Bab 2. Kean Hermawan Dan Si Kembar

Seorang gadis cantik sedang menikmati malam di rooftop kafe. Secangkir kopi hasil racikannya sendiri, sudah tersaji di atas meja kecil tepat di sampingnya.

Wanita cantik itu terlihat begitu menikmati pemandangan indah kota Bandung di malam hari. Tidak, bukan pemandangan indah yang sedang ia nikmati, melainkan rasa yang tidak seharusnya ada, namun, masih saja bersemayam di dalam hati yang sedang ia nikmati saat ini.

Hembusan angin malam dengan hawa yang begitu dingin, menerpa wajah cantiknya yang terbalut hijab. Tidak ada yang spesial, setelah menutup kafe, ia hanya akan duduk termenung di sini, sambil meratapi perasaan yang tidak terbalas.

Rianti kembali menyesap minuman berkafein itu dengan perlahan. Aroma yang begitu menenangkan, walaupun sangat tidak baik untuk kesehatan berhasil masuk ke dalam tubuhnya.

Cangkir yang sudah kosong itu, kembali ia letakkan di atas meja. Bersamaan dengan itu satu notifikasi pesan terdengar, Rianti menoleh pada benda pipih yang ia letakkan di samping cangkir kopi.

"Good night calon makmum."

Senyum terlihat di bibir tipis Rianti saat membaca pesan dari lelaki yang tidak pernah lelah walau sudah berulangkali mendapat penolakan darinya.

"Nice dream."

Satu pesan kembali masuk ke dalam aplikasi tersibuk di dunia yang terpasang di dalam ponsel pintar miliknya.

"Mimpi indah juga Kak. Tapi jangan mimpiin aku, entar aku ikutan nanggung dosa."

Balas Rianti sambil menghitung mundur dan

drrrrttt... drrrrttt...

Ponselnya bergetar, kontak bertuliskan Kak Dean terpampang di layar ponselnya.

"Assalamualaikum calon imam." Ucapnya dengan nada meledek, setelah mengusap ikon hijau di layar ponsel itu.

Kekehan terdengar jelas di ujung ponsel, Rianti tersenyum.

"Lagi ngapain ?"

Suara yang sudah ia hafal terdengar.

"Aku lagi duduk di atap." Jawab Rianti.

"Ngapain duduk di atap malam-malam seperti ini ?"

Suara yang terdengar khawatir membuat senyum di bibir tipis Rianti kembali terlihat.

"Lagi kangen Kak Riana." Jawab Rianti jujur.

"Temui dia Ri, jangan seperti ini. Aku yakin dia juga merindukan kamu."

Suara memelas Dean terdengar, dan itu semakin membuat hatinya sedih.

"Persiapan pernikahan Kak Dean gimana ?" Tanya Rianti mengalihkan topik pembicaraan.

"Kiara yang akan menyiapkan semuanya, kan dia yang mau menikah bukan aku." Jawab Dean malas.

"Kak..

"Oke, iya.. Ngeselin banget Ri. Kenapa sih harus terjebak dengan situasi seperti ini. Kenapa bukan aku saja yang kamu cintai." Keluh Dean.

Hati Rianti mencelos. Ini bukan kali pertama ia mendengar kalimat memelas seperti ini dari bibir Dean, tapi ia juga hanya manusia yang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan hati pada siapa harus ia beri.

"Kak, aku ngantuk. Sampaikan salam aku buat Dina dan si kecil ya." Pamitnya ingin menghentikan pembahasan yang tidak akan pernah mendapati titik terangnya.

Perasaannya memang begitu rumit, namun, begitulah kenyataannya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain berpasrah, dan menikmati setiap alur cerita yang sudah Tuhan siapkan untuknya.

Setelah balasan salam yang terdengar tidak bersemangat di ujung ponselnya, Rianti mengakhiri panggilan itu lalu menuju ruangan yang ia jadikan sebagai kamar tidur jika tidak sempat pulang ke apartemen.

***

Di sebuah rumah yang lumayan mewah, sepasang suami istri yang sedang menantikan kehadiran anak pertama mereka, sedang duduk di atas ranjang.

Seperti malam-malam biasanya, si lelaki akan membacakan surah yang berharap bisa membantu proses persalinan sang istri, sembari mengusap lembut perut yang membuncit itu.

"Dia bergerak." Ucapnya antusias.

Riana tersenyum, ini bukan pertama kalinya ia melihat Kean yang begitu antusias saat janin yang masih di dalam kandungannya bergerak. Lelaki baik ini selalu saja bereaksi heboh, padahal sudah berulang kali merasakan pergerakan bayi mereka dari dalam kandungannya.

Kecupan bertubi-tubi mendarat di atas perut buncitnya yang berbalut piyama. Hari perkiraan lahir kurang dari dua Minggu lagi, dan Kean begitu tidak sabar menantikan kehadiran buah cinta mereka lahir.

"Kak kapan kita ke rumah Ibu dan Ayah ?" Tanya Riana.

"Besok, tapi nanti setelah aku pulang dari rumah sakit." Jawab Kean.

Lelaki itu begitu telaten membantu istrinya merebahkan diri dia atas ranjang. Dua buah bantal kepala sudah tersusun rapi, juga satu bantal guling berada di belakang Riana. Semenjak kehamilan mulai memasuki bulan ke delapan, Riana terus mengeluh sesak jika menggunakan bantal yang rendah.

"Jangan nyusahin Ibu kamu yaa.." Kean kembali mengusap perut istrinya, seakan sedang mengajak calon anaknya berbicara.

"Iya Ayah." Jawab Riana meniru suara balita, lalu wanita cantik yang sebentar lagi bergelar ibu itu tertawa geli dengan suaranya sendiri.

Kean mencium kening Riana berulang kali, lalu ikut kembali duduk tepat di belakang istrinya sambil mengusap lembut pinggang yang semakin melebar itu.

"Riana menutup matanya perlahan, dan mulai terlelap. Setelah kahamilannya mulai berada di bulan-bulan penghujung, ia terlalu cepat merasa kelelahan. Pinggangnya terasa tidak nyaman, juga nafasnya terasa sesak. Belum lagi, betisnya yang pegal karena harus mondar mandir kamar mandi untuk buang air kecil.

Meskipun ini normal, dan semua ibu hamil merasakan hal ini, tetap saja untuk ukuran dirinya yang belum pernah mengalami nikmatnya hamil, pasti akan merasa tidak nyaman.

Kean menghentikan usapannya di pinggang Riana, kala dengkuran halus dari mulut istrinya sudah terdengar. Lelaki tampan yang berprofesi sebagai dokter bedah itu, turun dari atas ranjang, lalu melangkah dan duduk di ranjang kosong tepat di hadapan istrinya.

Wajah yang begitu mirip dengan seseorang, ia telusuri dengan jemarinya. Salah meminang ? Mungkin begitulah yang ia pikirkan. Bukan Riana, tapi Rianti.

Namun, takdir sepertinya tidak berpihak dengan perasaanya. Untuk itu ia lebih memilih untuk menerima, toh Riana juga adalah gadis yang cantik dan baik.

Bukankah waktu akan mampu untuk membuat hati berubah, meskipun sampai saat ini ia masih terus berusaha untuk merubah hatinya. Bukan merubah, tapi menghapus keseluruhan rasa yang tidak semestinya bersemayam di dalam hatinya.

Setelah puas menatap wajah cantik Riana, Kean beranjak dari ranjang, lalu keluar dari dalam kamar dan melangkah menuju ruang kerja miliknya.

Ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan di rumah. Semenjak kehamilan Riana mulai memasuki bulan ke sembilan, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada di rumah sakit. Pekerjaan yang bisa ia selesaikan di rumah, akan ia bawa pulang.

Benda lipat yang ada di atas meja kerja miliknya sudah menyala. Kean segera memeriksa beberapa email yang masuk mengenai laporan keuangan ruang sakit.

Sudah berjalan beberapa bulan ini, ia menggantikan sang Ibu memimpin rumah sakit, meskipun belum mengambil alih semua pekerjaan karena masih harus fokus dengan kehamilan Riana. Beruntung sang Ibu, selalu menyempatkan diri untuk membantunya mengurus rumah sakit.

Kean menghentikan tangannya. Tatapannya tertuju pada satu alamat email yang berulang kali ia kirimi pesan, tapi tidak ada satupun yang di balas.

Matanya tertutup, dadanya masih saja bergemuruh.

"Aku jahat banget." Gumamnya pada diri sendiri.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

gk bisa ngebayangin,cuma bisa berucap kasian .seandainya ....

2022-12-16

1

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

kean cwe ya trnyata😁

2022-02-06

0

Septania Sari

Septania Sari

Kean dan Rianti sama cinta dalam diam. Rianti yang tak mau menyakiti hati kembaran dan Kean yang berusaha menata hati dan perasaan pada Riana. Huuuhhhh. Nyesek Kean dan si kembar

2022-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenan Hermawan & Eliana Hermawan
2 Bab 2. Kean Hermawan Dan Si Kembar
3 Bab 3. Mulai Berubah
4 Bab 4. Kecurigaan Eliana
5 Bab 5. Kenyataan Pahit
6 Bab 6. Tertipu
7 Bab 7. Keputusan Kenan
8 Bab 8. Hari Pernikahan
9 Bab 9. Kesediaan Eliana
10 Bab 10. Keputusan Eliana
11 Bab 11. Pantai
12 Bab 12. Pertemuan
13 Bab 13. Kewajiban
14 Bab 14. Kekesalan Eliana
15 Bab 15. Riana Sakit
16 Bab 16. Kontraksi
17 Bab 17. Baju Laknat
18 Bab 18. Rencana Keana
19 Bab 19. Perjuangan Dan Do'a
20 Bab 20. Selamat Jalan Riana
21 Bab 21. Hadiah Berbalut Duka
22 Bab 22. Tetap Bersamaku
23 Bab 23. Pengganggu Kecil
24 Bab 24. Rencana Bulan Madu
25 Bab 25. Keputusan Rianti
26 Bab 26. Tidak Berjalan Baik
27 Bab 27. Kisah Pulau Jeju
28 Bab 28. Menjalani Hidup
29 Bab 29. Takdir
30 Bab 30. Waktu Berlalu
31 Bab 31. Kunjungan Eliana
32 Bab 32. Positif Hamil ?
33 Bab 33. Baby Kembar
34 Bab 34 Rencana Keluarga Hermawan
35 Bab 35 Kembali Dari Syurga
36 Bab 36. Adik Baru dan Ibu Baru
37 Bab 37. Pengakuan Riska
38 Bab 38. Lamaran
39 Bab 39. Ikut Bahagia
40 Bab 40 Nikahi Aku Besok !
41 Bab 41. Sah !!!
42 Bab 42. Malam Pengantin
43 Bab 43. Cobaan Pernikahan
44 Bab 44. Kemarahan Kean
45 Bab 45 Kekhawatiran Kean
46 Bab 46. Pagi Yang Indah
47 Bab 47. Pagi Yang Indah, Lagi
48 Bab 48 Pulang Ke Jakarta
49 Bab 49 Berpamitan
50 Bab 50 Perjuangan Yang Mudah
51 Bab 51. Akhir Kisah
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1. Kenan Hermawan & Eliana Hermawan
2
Bab 2. Kean Hermawan Dan Si Kembar
3
Bab 3. Mulai Berubah
4
Bab 4. Kecurigaan Eliana
5
Bab 5. Kenyataan Pahit
6
Bab 6. Tertipu
7
Bab 7. Keputusan Kenan
8
Bab 8. Hari Pernikahan
9
Bab 9. Kesediaan Eliana
10
Bab 10. Keputusan Eliana
11
Bab 11. Pantai
12
Bab 12. Pertemuan
13
Bab 13. Kewajiban
14
Bab 14. Kekesalan Eliana
15
Bab 15. Riana Sakit
16
Bab 16. Kontraksi
17
Bab 17. Baju Laknat
18
Bab 18. Rencana Keana
19
Bab 19. Perjuangan Dan Do'a
20
Bab 20. Selamat Jalan Riana
21
Bab 21. Hadiah Berbalut Duka
22
Bab 22. Tetap Bersamaku
23
Bab 23. Pengganggu Kecil
24
Bab 24. Rencana Bulan Madu
25
Bab 25. Keputusan Rianti
26
Bab 26. Tidak Berjalan Baik
27
Bab 27. Kisah Pulau Jeju
28
Bab 28. Menjalani Hidup
29
Bab 29. Takdir
30
Bab 30. Waktu Berlalu
31
Bab 31. Kunjungan Eliana
32
Bab 32. Positif Hamil ?
33
Bab 33. Baby Kembar
34
Bab 34 Rencana Keluarga Hermawan
35
Bab 35 Kembali Dari Syurga
36
Bab 36. Adik Baru dan Ibu Baru
37
Bab 37. Pengakuan Riska
38
Bab 38. Lamaran
39
Bab 39. Ikut Bahagia
40
Bab 40 Nikahi Aku Besok !
41
Bab 41. Sah !!!
42
Bab 42. Malam Pengantin
43
Bab 43. Cobaan Pernikahan
44
Bab 44. Kemarahan Kean
45
Bab 45 Kekhawatiran Kean
46
Bab 46. Pagi Yang Indah
47
Bab 47. Pagi Yang Indah, Lagi
48
Bab 48 Pulang Ke Jakarta
49
Bab 49 Berpamitan
50
Bab 50 Perjuangan Yang Mudah
51
Bab 51. Akhir Kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!