Bab 3. Mulai Berubah

Sepasang calon pengantin sedang menikmati makan siang di sebuah restoran. Dua buah paper bag berisi kebaya pengantin dan satu setel jas, sudah berada di atas kursi kosong di samping Eliana. Tersisa sepasang cincin pengantin yang akan mereka jemput sore nanti.

Dua hari lagi, momen yang mereka rencanakan selama bertahun-tahun akan terealisasi. Eliana bisa bernafas lega, karena perjuangannya membujuk sang Ayah akhirnya membuahkan hasil yang ia inginkan.

Eliana mengalihkan fokusnya sebentar dari makanan yang ada di depannya, lalu menatap calon suaminya yang terlihat gelisah sambil menatap layar ponsel.

"Ada apa Ar ?" Tanya Eliana. Ia masih menatap lekat wajah calon suaminya yang begitu sibuk dengan benda pipih yang ada di tangan laki-laki itu.

"Ngga apa-apa El, urusan pekerjaan. Kamu makan aja." Ucap Ardi masih terus sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya dan mengabaikan makanan yang begitu menggugah selera di hadapannya.

"Kan kamu udah cuti Ar, Abang gimana sih." Kesal Eliana, menyalahkan sang Abang yang masih saja merecoki Ardi dengan berbagai pekerjaan, padahal pernikahannya dan Ardi akan di selenggarakan dua hari lagi.

Ardi menarik nafasnya dalam-dalam, namun semburat gelisah bercampur khawatir di wajahnya masih begitu jelas terlihat. Ia menatap wajah teduh calon istrinya dengan perasaan bersalah bercampur takut.

"El ga apa-apa kan, kalau aku antar kamu pulang ? Ada sesuatu yang harus segera aku bereskan." Ucap Ardi.

Eliana menatap tidak suka pada laki-laki di hadapannya ini.

"Untuk cincin pernikahan kita biar aku yang akan menjemputnya." Pinta Ardi memohon. Ia tahu akan sangat sulit membujuk Eliana yang sangat keras kepala.

"Ar bisa ngga sih kamu fokus dulu sama pernikahan kita, tersisa dua hari lagi loh Ar, masa iya kamu sibuk terus sih sama pekerjaan." Ujar Eliana kesal.

"Gini deh, aku janji saat honeymoon kita, aku akan matiin ponselku, dan fokus sama kamu." Bujuk Ardi.

Eliana bersemu, meskipun ia masih kesal. Dengan patuh ia mengangguk lalu keluar dari restoran menuju parkiran.

Mobil yang di kendarai Ardi mulai melaju di jalanan Jakarta, beberapa kali laki-laki itu berdecak kesal karena macet yang tidak pernah terurai dari jalanan kota metropolitan ini.

"Ngga masuk dulu, ketemu Ibu sama Ayah ?" Tanya El saat tubuhnya sudah keluar dari dalam mobil milik calon suaminya.

"Aku buru-buru El, sampaikan salam maaf ku pada Ayah dan Ibu. Malam aku akan datang lagi." Ucapnya.

Eliana menarik nafasnya dalam-dalam, menahan kekesalan yang mengganggunya.

"Baiklah." Jawabnya singkat.

"El jangan marah, maafin aku ya soal hari ini, hm.. " Bujuk Ardi.

"Janji ya, honeymoon nanti gak boleh kayak gini lagi." Ujar Eliana tegas.

"Aku janji." Ucap Ardi.

"Ya sudah, hatu-hati kamu. Jangan lupa cincinnya di ambil." Ucap Eliana memperingati.

Ardi bernafas lega, lalu segera melajukan mobilnya keluar dari pelataran rumah mewah milik calon keluarga barunya.

*****

Ardi mulai memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Perjalanan hari ini akan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Belum lagi ia harus bisa kembali ke Jakarta untuk mengambil cincin pernikahannya dengan Eliana.

Sebuah rumah minimalis dengan taman yang di penuhi aneka ragam bunga sudah terlihat. Ardi segera memasukkan mobilnya ke dalam halaman rumah, saat seorang laki-laki paruh baya yang ia pekerjakan, sudah membuka pintu pagar rumah tersebut.

"Ardi kenapa baru datang ?" Tanya Laras sambil mengganti kompres di atas dahi gadis kecilnya.

Ardi memijit pangkal hidungnya, kepalanya terasa berdenyut nyeri.

"Aku sibuk Ras, kamu tahu dua hari lagi pernikahanku dengan Eliana." Ucap Ardi memelas.

