengah pertama.
Walaupun mereka memiliki prestasi yang bagus tetap saja dihukum jika melakukan pelanggaran tak terkecuali siapapun itu.
Manik mata Evan menangkap sosok yang ia kagumi tadi sedang berjalan di koridor sekolah. Seolah memiliki efek slow motion, Evan melihat gadis itu berjalan dengan anggun terlebih rambutnya yang tergerai indah berkibar terkena angin. Membuat siapa saja terpesona dengan gadis itu, bahkan ada yang sampai menabrak tong sampah yang tidak salah apapun.
"Ini tempat sampah siapa yang naruh disini, sih!" gerutu siswa itu sambil menendang tong sampah yang sudah membuatnya terjatuh dan malu.
Evan yang masih berdiri didepan tiang bendera pun sampai terbengong melihat gadis itu, lagi-lagi ia tidak menyadari jika Pak Slamet sudah ada dibelakangnya. Pak Slamet terlihat berkacak pinggang wajahnya sudah merah padam, ia tidak menyangka jika Evan akan mengabaikan panggilannya.
"EVAN ANGGARA!" teriak Pak Slamet tepat ditelinga Evan.
Hal itu mebuat telinga Evan berdengung, dengan wajah terkejut ia berbalik badan.
"Astaga! Ini siapa yang naruh speaker dibelakang gue sih?" batin Evan sambil memegang telinganya.
Perlahan Evan menoleh kebelakang, dilihatnya wajah garang dari Pak Slamet.
"Eh, ada bapak. Kenapa pak?" tanya Evan dengan wajah yang dibuat seramah mungkin.
"Apa yang kamu pikirkan sampai beberapa kali saya panggil tidak menyahut! Apa perluh kamu saya bawa ke tht?" kesal Pak Slamet.
"Maaf pak," ucap Evan tulus.
"Hah, sudahlah kembali ke kelas sana dan ikuti jam pelajaran selanjutnya!" kata Pak Slamet.
"Serius, pak?" tanya Evan.
"Apa tampang saya ini kurang serius?" tanya balik Pak Slamet.
"Hehe serius banget pak, sampai saya kaget!" kata Evan langsung lari menuju kelasnya.
"Dasar, beda banget sama bapaknya dulu yang penurut. Tapi otaknya sama cerdasnya!" Pak Slamet menggelengkan kepalanya melihat tingkah siswanya itu lalu ia kembali ke ruangannya.
Sedangkan Evan sudah kembali ke kelas, ia sibuk mengibas-ngibaskan tangannya untuk agar sedikit sejuk. Bahkan saat masuk kedalam kelas semuanya terlihat hitam, mungkin itu efek dari dua jam lamanya Evan berjemur dilapangan.
"Udah berjemurnya?" tanya Vion sambil terkekeh.
"Si al an!" kesal Evan sambil melemparkan sebuah buku entah punya siapa itu ke wajah Vion yang terus saja meledeknya.
"Buku gue," protes Andini.
"Hehe pinjam bentar, Din." Evan tersenyum sambil menunjukkan deretan gigi putihnya membuat membuat Andini tidak jadi marah.
"Iya deh, tapi nanti balikin loh!" perintah Andini.
Evan hanya mengangguk saja, ia terlalu lelah untuk menjawab perkataan Andini.
"Nih!" Evan sedikit terkejut saat ada benda dingin yang menyentuh kulit pipinya.
Ternyata ada seorang gadis memberikan Evan sebotol minuman dingin yang memang saat ini sangat dibutuhkan oleh Evan. Tanpa ragu lagi Evan menerima pemberian gadis itu lalu membuka dan meminum hingga tandas.
"Haus banget, ngab? Sampai tetes terkahir," ucap Vion sambil terkekeh.
"Diem aja, lo kan gak tau gimana panasnya matahari yang menyengat kulit. Tuh lihat sampai belang gue." Evan membuka sedikit lengan bajunya dan menunjukkannya pada Vion yang memang terlihat belang.
"Dikit doang belangnya, cowok apa bukan kok ngeluh?" ledek Vion lagi membuat mereka terkekeh termasuk gadis yang memberikan Evan sebotol minuman dingin itu.
"Eh, btw makasih ya, Len. Minuman lo berguna banget," kata Evan sambil mengangkat botol minuman itu.
"Sama-sama, kalau bisa buat lo seneng mah apapun gue lakuin," ucap gadis itu yang bernama Elena.
"Uhuukk ciee cieee, eheem!" goda Vion membuat pipi Elena bersemu merah. Sedangkan Evan hanya tersenyum saja menanggapi ledekan Vion.
"Keselek lo, Vi?" tanya Evan.
"Iya gue keselek kalau lihat yang uwu gitu, bawaannya pengen gue bawa kalian ke penghulu biar dinikahin sekalian." Vion menaik turunkan alisnya sambil tertawa.
