"Gio itu bodoh.." Tukas Imelda yang baru jalan mendekati mereka, dia sudah sejak tadi datang karena jam kerjanya hari ini jam 1 siang.
"Loh Imelda.." Ucap Vero kaget melihat Imel disana.
"Hai Vero." Sapa Imel dan mereka saling melemparkan senyuman.
"Kalian kenal?" Tanya Flo dan Imel mengangguk.
"Kami satu jurusan tapi beda kelas, hanya ada 3 makul yang sekelas dan kami baru saja selesai tugas bersama." Jawab Vero.
"Nah pas sekali, Imel lagi cari temen sekamar kostnya." Ujar Flo melihat karah Vero lagi.
"Uda dapat Flo, tadi baru masuk orangnya." Potong Imel sebelum Flo menyelesaikan kalimatnya.
"Lah cepet banget.." Lirih Flo.
"Iya dia karyawan di H&S Group dan dia banyak bantu aku juga loh. Dia bawa sendiri mesin cuci dan pasang AC jadi aku tidak capek atau kepanasan lagi, kasurnya juga dia ganti jadi yang baru jadi kami punya kasur masing-masing." Jelas Imel dengan wajah bahagia yang sangat jarang dia perlihatkan.
"Loh berarti dia mampu kenapa ngekos berdua ya di kamar kost kecil." Tanya Flo lagi
"Siapa bilang kecil, aku dapat kamar yang lumayan besarlah.. dan katanya dia memang mau mandiri tapi takut tinggal sendiri makanya cari teman." Sambung Imel membuat Flo mengerti.
Fano yang menyaksikan itu menjadi sangat senang, hatinya berbunga-bunga melihat senyum Imel gadis pujaannya yang sangat susah didekati.
"Hei, kita baru dapat orderan nih cepat. Ada 5 yang harus dikirim sore ini dan 2 sebentar lagi mau datang orangnya." Panggil Thika dan semua orang langsung bubar dari meja khusus Flora di dekat meja kasir.
"Pesanan dari siapa dan antar kemana nih yang 5 itu." Tanya Flo karena membaca note dari Thika dan jenis bunganya adalah bunga mahal.
"Dari sebentar... Kenny Ae li sius." Jawabnya terbata membaca chat WA yang baru saja diterimanya.
"WAHT! KENNY AELISIUS!" Pekik Imel Kuat membuat semua orang terkejut mendengarnya, apalagi Fano yang sedang di meja kasir mendengar nama itu dia pun kaget dan berlari menghampiri meja didepan Flora biasa merangkai bunga.
"Kenapa emangnya Mel.. kau buat aku kaget saja." Thika mengomel sambil mengelus dadanya karena kaget.
"Ya ampun.. Flo aku yang antar yah.. pliss aku suka banget sama Kenny Aelisius. Yah yaa...." Mohon Imel dan tidak biasanya Imel berlaku seperti itu membuat Flo penasaran.
"emangnya kenapa? Cerita dulu baru aku izinkan." Ancam Flo membuat Imel terpaksa mengatakannya.
"Kau ingat film yang tahun lalu kita nonton sampai aku nangis parah?" Tanya Imel dan Flo menangguk sebab dia juga nangis parah menonton film itu.
"Nah itu filmnya Kenny Aelisius dan aku sudah nge fans sama dia sejak aku kecil loh.. apalagi lihat moment dia sama istrinya, romantis banget dan mulai saat itu sosok Kenny Aelisius menjadi role model calon suami impian." Jelas Imel dengan mata berbinar dan Flo mengangguk mengerti.
"Baguslah kalau memang ada suami impian bagimu..." Ucap Flo melirik ke Fano yang sepertinya sejak tadi menajamkan telinganya dan memandang lekat ke Imel.
"Tapi itu dulu dan tidak ada lagi suami impian.." Lirih Imel yang kini berubah muram lagi membuat Fano makin cemas dan Flo mengerti maksud dari temannya itu.