"Tapi anak kamu sakit Ardi. Aku ngga tahu harus ngelakuin apa, Dinda panas tinggi bahkan tadi kejang-kejang." Ujar Laras dengan nada kesal.

"Kamu kan bisa membawanya ke Rumah Sakit, kenapa harus aku yang datang ke sini. Kalau El curiga, semua yang aku lakukan selama ini akan sia-sia Ras. Aku, kamu, dan anak-anak kita akan kembali ke kehidupan yang menyedihkan." Ujar Ardi bohong.

Tidak, bukan itu tujuannya. Dia sudah terlanjur jatuh cinta pada sosok Eliana. Jika hanya ingin hidup yang lebih baik, ia sudah mampu melakukannya tanpa harus menikahi Eliana.

Ia sudah cukup mapan dengan apa yang sudah ia raih di perusahaan IT miilik Kenan, jadi tanpa menikahi Eliana pun ia sudah bisa hidup dengan baik bersama Laras dan anaknya.

"Aku ga apa-apa Dy nggak hidup mewah. Yang penting ga seperti saat ini. Aku dan Dinda seperti pencuri yang sedang bersembunyi. Padahal kami berhak atas mu, aku seorang istri dan Dinda adalah putri mu." Lirih Laras.

Air mata yang menggenang di pelupuk matanya, mulai berjatuhan membasahi pipinya. Sudah hampir enam tahun mereka menikah, bahkan kini ia sedang mengandung anak kedua mereka, namun sampai hari ini belum juga ada kejelasan tentang pernikahannya.

"Dinda sudah waktunya sekolah Di, kita butuh surat-surat pernikahan kita. Mau sampai kapan seperti ini." Ucap Laras lagi.

"Bersabarlah sedikit lagi Ras, dua hari lagi aku akan menikahi Eliana dan aku akan bilang padanya tentang kamu dan juga anak kita. Dia gadis yang baik, aku yakin dia akan menerimamu." Bujuk Ardi pada wanita yang ia nikahi secara sirih enam tahun yang lalu.

"Kita bawa Dinda ke rumah sakit." Ajaknya lalu segera meraih tubuh putrinya dan keluar dari dalam kamar.

Mobil Ardi meninggalkan rumah yang di tempati istri dan anaknya beberapa tahun ini. Ia mulai memacu mobilnya membelah jalanan kota Bogor. Beruntung kota hujan ini tidak sepadat Jakarta, hingga tidak membutuhkan waktu lama mobilnya sudah terparkir di salah satu rumah sakit di sana.

Ardi menggendong tubuh kecil putrinya masuk ke dalam rumah sakit. Sesekali ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Saat dokter sedang memeriksa putrinya, Ardi berpamitan pada Laras untuk pulang ke Jakarta. karena masih harus mengurus pernikahannya dengan Eliana.

Wanita tegar itu mengangguk patuh. Enam tahun ia mampu bersabar, jadi tidak ingin kesabarannya yang panjang, akan sia-sia hanya dengan menunggu dua hari lagi.

Sebelum berlalu dari ruang perawatan putrinya, Ardi mencium kening istrinya lebih dulu.

"Di." Panggil Laras.

Ardi kembali mengurungkan niatnya yang hendak keluar dari ruangan tersebut lalu menatap wajah istrinya dengan perasaan yang tidak menentu.

"Jika Eliana tidak mau menerima ku dan putri kita, apa yang akan kamu lakukan ?" Tanya Laras.

Sejujurnya ia ragu, karena tidak ada wanita yang mau membagi suaminya dengan orang lain, termasuk dirinya. Hanya saja ia begitu takut kehilangan Ardi, karena tidak ada lagi orang yang bisa ia harapkan selain suaminya ini.

Ardi terdiam, ia tidak mampu menjawab. Dan akhirnya hanya kalimat yang berusaha menenangkan sang istri yang bisa utarakan.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

ardi demi hidup mewah,menjual harga dirinya..semiga keluarga eluana cpt tau kebusukan ardi

2022-12-16

0

moemoe

moemoe

Alasanny nikah siri dlu apa??kebelet?

2022-06-22

0

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

mana ada bisa mnerima trnyta calon suami nya punya wanita lain bhkn sudh punya ank pula

2022-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenan Hermawan & Eliana Hermawan
2 Bab 2. Kean Hermawan Dan Si Kembar
3 Bab 3. Mulai Berubah
4 Bab 4. Kecurigaan Eliana
5 Bab 5. Kenyataan Pahit
6 Bab 6. Tertipu
7 Bab 7. Keputusan Kenan
8 Bab 8. Hari Pernikahan
9 Bab 9. Kesediaan Eliana
10 Bab 10. Keputusan Eliana
11 Bab 11. Pantai
12 Bab 12. Pertemuan
13 Bab 13. Kewajiban
14 Bab 14. Kekesalan Eliana
15 Bab 15. Riana Sakit
16 Bab 16. Kontraksi
17 Bab 17. Baju Laknat
18 Bab 18. Rencana Keana
19 Bab 19. Perjuangan Dan Do'a
20 Bab 20. Selamat Jalan Riana
21 Bab 21. Hadiah Berbalut Duka
22 Bab 22. Tetap Bersamaku
23 Bab 23. Pengganggu Kecil
24 Bab 24. Rencana Bulan Madu
25 Bab 25. Keputusan Rianti
26 Bab 26. Tidak Berjalan Baik
27 Bab 27. Kisah Pulau Jeju
28 Bab 28. Menjalani Hidup
29 Bab 29. Takdir
30 Bab 30. Waktu Berlalu
31 Bab 31. Kunjungan Eliana
32 Bab 32. Positif Hamil ?
33 Bab 33. Baby Kembar
34 Bab 34 Rencana Keluarga Hermawan
35 Bab 35 Kembali Dari Syurga
36 Bab 36. Adik Baru dan Ibu Baru
37 Bab 37. Pengakuan Riska
38 Bab 38. Lamaran
39 Bab 39. Ikut Bahagia
40 Bab 40 Nikahi Aku Besok !
41 Bab 41. Sah !!!
42 Bab 42. Malam Pengantin
43 Bab 43. Cobaan Pernikahan
44 Bab 44. Kemarahan Kean
45 Bab 45 Kekhawatiran Kean
46 Bab 46. Pagi Yang Indah
47 Bab 47. Pagi Yang Indah, Lagi
48 Bab 48 Pulang Ke Jakarta
49 Bab 49 Berpamitan
50 Bab 50 Perjuangan Yang Mudah
51 Bab 51. Akhir Kisah
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1. Kenan Hermawan & Eliana Hermawan
2
Bab 2. Kean Hermawan Dan Si Kembar
3
Bab 3. Mulai Berubah
4
Bab 4. Kecurigaan Eliana
5
Bab 5. Kenyataan Pahit
6
Bab 6. Tertipu
7
Bab 7. Keputusan Kenan
8
Bab 8. Hari Pernikahan
9
Bab 9. Kesediaan Eliana
10
Bab 10. Keputusan Eliana
11
Bab 11. Pantai
12
Bab 12. Pertemuan
13
Bab 13. Kewajiban
14
Bab 14. Kekesalan Eliana
15
Bab 15. Riana Sakit
16
Bab 16. Kontraksi
17
Bab 17. Baju Laknat
18
Bab 18. Rencana Keana
19
Bab 19. Perjuangan Dan Do'a
20
Bab 20. Selamat Jalan Riana
21
Bab 21. Hadiah Berbalut Duka
22
Bab 22. Tetap Bersamaku
23
Bab 23. Pengganggu Kecil
24
Bab 24. Rencana Bulan Madu
25
Bab 25. Keputusan Rianti
26
Bab 26. Tidak Berjalan Baik
27
Bab 27. Kisah Pulau Jeju
28
Bab 28. Menjalani Hidup
29
Bab 29. Takdir
30
Bab 30. Waktu Berlalu
31
Bab 31. Kunjungan Eliana
32
Bab 32. Positif Hamil ?
33
Bab 33. Baby Kembar
34
Bab 34 Rencana Keluarga Hermawan
35
Bab 35 Kembali Dari Syurga
36
Bab 36. Adik Baru dan Ibu Baru
37
Bab 37. Pengakuan Riska
38
Bab 38. Lamaran
39
Bab 39. Ikut Bahagia
40
Bab 40 Nikahi Aku Besok !
41
Bab 41. Sah !!!
42
Bab 42. Malam Pengantin
43
Bab 43. Cobaan Pernikahan
44
Bab 44. Kemarahan Kean
45
Bab 45 Kekhawatiran Kean
46
Bab 46. Pagi Yang Indah
47
Bab 47. Pagi Yang Indah, Lagi
48
Bab 48 Pulang Ke Jakarta
49
Bab 49 Berpamitan
50
Bab 50 Perjuangan Yang Mudah
51
Bab 51. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!