"Gue sih mau aja apalagi kalau sama dia," kata Elena sambil melirik Evan dengan ekor matanya.
"Kode tuh kode, ngab! Jangan dilepasin udah dikasih lampu hijau!" entah kenapa Vion sangat antusias dengan percintaan sahabatnya itu.
"Berisik banget sih ini mulut, lemes banget kalau ngomong!" geram Evan sambil membungkam mulut Vion dengan beberapa kertas.
"Huek! Lo tega banget sama gue, Van. Kasih makanan kek ini kertas main dimasukin dalam mulut, lo kira main debus apa!" kesal Vion sambil memuntahkan kertas yang sudah basah dengan air liurnya.
"Kantin ayok, gue yang traktir!" ajak Elena.
"Belum istirahat." tolak Evan sambil menatap keluar kelas, Evan berharap bisa melihat bidadari itu lagi dan yang pertama kali Evan lakukan adalah menanyakan siapa namanya.
"Ya nanti kalau udah istirahat," kata Elena.
"Gue ikut ya, Len." pinta Andini.
"Ini anak kalau denger yang gartisan gercep banget!" ejek Vion.
"Biarin, wleee!" Andini menjulurkan lidahnya pada Vion, jari telunjuknya menarik kulit pipi yang berada di bawah matanya kebawah.
"Wah ini anak, berani ya!" Vion langsung berdiri dari duduknya, ia menghampiri bangku Andini yang berada tidak jauh darinya. Terjadilah perdebatan diantara mereka berdua.
Sedangkan Evan terus saja menatap ke arah pintu kelas yang terbuka lebar, tangan kirinya ia gunakan sebagai tumpuan dagu.
Elena berdecak kesal karena ucapannya diabaikan oleh Evan, apalagi Evan lebih terfokus pada hal lain.
"Van, Evan!" panggil Elena.
"Hmm?" saut Evan tanpa menoleh.
"Lo liatin apaan sih? Gue kan lagi ngomong sama lo, harusnya lo liat gue kan?" kesal Elena.
"Bidadari!" saut Evan singkat jelas padat.
"Hah apa bidadari? Mana ada bidadari zaman sekarang ini?" tanya Elena.
"Ada tadi gue lihat kok," kata Evan, membuat Elena memelototkan kedua bola matanya.
"Apa iya ada bidadari?" batin Elena.
"Dimana?" tanya Elena penasaran.
"Kelas sebelah!" saut Evan.
"WHAT! BIDADARI KELAS SEBELAH?" teriak Elena membuat mereka semua menatapnya bingung, begitu juga dengan Vion dan Andini.
Evan menoleh melihat Elena dengan tatapan tidak suka karena Elena sudah berteriak disebelahnya membuat telinganya tambah sakit.
"Gak usah teriak-teriak bisa gak? Bikin telinga gue makin sakit aja," ketus Evan.
"Maaf, Van ... refleks tadi," kata Elena sambil menunduk, gadis itu takut dengan tatapan Evan yang berubah menjadi dingin.
"Bidadarinya mana?" tanya Vion yang sudah bergabung lagi.
"Yang tadi," kata Evan.
"Yang mana kan gue tadi gak lihat, emang ada bidadari?" tanya Vion lagi, ia begitu penasaran dengan apa yang dilihat Evan.
"Mata itu buat apa, ya kali ada bidadari lewat gak tau lo," ketus Evan.
"Eh ini anak kenapa jadi aneh sih, bentar-bentar diem, nglamun, marah-marah gak jelas." Vion menatap sahabatnya itu dengan tatapan aneh.
"Siapa yang lewat?" tanya Andini.
"Setan yang lewat disebelah lo tadi," kata Vion sambil terkekeh.
PLAK!
Andini langsung memukul lengan Vion, pasalnya Andini sangatlah penakut terlebih dengan hal-hal mistis seperti itu.
"Gak lucu, ya!" kesal Andini.
Sedangkan Elena masih mencerna kata-kata Evan yang bilang ada bidadari dari kelas sebelah itu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
dianelischaa94_
Waahhh, udah setua apa tu pak Slamet? Wkwkk
2022-06-26
0
Shereen
Astaga Evan kok tuli mendadak sih🙈
2022-05-09
0
🍌 ᷢ ͩ𓆉︎ᵐᵈˡ❤️⃟Wᵃf⒋ⷨ͢⚤𝐀⃝🥀ᶫᶦᵃ
kalau dilihat² sepertinya elena menyukai Evan deh🤔, tapi sayang Evan tidak mencintai kamu elena. gw berharap sih, semoga aja elena gk seperti wanita² yg mempunyai obsesi tinggi dan akan menggunakan segala cara untuk menyingkirkan saingannya
2022-05-09
0