BAB 1

10 Tahun kemudian...

Seorang perempuan cantik melangkah dengan anggun memasuki salah satu gedung Kementrian di Republik ini. Cuaca begitu cerah, tangannya terulur menyeka keringat yang mengembun di wajahnya dengan tissue. Ia cukup tidak nyaman berjalan menggunakan sepatu pantofel dari parkiran menuju gedung yang ditujunya. Ia menghentikan langkahnya di depan meja resepsionis, sejenak menoleh ke kaca besar di sisi pintu demi melihat penampilannya agar tetap sempurna.

Hari ini ia ada meeting dengan pak Menteri untuk membahas mengenai proyek pembangunan Menara pengganti Menara Monas.(Terserah author yah mau bikin apa saja😁)

Saat ini proyek tersebut masih dalam proses desain yang di-arsiteki langsung oleh seorang Arsitek muda yang dalam 3 tahun terakhir ini desain-desainnya telah banyak digunakan di Benua Eropa dan Amerika. Dialah Beryl Varindra Tadahiro.

Untuk pertama kalinya ia menerima proyek pemerintah, selama ini ia memilih mengerjakan desain proyek-proyek pembangunan rumah bersifat individu dan juga proyek dari pihak swasta. Kebanyakan yang menggunakan jasanya adalah pengusaha-pengusaha besar dan Artis. Ia sungguh malas bersinggungan dengan pihak birokrasi di negara ini. Terlalu banyak permainan di dalam sana membuatnya sangat muak menghadapi oknum-oknum tak tahu malu di pucuk-pucuk pemerintahan sana.

Namun untuk proyek kali ini, ia mengabaikan perasaan ketidaknyamanannya, membuat icon sebuah Negara tentu saja akan menjadi salah satu impian terbesar setiap Arsitek yang ada di dunia ini.

Inspirasi bentuk menara Newmoon (New Monas) Tower adalah seorang wanita cantik dan anggun yang dengan sosok ramping yang memutar pinggangnya sambil melihat ke belakang.

Newmoon Tower sendiri akan dipergunakan untuk restoran, observatorium, aula pernikahan, bioskop 4D, pertokoan, dan pemancar sinyal telekomunikasi. Pada malam hari, lampu warna-warni akan dinyalakan sehingga menara menjadi terlihat lebih indah.

Kesuksesan yang diraihnya tidak serta merta ia dapatkan dengan mudah. Awalnya ia menjual jasanya di beberapa marketplace dan tanpa diduga ternyata banyak yang tertarik menggunakan jasanya. Lebih daripada itu, kesuksesan yang digenggamnya saat ini tidak lepas dari bantuan orangtua sahabatnya, Nindi.

"Assalamu'alaikum... selamat siang pak Menteri." Sapa Bery memasuki ruangan yang sangat luas milik pak Menteri.

"Wa'alaikum salam, siang ibu Bery. Senang bertemu dengan ibu. Ternyata bukan hanya terkenal cerdas, rupanya masih sangat muda dan cantik." Ucap pak Menteri sambil mempersilahkan Bery duduk di Sofa.

"Terima kasih pak, saya merasa sangat tersanjung." Bery tersenyum tipis menanggapi ucapan pak Menteri yang menurutnya biasa saja karena memang sudah terbiasa mendengar tanggapan seperti itu. Ia merapi-rapikan sedikit moncong kain jilbabnya di bagian jidad lalu merenggangkan roknya yang sedikit terinjak kakinya di lantai.

Terlihat pak Menteri melirik jam di tangannya sekilas kemudian mengembalikan fokusnya kepada Bery.

"Saya minta maaf sebelumnya, waktu saya tidak banyak karena 1 jam lagi akan ada meeting dengan Gubernur Papua, mungkin kita bisa langsung mulai saja membahas poin-poin yang mungkin sudah ibu pelajari dari draft yang sudah dikirim oleh staf kantor." Ucap pak Menteri sedikit menyesal.

"Tidak masalah, pak. Saya sudah siapkan materinya di sini." Ia kemudian mengeluarkan satu map dari dalam tas kerjanya dan memberinya ke pak Menteri.

30 menit kemudian mereka menyelesaikan meeting-nya dan pak Menteri sendiri merasa puas dengan persentasi yang dipaparkan oleh Bery. Tidak sia-sia kerja keras Bery dan beberapa orang karyawannya yang bekerja hampir siang dan malam demi mematangkan konsep desain  setelah menganalisis dan mengolah berbagai data yang terkait dengan kebutuhan dan persyaratannya selama proses pembangunan nanti.