"Ya sudah, nanti kamu pergi antar saja mel.. tapi sama siapa yah, Reyhan tak masuk..."
"Aku saja, pas jam pulang kerjaku.." Ucap Fano dan Flo langsung tersenyum mengerti maksud dari Fano.
"Baiklah.. tolong ya Fano antar bunga dan Imel dengan selamat." Ucap Flo dan kini dia sudah siap merangkai bunga khusus itu, hanya 1 yang khusus pesanan Kenny, sisanya buket bunga biasa, dan Fano yang mengintip note dari kartu ucapan pun ingin membantu sebelum salah satu note dibaca oleh Flo dan yang lainnya.
Sementara Vero dengan antusiasnya belajar merangkai buket snack dan uang membuatnya semangat karena dia juga senang sesuatu yang berhubungan seni merangkai termasuk ini.
Sudah sore dan Gio telah kembali setelah mengantar 3 paket yang agak jauh dari toko, kemudian dia memasukkan lagi 2 paket terakhir yang ankan diatarnya hari ini.
"Ini ke cafe Swan dekat kost nya Susan, terakhir aja deh sambil mampir bentar." Gumam Gio sendiri di dalam mobil Flora yang biasa di pakai oleh Reyhan.
Setelah dia mengantar ke cafe Swan, dia ingin mampir sebentar untuk melihat Susan tetapi dia terkejut melihat Susan yang keluar dari gang depan kostnya dan masuk ke mobil mewah yang berhenti di dekat sana. Gio jadi penasaran dan mengikuti mobil itu karena dia tau Susan tidak mempunyai teman wanita dengan mobil semewah itu. Untung dia sedang memakai mobil Magical Flower jadi tidak ada yang curiga kalau dia mengikuti mobil mewah yang menuju ke ebuah restoran mewah, Gio mengikuti mobil itu sampai ke parkiran dan menunggu sampai akhirnya seorang pria turun dan membukakan pintu Susan, mereka berjalan dan bergandengan mesra membuat hati Gio sakit melihatnya. Gio masih tidak percaya dan mengikuti mereka dari jauh.
"Maaf pak tidak boleh masuk." Cegah Security dan Gio memutar otak.
"Maaf Pak, saya hanya mau antar paket bunga tapi mau pastikan dulu, boleh saya tanyakan ke dalam?" Tanya Gio yang akhirnya security mengizinkannya masuk setelah Gio memperlihatkan nota yang ada di tangannya memang benar milik Magical Flower dan memang toko bunga itu juga sering antar bunga ke restoran ini.
Gio mengitari tempat itu dengan matanya dan menangkap sosok Susan yang merangkul mesra pria disampingnya dan berjalan masuk ke sebuah ruangan.
"Maaf mba, saya sedang cari pelanggan untuk antar bunga. Kalau tidak salah dia masuk ke ruangan itu apa boleh saya menyusul?" Tanyanya pada seorang pelayan.
"Oh, itu ruangan VIP boleh saja kalau pelanggan mengizinkan." Jawab pelayan dan Gio mengangguk dan berterima kasih, lalu dia berjalan ingin mengetahui apa yang dilakukan Susan dan siapa pria itu. Gio mengintip lewat celah pintuh tapi tidak bisa karena tertutup rapat. Gio akhirnya menyerah dan akan menanyakan kepada Susan besok saja sekalian menjemputnya pulang karena hpnya tidak aktif sejak tadi Gio coba menghubunginya.
Gio sudah ada di kamarnya dan dia tidak bisa tidur sama sekali memikirkan Susan yang bersama pria lain bergandengan mesra. Dia masih coba menghubungi Susan tetapi masih belum bisa masuk dan telah mendatangi kostannya juga belum pulang. Selama ini Gio sangat percaya pada Susan dan membiarkannya bebas begitu saja berteman dengan siapapun.
