Hito menggenggam tangga nya, padahal yang seharusnya di tendang keluar adalah Fadli kenapa dia kasar pada istrinya sendiri. Tapi dia tidak akan bisa macam-macam lagi karena apa? Dengan bodohnya Fadli sudah menyerahkan semua aset perusahaan atas nama istrinya lagi bodoh, ternyata pria brengsek itu dapat di atasi dengan mudah nya.
"Kirana... " Hito segera menarik lengan Kirana, Kirana mengusap air matanya menggunakan tangannya.
Kirana menatap makanan yang seharusnya di bawa untuk suaminya, tapi kenapa suaminya semakin hari semakin jahat padanya?
"Kamu mau kemana?" Tanya Hito seraya melepaskan pegangan tangannya karena Kirana terus saja menatap tangannya Hito pun tahu jika pasti Kirana tidak enak jika harus mengatakannya.
"Mau pulang! Tidak sepatutnya aku datang ke sini? Lebih baik aku pulang saja." Kirana menghapus air matanya lagi dia sangat amat sedih kenapa suaminya setega ini setidaknya dia bisa meluangkan sedikit saja waktu dengan dirinya dan kenapa bahkan suaminya sangat kasar seperti tidak mengenalinya lagi.
"Apa kamu sudah makan?" Kirana menggeleng, bahkan sampai di kantor ini dia masih belum makan.
"Kamu ini selalu saja begitu." Hito segera menggandeng tangan Kirana menuju kantin.
"Seharusnya kamu tidak sebaik ini padaku." Hito yang tadinya senyum-senyum sendiri pun memandang Kirana.
"Baik? Bukankah aku dari suku memang sangat lah baik? Hehe dan ya jangan kamu masukkan dalam hati ya ucapan suami mu, dia memang seperti itu, pekerjaannya lagi banyak banyak nya." Kirana segera duduk dan tersenyum kecut.
"Sudah lama mungkin satu tahun belakangan ini dia berubah, mungkin gara-gara aku yang tidak perhatian, kurang peka dan kalah cantik!" Hito memandang ke arah Kirana wanita yang paling dia sayangi. Kurang cantik kata Fadli? Kurang cantik apa dia saja yang kurang memperhatikan istrinya?
"Kalah cantik? Dari mana nya? Bahkan kamu masih cantik seperti Kirana yang selalu berdandan rapi, kamu hanya butuh sedikit saja polesan itu saja kok." Kirana berdecak sama saja itu.
"Kamu itu dari suku tidak pernah berubah, lalu bagaimana dengan pekerjaan mu?" Hito menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Pekerjaan? Ya begitulah bisa membuat nih kepala sakit hehe.." Kirana mengacak acak rambut Hito.
"Melihat mu tersenyum seperti ini, aku jadi ingin memiliki dirimu sepenuhnya, kenapa dari dulu kamu tidak melihat ketulusan cintaku sih Kirana? Apa kamu tahu dari dulu aku sudah menaruh hati padamu, aku satu-satunya orang yang akan mencemaskan keadaan mu, memikirkan tentang kesehatan mu, tapi sampai saat ini entah sampai kapan aku akan dapat memiliki dirimu, setidaknya melihat mu setiap hari akan bisa membuat diriku bahagia. Tapi.... Jangankan melihat ku, kamu hanya menganggap diriku yang terlanjur mengharapkan dirimu malah sakit hati karena keputusan mu, tapi pasti aku akan mendapatkan kesempatan untuk mendekati mu. Tidak akan aku biarkan orang seperti Fadli menyakiti dirimu."
"Kamu kan pintar?" Kirana tersenyum dan Hito pun terhenyak pintar lah jika tidak orang yang seperti Kirana pasti akan tertipu oleh bualan pria tidak punya harga diri seperti Fadli, sering berselingkuh dan sekarang malah main menyakiti hati istrinya apa dia tidak berpikir milik siapa kantor ini? Milik istrinya seharusnya jika dia tidak menikah dengan Kirana pasti dia masih menjadi OB, dan menyedihkan. Lupa akan segalanya setelah dia mendapatkan Kirana tidak tahu malu.
"Haha... Pintaran kamu lah di usia muda kamu sudah membangun perusahaan dengan baik." Kirana membuang napas kasar.
"Seharusnya, tapi biarkanlah suamiku yang mengurusnya." Kirana menatap bekal makanan untuk suaminya lagi.
"Enak nya kita makan apa ya, bagaimana jika aku pesan kan nasi goreng kesukaan kamu, dan kemari kan kotak nasi mu, aku sudah kelaparan." Kirana yang memegang kotak makanan dengan ikhlas harus di rampas oleh pria rese ini, rese sih tapi dia akan datang di waktu yang tepat, andaikan saja suaminya seperti ini, selalu membuat nya tersenyum selalu membuat dirinya bahagia pasti dia akan sangat beruntung tapi bagaimana lagi ini semua juga pilihan orang tuanya jadi dia harus menerima saja...
"Hey... Kembalikan... "
"Sudahlah, aku ini sudah kelaparan, ku ganti dengan nasi goreng dan es teh manis deh ok. " Kirana mengangguk saja, Hito memang selalu membuatnya bahagia seharusnya ayahnya memilih Hito sebagai suaminya bukan Fadli tapi bagaimana lagi pasti Hito sudah mempunyai pasangan jadi dia harus sadar diri sedikit.
"Makanan kamu sangat enak, sangat enak seperti dulu tidak pernah berubah." Kirana tersenyum getir.
Flashback on
"Kirana cepat, kamu ini masak apa masak lama sekali!" teriak Fadli sambil marah-marah di meja makan.
"Sebentar mas sebentar... " Kirana dengan tergesa-gesa mengambil mangkuk dan menaruh lauk yang sudah di masaknya.
"Lama amat, Kirana.... Kau itu tuli apa bagaimana?" Teriak Fadli lagi Kirana pun segera bergegas menyiapkan makanan. Menghilangkan makanan tepat di hadapan suaminya.
Kirana segera mengambil kan nasi dan menuangkan air putih untuk dirinya. Fadli yang melihat nya tidak suka. Air putih biasanya juga kopi.
"Air putih?" Kirana memandang suaminya memang nya kenapa jika air putih?
"Iya Mas, air putih memangnya kenapa?" Kirana lupa jika suaminya biasanya minum kopi tapi bagaimana lagi gula kebetulan juga habis dan uang bulanan pun sudah tidak ada lagi. Ya bagaimana lagi?
"KENAPA? MASIH NANYA KENAPA? KOPI NYA MANA??? " Kirana hanya bisa tertunduk di kulkas juga tidak ada makanan lagi dan tidak ada gula.
"Maaf mas, gulanya sudah habis!" Fadli menggebrak meja dan segera mendorong istrinya hingga piring yang di pegang oleh istrinya sampai pecah.
"Kau memang tidak pecus menjadi istri, kamu tahu aku mau ke kantor dan kamu bilang gula habis, bilang saja kamu tidak ingin membuat kan diriku kopi? Bukan begitu kan?" Kirana menggeleng.
"Memang uang yang aku kasih tidak cukup! Baru juga satu bulan yang lalu aku memberimu uang satu juta, memang nya kurang? Apa memang kau sengaja tidak membelanjakan nya?" Kirana hanya bisa diam bagaimana mungkin dia tidak membelanjakannya bahkan uang satu bulan satu juta itu saja sangat pas pasan, belum juga membeli lauk seperti apa yang suaminya inginkan, minyak goreng saja sudah mahal belum lagi bayar listrik, beli pulsa tagihan tagihan uang lain dan suaminya bilang dia menyimpannya? Bahkan selama ini tabungannya pun sudah tinggal sedikit untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dirinya.
"Mas, bahkan uang yang kamu berikan itu tidak cukup, beli beras, beli minyak goreng, bayar listrik dan lain lain dan.... "
Plak
Tamparan keras pun sudah mendarat di pipi Kirana, Kirana memegangi pipinya yang terasa sangat sakit. Apa yang salah?
"Sudah untung aku membelikan dirimu uang untuk belanja, dan kau masih bilang tidak cukup. Minta ku hajar lagi kau... " Fadli segera menyeret istrinya. Fadli menarik rambut istrinya dan membawanya ke toilet.
Kirana di dorong dan terbentur ke dinding toilet, Fadli menyiram Kirana dengan air, begitu dingin terkena di badan.
"Kau.... Berani kamu melawan ku akan aku berikan hukuman yang lebih lagi untuk mu." Fadli melempar gayung ke arah istrinya dan menutup pintu toilet dengan kerasnya."
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Sulati Cus
istri teraniaya 😭
2022-09-09
1