Bery melepas nafas panjang, merasa lega dan sangat bersemangat untuk segera menyelesaikan desain proyek tersebut. Ada target lain yang tidak kalah pentingnya untuk dirinya eksekusi segera. Ini tentang mencari kelegaan yang derajatnya lebih tinggi dibanding apapun di dunia ini; pulang dan meminta maaf kepada kedua orang tuanya.

*****

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Bery tetap dengan kesibukannya menjadi seorang Arsitek. Jika kebanyakan gadis seusianya sudah menikah bahkan sudah memiliki beberapa anak, berbeda dengan Bery, ia masih setia dengan kesendiriannya. Sendiri dan sepi adalah sahabat terbaiknya, tak akan berkhianat dan tak akan pernah meninggalkannya.

Hampir lebih dari 8 jam waktunya dalam sehari semalam ia habiskan dengan menggambar. Bahkan kadang dari pagi sampai paginya lagi ia hanya akan berkutat dengan meja gambarnya atau dengan komputer canggihnya. Tangannya lebih lihai memegang mesin gambar dibanding peralatan dapur. Ia sangat ahli memainkan pensil dibanding pisau dapur.

Ia sangat anti dengan pekerjaan rumah tangga. Baginya tidak akan ada yang namanya suami dan anak di dalam kehidupannya. Jadi untuk apa dirinya bersusah payah berkenalan dengan peralatan dapur dan berbagai peralatan rumah tangga yang menurutnya tidak penting itu.

Yang terpenting saat ini adalah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang ke kampung halamannya, mendapatkan maaf kedua orang tuanya dan setelah itu tidak ada lagi yang perlu ia fikirkan.

Menjadi Arsitek tidak pernah masuk ke dalam impiannya, bahkan terlintas di fikiran pun tidak pernah. Namun takdir membawanya ke sini dan dengan luar biasanya ia punya sesuatu yang bisa menjadi hal yang menarik dan mendapatkan hatinya secara penuh. Ia begitu mencintai profesinya, beruntung ia tidak punya keinginan untuk menikah, jika tidak, mungkin ia akan menikahi pekerjaannya.

×××××

"Itu muka kenapa?" Tanya Nindi sembari menghempaskan dirinya di atas sofa panjang tempat Bery selonjoran.

"Kenapa?" Tanya Bery pura-pura bodoh membuat Nindi mendelik memutar kedua bola matanya jengah.

"Gak usah sok polos gitu, kita ini udah kenal berapa tahun sih? Aku udah hapal mati sama model muka kamu itu. Dan jangan lupa, aku ini dokter ahli jiwa. So, katakan... ada masalah apa lagi?"

"Susah yah punya teman Psikiater gini, rasanya kok diriku gak bisa banget gitu punya rahasia minimal satu aja yang gak kamu tau." Kali ini Bery benar-benar kesal kepada sahabatnya itu.

"Terima saja, gak usah menggerutu. Mumpung si babang tampan lagi dinas keluar kota, jadi aku bisa kamu miliki sepuasnya. Hahaha." Tawa Nindi menggema di ruang apartemen Bery yang cukup lapang tersebut.

"Awwwww..." Nindi mengeluh karena pinggangnya dicubit Bery.

"Makanya jaga tuh ucapan, emang aku selingkuhan kamu?" Kesal Bery.

Nindi adalah sahabat Bery satu-satunya bahkan bagi Bery, Nindi sudah lebih dari sahabat baginya karena darinya Bery bisa merasa memiliki keluarga yang utuh. Pada saat terpuruknya ia di titik terendah hidupnya, hanya Nindi dan keluarganya yang mau mengulurkan tangan kepadanya. Di saat semua tatapan memandang jijik kepadanya, bahkan kedua orang tua kandungnya sekalipun telah membuangnya, ada Nindi dan keluarganya yang membuka tangan lebar-lebar untuk merengkuhnya.

Terpopuler

Comments

Lia Kiftia Usman

Lia Kiftia Usman

sa ae...😂😂

mampir aq ya thor..
menikmati dulu ah

2022-10-19

0

asih

asih

sudah 10 thn.gmn kbaar kehamilan kmren yaaa....lanjut lanjut bacaaa

2022-01-27

0

Has Lidia

Has Lidia

baru mampir kesini setelah baca 2 novel sebelumnya

2022-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!