Hungungan mereka sudah lebih dari 4 tahun sejak dia kuliah tahun kedua dan Susan menjadi juniornya. Dia masih memikirkan Susan sampai tertidur sengan sendirinya saat hampir pagi.
Seharian Gio bekerja dengan konsentrasi yang terpecah, beberapa kerjaan juga menjadi kacau, untungnya itu kerjaan yang sepele dan bisa diperbaiki olehnya. Kahirnya seulang kerja dia menjemput Susan seperti biasa di lobi Saros studio dan terlihat Susan sudah menunggunya.
"Hai Gio sayang..." Sapa Susan begitu masuk ke dalam mobil.
"Kamu tadi malam kemana dan kenapa hpmu tidak hidup?" Tanya Gio membuat Susan memucat.
"Tidak kemana-mana, hanya dirumah dan hp ku rusak nih ga bisa hidup dari kemarin pagi." Jawabnya dan mengelukan Hp yang dia keluarkan, memang hp itu tidak bisa hidup setelah dia coba berkali-kali.
"Aku ke kost mu dan kamu tidak ada, sudah malam loh sekitar jam 9." Ujar Gio dan Susan terlihat cemas.
"Oh jam 9an aku lagi ke warkop dekat sana makan indomie bareng Lely, karna laper malam-malam. Emangnya kenapa?"
Susan berbohong dan terlihat dia sedikit gugup dan raut wajah Gio juga telah berubah lebih serius. Gio mencoba menahan amarahnya karena dia sedang menyetir dan takut terjadi apa-apa di jalan akhirnya dia berhenti di tepi jalan untuk menetralkan emosinya.
"Dengar Susan, aku tidak mau kamu membohongiku, aku melihatmu di restoran dengan seorang pria. Siapa dia dan apa hubungan kalian?" Tanya Gio dan Susan sudah membeku tak percaya kalau Gio tau hal itu.
"Gak Gio, bukan mau bohong tapi aku takut kamu marah.. aku bisa jelaskan." Ucap Susan dengan nada lirih dan wajah memelas.
"Jelaskan!" Hardik Gio, dia tidak pernah sekalipun marah pada Susan baru kali ini dia bisa bersikap tegas.
"Sebenarnya aku hanya bantu temen Gio.. kasian dia, orang tuanya memaksa dia untuk dijodohkan, padahal dia tidak mau dan belum siap nikah jadi minta bantuanku untuk jadi kekasih pura-puranya." jelas Susan yang nyatanya itu hanya alasan agar Gio tidak marah padanya.
"Jangan bohong Susan." Tegas Gio lagi dan Susan mulai menangis dan menggelengkan kepalanya kuat.
"Aku gak bohong.. dan itu uda selesai cuma malam itu saja. Percayalah.." Isak tangis Susan membuat Gio luluh.
"Selama ini aku percaya padamu kan? Tolong jangan berbuat sesuatu yang membuatku meragukanmu" Ucap Gio pelan membuat Susan mengangguk pelan dan menghentikan tangisannya.
"Aku tidak selingkuh Gio, kalau aku punya pacar lain aku sudah punya HP baru, nih aja nunggu tanya kamu dulu mau beli Hp apa." Susan menyodorkan Hp nya memang mati itu dan Gio membenarnkan, jika dia selingkuh pasti si cowo selingkuhannya sudha beliin Hp baru untuknya.
"Baiklah, ayo kita beli Hp, sekalian makan malam karena aku tidak narik hari ini dmei menemanimu." Ajak Gio membuat Susan kembali tersenyum dan bergelayut manja di lengan Gio.
Setelah membeli Hp baru, mereka makan malam dan Gio langsung mengantarkan Susan kembali ke kostannya untuk istirahat.
"San.. kamu udah beli Hp belum?" Tanya Lely teman sekamarnya.
"Udah nih dibeliin sama Gio." Susan mengeluarkan Hp yang baru dibelinya pakai tabungan Gio.
