"Pesanan membludak!" Pekik Thika yang sudah uring-uringan sejak pagi dan sudah siang belum ada 1 pun yang selesai karena dia snediri sbuk dengan menerima pesanan via WA dan IG, sementara Flo menerima pesanan via Telepon yang masuk dan Vero menerima pelanggan yang datang langsung.
"Kayanya yang WA dan IG harus closed order deh.. ini sudah penuh.." Keluh Thika mengangkat buku catatannya yang sudah penuh 2 halaman yang berarti sudah menerima 20 pesanan untuk hari ini saja dan minta diantar pas di hari valentine lagi dalam sehari.
"Jangan Thika, sayang loh setahun sekali. Gini aja, kamu buat rule baru, hari ini closed dulu sampe besok pagi buka lagi. Kita kerjain aja dulu yang bisa yang penting bukan bunga asli. Rule barunya, akan dikirim via ojol tapi mobil dan ongkosnya di tanggung pembeli saja jadi terserah mereka." Jelas Flo dan Thika segera mengerjakannya.
"Ada yang bisa saya bantu mas?" Tanya Flo karena ada pemuda yang baru masuk dan Vero masih melayani pelanggan.
"Mau pesan buket valentine tapi dibuatnya masukin ini ya." Jawab di pemuda dan memberikan kotak cicin, dia membukanya dan membuat Flo kaget.
"Wah, sekalian mau melamar ya mas? Aku bisa kasih ide yang lebih bagus, bagaimana kalau bikin pakai box aja dan nanti cicin itu akan kami selipkan menjadi surprise dan bunganya pakai yang palsu biar tidak rusak atau bisa pakai lilin aroma therapy seperti ini atau sabun seperti ini." Jelas Flo dan memberikan salah satu contoh lilin dan sabun berbentuk mawar dengan berbagai warna.
"Boleh.. pakai yang sabun saja lebih berguna nantinya. Tolong dibungkus dengan cantik ya saya akan mengambilnya hari sabtu pas Valentine." Setelah itu si pemuda menuliskan nama dan nomor Hpnya. Flo sedikit kaget karena nama pemuda ini adalah Robin dan nama penerimanya adalah Susan.
"Baik mas, saya tulis notanya dulu ya.." Sambil menulis Flo mengetuk 2 kali ke pot Dandelion dan dia segera melepaskan 1 kelopaknya untuk mengikuti Robin. Flo hanya menatap kepergian Robin, memang pria itu terlihat tampan dan mapan, dari mobilnya yang mobil mewah keluaran terbaru.
"Vero, itu tadi Robin.. pacarnya Susan." Ujar Flo sambil memberikan nota tadi dan benar saja Vero kaget melihat nya dan ada cincin juga.
"Kasian kak Gio, kalau Susan terima si Robin kak Gio gimana dong.." Lirih Vero membuat Flo kesal dan menjitak kepalanya.
"Yah tinggal kamu pepet terus, jangan nyerah dong.. kalau Gio terpuruk berati giliran kamu maju untuk taklukan dia." Saran Flo membuat Vero tersadar dan kembali tersenyum cerah tapi hanya sesaat karena dia sudah kaget melihat siapa yang sedang jalan diparkiran.
"Flo itu Susan." Ucapnya membuat Flo kaget lagi.
"Dia kenal kamu?" Vero mengangguk, "Cepat sembunyi." Flo mendorong Vero agar masuk ke dalam atau berjongkok saja yang akhirnya Vero memilih berjongkok di bawah meja.
"Ada yang bisa dibantu mas dan mba?" Tanya Flo ramah saat Susan dan seorang pria sudah mendekat ke mejanya.
"Saya mau beli buket bunga untuk ibu saya, sekarang bisa?" Tanya pria itu. Terlihat Susan merangkul lengannya.
"Bisa mas, kalau boleh tau untuk acara apa ya? Dan ada jenis bunga yang disukai mungkin?" Tanya Flo lagi membuat si pria berpikir sejenak.
"Eh, mm ibu saya suka anggrek tapi akhir-akhir ini dia suka lily.. bukan untuk acara hanya mau kenalkan pacar saya ini ke ibu saya yang kebetulan suka bunga." Jelas si pria membuat Flo terbelalak dan Vero yang dibawah sangat kesa mendengarnya.
"Baik mas, tunggu sebentar." Flo masuk kedalam dan membawakan beberapa tangkai lily putih dan pink sebagai contoh dan Susan lebih memilih yang pink dan ingin dirangkai dengan beberapa bunga jenis lain.
"Sebaiknya hanya 1 jenis mba agar fokus di lilynya saja, nanti saya berikan baby breath sebagai hiasan dan beberpa tangkai yang masih kuncup agar bisa disimpan lebih lama samapai mekar." Saran Flo dan Susan menyetujui.
Flo langsung kedalam dan membawa 5 tangkai lily pink mekar dan 3 yang kuncup menyusunnya dengan telaten dan cepat dnegan sentuhan tangannya kubet lily cantik telah selesai.
"Wah cantiknya..." Puji Susan dan Flo tersenyum dan dia sedang menulis nota untuk pembayaran dan mengetuk 2 kali di pot Dandelion, lalu di ketuk 2 kali lagi pertanda si Lion harus mengikuti 2 orang ini.
"Wah hebat, bunga sebagus ini ternyata tidak terlalu mahal seperti toko bunga lainnya." Ujar si Pria yang bernama Santo itu membuat Flo mengangguk tersenyum. Vero akhirnya keluar dari persembunyiannya karena meraka sudah pergi.
"Gila yah tu cewe, berapa sih pacarnya?" Ketus Vero yang kesal ternyata selain Robin masih ada Santo.
"Tenang saja, sekarang bantu Thika dulu bentar lagi Imel juga datang, kita harus selesaikan pesanan Valentine." Titah Flo yang sedikit pusing melihat list pesanan yang makin membludak.
Dia sudah mengerahkan beberapa pegawai cafe juga untuk membantu hal-hal kecil, seperti memasang dan menggulung kertas tisue berbagai warna di lidi sebagai hiasan atau menempelkan snack ke lidi dengan lem tembak, agar Thika mudah menyusunnya nanti. Atau saat ini Fano sudah terlihat sibuk menempel stiker ke kertas wrapping dan Reyhan yang sedang memompa balon PVC dan Thika dengan cekatan mengikat dan memasangnya ke pot yang telah tersusun berbagai jenis snack atau apapun itu sesuai permintaan pelanggan.
"Imel.. cepat sini bantuin." Lirih Thika yang melihat Imel baru saja membuka pintu mau masuk.
"Wah kenapa ini kaya ada perang?" Tanya Imel yang melihat toko bunga itu sangat berantakan.
"Pesanan kita membludak Mel.. ini sudah selesai 8, tinggal 12 lagi hanya hari ini loh belom besok dan lusa sebelum hari Valentine. Bunga segar juga gak tau tuh berapa banyak yang dicatat Flo." Jawab Thika dan Flo sudah mengangkat catatannya yang sudah penh coretan.
"Ada 15 dan untungnya semua mawar merah dan pink." Imel tersenyum kecut berarti dia harus lembur 2 malam ini.
"Ya udah, rezeki ini jangan ngeluh.." Imel menepuk bahu Thika yang masih sibuk dan dia segera membantu dengan menyusun dan menghias semua pot yang sudah berisi banyak hal itu.
Malam sudah larut dan di toko hanya tinggal Flo dan Imel yang masih lembur membantunya sambil Flo mendengar Lion yang tengah membicarakan semua yang telah dia lihat dan dengar tentang Susan, Robin dan Santo. Sedangkan Fano masih setia dan sedikit memaksa menunggu Imel unuk mengantarnya pulang.
"Denger ajah ya, soalnya ada manusia itu.. jadi Susan tadi pergi sama Santo ke rumah ibunya yang gedeeee banget. Di komplek yang ada kuda terbangnya. Mereka kayanya mau nikah deh karena tadi si Santo melamar Susan di depan ibunya dan dia terima. Terus kalo Robin, dia anak dari bos di mall tadi aku lihat dia dimarahi sama papanya karena beli tas mahal di mall nya itu buat Susan. Trus kayanya ayahnya ga suka sama Susan itu. Dan nanti hari sabtu dia sudah pesan tempat di restoran di mall itu yang ada patung orang gendut yang besar banget trus ada naganya di sebelah retoran itu." Jelas Lion dan Flo mengangguk tanda mengerti.
"Mel, kau tau tidak, restoran di mall yang ada patung orang gendut dan sebelah retoran itu ada naganya." Tanya Flo menjabarkan yang dia dengar dari Lion.
"Ha? Tempat apaan itu?" Imel balik tanya karena penjabaran aneh dari Flo.
"Mungkin restoran jepang, patung orang gendut sepertinya sumo dan naga di sebelah berati retoran Chinese food di mall City M karena 2 restoran itu memang dempet karena owner-nya sama." Jawab Fano yang dari tadi memperhatikan Imel.
"Ohhh kamu tau banyak yah.." Ujar Flo.. "Tapi kau tau tempat atau nama restonya?" Tanya Flo lagi.
"Tau, Golden Dragon dan Akasuki." Jawab Fano lagi.
"Hem.. " Flo hanya berdehem membuat Fano sedikit bingung.
"Kenapa Flo sepertinya ada sesuatu?" Tanya Fano membuat Flo mendesah pelan.
"Aku ingin bantu Gio, pacarnya itu selingkuh tapi gimana caranya ya? Aku hanya tau si cowo pesan tempat di restoran jepang itu tapi gimana cara kita kasih tau Gio?" Gumam Flo dan Fano tampak sedikit bingung dengan informasi yang didapat oleh Flo tapi dia tak mau bertanya.
"Kalau mau aku coba tanya temanku yang jadi manajer restoran itu mau? Kau tau nama orang yang memesan tempat?" Tanya Fano dan Flo segera memberikan informasi dari nota pesanan tadi ke Fano. Dia hanya memotretnya dan mengirimkan ke seseorang dan dalam 5 menit dia sudah dapat hasilnya.
"Robin memesan tempat VIP disana jam 7 malam untuk 4 orang, kalau caranya...." Ucap Fano dan dia masih berpikir untuk membantu juga karena, sebenarnya beberapa kali Gio pernah membantunya.
"Kenapa gak tangkap basah mereka aja sekalian bawa Gio untuk menyaksikan semuanya.." Saran Imel membuat Flo bertepuk tangan senang mendengarnya.
"Eh tapi kita harus kesana dong.. kalau restoran VIP gitu berapaan yah?" Flo menggaruk tengkuknya bingung lagi.
"Kalau di Akasuki ruang VIP sekitar 2juta kalau mau booking 1 ruangan. Jadi kita harus pesan makanan minimal 2jt, kalau tidak sampai juga tetep bayarnya segitu." Kata Fano membuat Flo berpikir sejenak.
"Kalau 2 juta untuk kita, aku, Imel, Thika, Reyhan, Vero, Fano harus ikut, Mala juga. Ok deh Fano pesankan kalau bisa di sebelah ruangan Robin itu aja.." Titah Flo selesai menghitung jumlah orang yang akan ikut sekalian mau traktir mereka makan.
"Nah, pesannya jam 6 saja, jadi setelah makan kita saksikan pertunjukan, biar Gio bisa makan juga sih soalnya aku yakin setelah tau dia akan stress. Terus untuk pengantaran bunga kita bantu aja, kamu bisa nyetir kan Fan? nanti Imel ikut kamu." Sambung Flo lagi, mendengar dia akan antar bunga bersama Imel membuat Fano tersenyum tipis tetapi dalam hatinya sangat bahagia.
"Baiklah, tapi kerjaanku di cafe bagaimana? Pasti rame juga nanti." Tanya Fano dan Flo sudah mengibaskan tangannya beberapa kali.
"Tenang aku sudah minta bantuan temanku." Jawabnya lagi. Fano terlihat mengetik di Hp nya dan memerintahkan seseorang untuk mengatur dan melancarkan rencana mereka, tentu Fano tau apa maksud dari Flo dan Fano akan memuluskan jalan Flo untuk memergoki pacar Gio didepannya.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
"Kak, belum makan malam kan? Aku lagi masak nih ayo turun." Vero mengetuk pintu kamar Gio, lalu dia kembali turun setelah ada jawaban darinya.
"Masak apa? Emangnya gadis kecil bawel dan manja ini bisa masak?" Tanya Gio sedikit menggodanya, dia sembari membuka kulkas dan mengambil air dingin dan langsung meneguknya dari botol.
"Ih kaka, pakai gelas kenapa sih.." Tegur Vero dan Gio hanya nyengir dan berkata, "Lah gak papa kan biasanya aku juga sendiri ga ada yang minum lagi."
"Iya tapi kan udah ada aku." Balas Vero dan dia sudah membawa 2 mangkuk sup ayam dengan sayuran kesukaan Vero.
"Wao... enak nih, pinter juga kamu masak."
"Auhh ih.." Vero menepuk lengan Gio yang jahil mencubit pipinya.
"Gak sia-sia ajak kamu tinggal disini hehehe... ternyata adik kecilku udah gede sekarang dah bisa masak juga." Goda Gio membuat Vero geram.
"Ya iya udah gede, masa kecil mulu! Ayah dan Ibu rugi dong kasih makannya.." Balas Vero membuat Gio tertawa. Setelah makan Vero membereskan semuanya karena dia tidak mau Gio yang melakukan itu, di samping Gio adalah lelaki dia juga harus tau diri karena tinggal gratis disini.
Gio hanya memandangnya dari duduknya di meja makan, sambil membayangkan betapa bagusnya jika saat ini yang disana adalah Susan tapi kekasihnya itu bahkn tak pernah menginjakkan kakinya di dapur.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments