Mayat

Mendengar teriakkan dari Santang tadi, semua anggota pendekar kapak itu pun segera berlari meninggalkan markas besar mereka.

Termasuk juga para penjaga raja Sira, mereka semua kabur meninggalkan rajanya yang sudah tergeletak tak bernyawa.

Dari yang awalnya sangat banyak orang di dalam markas itu, seketika menjadi sangat sepi! Hanya ada Santang Garaga dan mayat dari raja Sira di sana.

Garaga mulai berjalan menghampiri Santang yang masih tetap berdiri di sebelah mayat raja Sira.

"tuan Santang... Kamu benar benar hebat tadi, sikap mu itu sangatlah pantas untuk seorang pendekar hebat! Tak salah jika para dewa sudah memilihmu sebagai pendekar pilihan nya saat ini," ucap Garaga pada Santang.

Santang tak mau terus di puji oleh Garaga, sehingga Santang memotong pembicaraan Garaga dengan alasan lainnya.

"Garaga... Ayo bantu aku menggali tanah untuk menguburkan mayat raja Sira ini, setelah itu kita hancurkan saja markas besar ini," ucap Santang.

Garaga pun setuju dan langsung membuat galian tanah bersama Santang.

Mereka membuatnya tak jauh dari lokasi markas besar itu.

Garaga menggali dengan sangat cepat, menggunakan semua cakar miliknya.

Sedangkan Santang bertugas untuk mengangkat raja Sira ke tempat ia akan di kuburkan.

Santang memang benar benar berhati mulia, di tetap menguburkan raja Sira sebagai bentuk penghormatan terakhir baginya.

Walaupun dia orang yang begitu jahat dan kejam tapi Santang masih memperlakukan nya sebagai manusia biasa yang harus di kuburkan setelah sudah tak bernyawa.

Tak ada rasa dendam sedikit pun pada raja Sira.

Tanah sudah selesai di gali oleh Garaga, saatnya memindahkan raja Sira masuk ke dalam lubang itu.

Santang mulai mengangkat mayat raja Sira itu dengan sisa sisa tenaganya, memang sangat berat! Karena badan raja Sira cukup besar dan berat.

Mayat raja Sira mulai di masukkan dalam lubang tadi, tak lupa Santang juga memasukkan senjata kapak milik raja Sira ke dalam galian tersebut dan ikut di kuburkan.

Garaga mulai menimbun kembali tanah tersebut hingga menutupi semua tubuh raja Sira itu.

Semua telah selesai!

Waktunya untuk kembali ke markas besar pendekar kapak dan segera menghancurkan satu demi satu bangunan yang ada di sana.

"Ayo Garaga... Sekarang kita hancurkan markas mereka tadi," seru Santang dengan semangat.

Garaga mengangguk ringan dan segera mengikuti Santang menuju ke markas besar tadi.

Santang mulai menghancurkan bagian depan gerbang markas, pintu besar mulai di robohkan oleh Santang dan juga Garaga.

Setelah itu mereka berdua mulai menghancurkan beberapa bangunan kecil yang ada di dalam markas tersebut.

Bangunan pondok, gazebo, tempat mandi, tempat tidur, semuanya di ratakan dengan tanah oleh Santang dan Garaga.

Hingga akhirnya tersisa bangunan yang paling besar, itu adalah ruang kerajaan raja Sira tadi.

Santang segera mengambil palu yang cukup besar dan mulai memukulkannya ke arah tembok depan bangunan itu.

Hingga akhirnya seluruh bangunan itu berhasil roboh dan terlihat rata dengan tanah.

Tugas hari itu telah selesai, saatnya Santang dan Garaga kembali pulang untuk beristirahat sejenak bersama keluarga nya.

"Sepertinya hari ini sudah cukup... Ayo sekarang kita segera pulang ke rumah untuk beristirahat dan mengobati luka yang ada di tanganmu itu," ucap Garaga sembari melihat luka goresan yang ada di tangan Santang saat itu.

Santang setuju dengan keputusan Garaga itu, ia segera menaiki punggung Garaga untuk segera kembali pulang ke rumah.

Sedangkan Kakek Byakta dan yang lainnya sudah berhasil mendapatkan di ekor kambing hutan yang usianya masih sangat muda.

Rasanya juga pasti sangat empuk dan enak!

Mereka semua juga sudah mulai membakar kedua daging rusa tersebut, berniat untuk menyajikan daging itu untuk Santang nantinya.

Sedangkan Dewi Nur juga sudah mulai terbangun dan pergi ke luar rumah untuk melihat anaknya, Santang apakah sudah pulang atau belum.

"Suamiku.... Apa anak kita sudah pulang sekarang?" Teriak Dewi Nur pada suaminya yang sedang membakar daging kambing.

Yudhistira segera berdiri dan berjalan menghampiri istrinya itu.

Ia mulai menjawab pertanyaan dari istrinya tadi..

"Belum istriku... Mungkin sebentar lagi anak kita akan sampai rumah, kita tunggu saja dulu," jawab Yudhistira.

Hal itu membuat Dewi Nur sedikit panik kembali karena ternyata anaknya belum pulang dari tadi.

Wajahnya mulai terlihat ketakutan, mulai melihat ke kanan dan ke kiri, mencari dan menunggu kedatangan Santang anaknya.

Yudhistira kembali melanjutkan memanggang daging kambing tadi, ia memutuskan untuk menemani istrinya di depan rumah dan menyuruh Dewantara untuk segera membolak balikkan daging kambing yang sudah di panggang nya tadi.

"Dewantara.... Tolong kamu lanjutkan memanggang daging kambing tadi, aku ingin menemani istriku terlebih dahulu," teriak Yudhistira pada Dewantara disana.

Dewantara pun paham dan segera melanjutkan memanggang daging kambing tadi bersama kakek Byakta.

Yudhistira juga kembali berusaha untuk menenangkan istrinya agar tak mempunyai pikiran yang aneh aneh pada Santang.

"Tenang istriku... Aku tetap di sini menemani kamu, tenang... Sebentar lagi Santang pulang, kamu jangan berpikiran aneh aneh, Santang anak yang hebat, dia pasti pulang," ucap Yudhistira pada Dewi Nur istrinya.

Dewi Nur sedikit tenang setelah mendengar ucapan suaminya tadi, tapi masih belum bisa berhenti menghawatirkan keselamatan putranya.

Yudhistira terus memeluk istrinya sembari terus memberikan sedikit omongan yang bisa menenangkan hati Dewi Nur.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki....

Semua orang mendengarnya, sedikit takut akan ada hal bahaya yang sedang mengintai mereka.

Semakin lama suara langkah kaki itu begitu keras dan jelas, membuat semua semakin penasaran dan juga sedikit ketakutan.

Mulai terlihat sosok sebenarnya yang memiliki suara langkah kaki tadi.

Ternyata itu adalah Garaga dan Santang yang sudah kembali pulang dari ujung hutan sana.

Melihat anaknya sudah kembali pulang kerumah, Dewi Nur segera berlari menghampiri Santang dengan penuh kepuasan, dirinya juga sedikit kaget setelah melihat ada luka goresan di tangan anaknya itu.

"Anakku kenapa bisa terluka seperti itu tanganmu? Apa kamu sudah gagal tadi?" Tanya Dewi Nur dengan sangat panik.

Santang segera turun dan mulai memeluk ibunya dengan erat sembari menjelaskan kejadian tadi pada ibunya.

"Ibu.... Ibu tenang saja... Aku baik baik saja sekarang, ini hanya luka goresan kecil nanti akan cepat sembuh, aku juga sudah berhasil membuat kerajaan kapak hancur lebur rata dengan tanah... Dan hebatnya lagi aku sudah berhasil membunuh raja disana dan membuat semua para anggotanya bebas untuk kembali ke desa mereka masing masing," jelas Santang.

Mendengar itu semuanya merasa senang karena hari ini Santang dan Garaga sudah berhasil menumbangkan satu kerajaan di ujung hutan sana.

Semuanya berlarian mendekati Santangdan juga Garaga, satu demi satu dari mereka mulai mengucapkan selamat pada Santang atas keberhasilan yang ia raih hari ini bersama Garaga.

Tapi Dewi Nur sebagai seorang ibu tak rela jika anaknya itu harus terluka setiap harinya, Dewi Nur cukup senang atas keberhasilan anaknya hari ini, tapi Dewi Nur juga tak bisa menutup i perasaan khawatir nya kepada putranya..

"Nak... Ayo ikut ibu masuk ke dalam... Biar ibu obati luka di tangan mu itu," ucap Dewi Nur pada Santang.

Santang pun menuruti ucapan ibunya itu dan segera ikut masuk ke dalam rumah untuk di obati lukanya oleh Dewi Nur.

Luka goresan itu mulai di bersihkan oleh Dewi Nur menggunakan air bersih yang ada.

Terpopuler

Comments

paijo ,

paijo ,

luka kakek disembukan seketika
lukanya sendiri napa g disembuhkan,????
tiap markas perampok pasti ada gudang harta, napa g dikuras malah ditinggal gitu saja????

2022-01-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!