"Loh kok ga beli yang terbaru?" Tanya Lely lagi melihat Ho itu sudah keluaran setahun yang lalu.
"Yah tau sendiri kan kalo Gio itu hemat buat bayar cicilan rumah, ya udah aku terima aja. Lagian ga masalah lah duit dari Robin utuh buat bekanjaaa...." Jelas Susan dan membuat Lely terkikik melihat teman sekamarnya yang sangat mudah membodohi kekasihnya.
"Kamu yakin mau nikah sama Gio?" Tanya Lely lagi yang sedikit kasian dengan Gio karena tau kalau Susan tidak sebaik dan sepolos yang diperkirakan orang.
"Ah.. bosen kalo sama dia, ciuma juga ga boleh, pelukan ga boleh.. kamu tau sendiri kalo *** itu enak banget dan bikin nagih.. nanti kalo Robin ngajak nikah aku bakal ninggalin deh."
Penjelasan Susan membuat Lely ternganga tak percaya, sebejat itukah seorang Susan yang terlihat polos ini.
Sedangkan Gio sudah ada di depan rumah Vero untuk menjemputnya pindah kerumahnya, mereka benar akan tinggal bersama untuk meringankan beban Vero yang sudah dia anggap adik sendiri. Setelah pamit Gio membantu Vero menggeret kopernya dan membawakan ransel berisi laptop dan buku kuliah Vero kedalam mobil.
"Nah.. tinggal pilih mau kamar lantai 1 atau 2, terus disini ga ada pelayan, aku cuma panggil tukang bersih-bersih seminggu sekali tapi bersihin seluruh rumah." Jelas Gio dan membawa Vero mengelilingi rumahnya.
"Wah ternyata begini rumah di Pegasus, kak Gio mirip orang kaya hehehe.." Vero sudah masuk ke kamar lantai bawah dan dia suka, lalu Gio membawanya ke kamar lantai atas dan Vero akhirnya memilih kamar disebelah kamar Gio.
"Kak, kalau si Susan itu tau aku tinggal disini dia bisa ngamuk dong.." Ujar Vero yang sedang menyusun barangnya dibantu Gio.
"Dia ga tau kalau aku beli rumah disini, aku belum mau kasih tau karena mau kasih surprise nanti waktu lamar dia." Jawab Gio dengan senyum yang mengembang, berbanding terbalik dengan Vero yang sudah bermuka masam mendengarnya.
"Beruntung banget si Susan itu.. pokoknya kau harus beberkan kebusukan Susan pada kak Gio." Batin Vero kesal mengingat kelakukan Susan di kampusnya.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Sementara Flora sedang mengobrol dengan Dandelion untuk meminta bantuannya, "Kamu sudah tumbuh tunas baru Lion." Ujar Flo dan Dandelion yang sekarang di panggil Lion itu menggerakkan salah satu daunnya. Flo telah membagi beberapa kekuatannya untuk Lion agar lebih mudah berinteraksi dengannya.
"Aku ingin meminta bantuanmu, kau kan sering kemana saja jadi kalau ikuti orang bisa kan?" Tanya Flo.
"Bisa tapi masalahnya aku hanya pergi mengikuti angin dan tidak bisa sesukaku." Jawab Lion.
"Oh itu gampang, aku akan beri kan tambahan kekuatan ajaibku gara kau bisa mengendalikan dirimu." Flo memutar telunjuknya dan mengeluarkan cahaya kuning keemasan membuat Dandelion menjadi lebih terlihat segar.
"Wah.. iya aku bisa mengendalikan kelopakku dengan mudah yang sudha terbang juga bisa balik lagi nih.." Ujar Lion dengan nada bahagia yang tentu saja hanya Flo yang bisa mendengarnya.
"Baiklah, aku bawa kau ke bawah nanti kalau aku beri tanda ketukan 2 kali di pot mu berarti kau harus mengikuti orang yang ada di depanku ya.. dan cari tau tentang dia." Jelas Flo lagi.
"Siap Flo, laksanakan." Jawab Lion dengan semangat. Flo membawa turun Lion dan di taruhnya di meja kerjanya.
"Loh bunga baru lagi?" Tanya Imel yang baru mau pulang.
"Iya.. nanti dia yang akan mengikuti para pelanggan yang akan jadi client ku." Jelas Flo berbisik dan Imel mengangguk mengerti dan dia tidak ingin terlalu banyak tanya mengenai itu.
"Eh.. untungnya bunga-bunga yang sudha kita kirim smeinggu ini menghasilkan loh, misiku bertambah 9 dalam seminggu tanpa aku berusaha, heheheh" Ujar Flo masih dalam berbisik.
"Wah bagus itu.. kenapa ga dari dulu kamu jual bunga saja jadi tidka perlu repot ikutin pasangan ke mana-mana." Timpal Imel membuat FLo mengangguk.
"Aku ga kepikiran sih.. kan kamu yang kasih saran buat buka toko bunga." Jawab Flo dan memang benar setelah dia menyelamatkan Imel, barulah dia mendapatkan ide darinya untuk membuka toko bunga karena dia adalah peri bunga. Dan bukan tanpa sebab nama Toko ini adalah Magic Flower, setiap bunga segar disini akan bertahan lebih lama sebelum layu, biasanya bunga hanya bertahan paling lama 5-7 hari jika rajin di beri air, maka bunga dari Flo akan bertahan hingga 2 minggu bahkan lebih makanya dia sudah banyak langganan.
"Tadi gimana ketemu sama Kenny Ae.. apa gitu .." Tanya Flo lagi melihat mood Imel sangat bagus hari ini.
"Wah.. meskipun udah tua tapi dia masih cakep dan istrinya ya ampun kau tau dia memanggil istrinya peri kecil, romantis kan?" Jelas Imel dengan wajah cerianya yang sangat susah dia perlihatkan.
"Hem.. gitu, ada yang cemburu tuh.." Celetuk Flo melirik ke meja kasir. Fano yang disana hanya mendengarkan dalam diam dengan hati panas.
"Tapi masa Tuan Kenny mau jodohin aku sama anak ke-3 nya, aku saja gatau orangnya kaya apa." Lirih Imel membuat Flo terbelalak bahagia.
"Kamu terima saja, keluarga Hastanta loh.. jangan pikir macam-macam, orangtuanya cakep anaknya juga pasti cakep." Pekik Flo membuat Imel mendesah kesal.
"Kalau soal cakep, itu Pak Fano juga cakep.. ah sudah, aku mau pulang saja." Kesal Imel yang memang mendadak mood nya jadi jelek mengingat apakah dia masih bisa di cintai dengan tulus.
"Emang sih Fano tuh cakep juga, itu kenyataan. Buktinya banyak cewe yang datang hanya ingin lihat dia." Sambung Flo membuat Imel tertegun karena mendapati Fano sedang menatapnya.
"Ada apa Pak Fano?" Tanya Imel karena dia merasa aneh Fano terus menatapnya.
"Oh ga papa.. kamu pulang sendiri semalam ini? Mau aku antar?" Tanya Fano karena cemas ini sudah jam 10 malam dan Imel tidka biasanya pulang jam segini.
"Oh ga apa-apa Pak, aku naik ojol saja." Jawab Imel menolak karena tidak enak sudah merepotkannya seharian.
"Tidak apa-apa pulang dengan Falo saja Mel.. bahaya loh." Bujuk Flo memberikan kesempatan pada Fano.
"Hm... boleh deh, aku sebenarnya juga takut." Lirihnya membuat Fano tersenyum senang. Dia bersiap dan ingin segera berboncengan mesra dengan pujaan hatinya dengan motor butut yang pasti akan terlihat romantis.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments