"Assalamualaikum Bu. ini aku udah mau lepas landas Bu. Nanti aku kabari kalau sudah di bandara Soekarno Bu." Pesan singkat itu baru terbaca oleh Rina setelah jadwal pengirimannya 15 menit yang lalu.
Rina lansung bersiap untuk menjemput anaknya itu ke bandara tanpa membalasnya terlebih dahulu. karena ia yakin anaknya sudah terbang kesini.
Setibanya di bandara.
Rina bergegas masuk dari lobi Rina yang terburu buru menyambut kedatangan putra kesayangannya itu di bandara. Ditelusurinya satu persatu melihat dengan seksama apakah putranya di salah satu antara mereka. Namun sudah beberapa saat menerawang Rina yang belum melihat putranya. Kemudian datanglah seseorang dari belakang yang sengaja melingkarkan tangannya ke perut Rina.
"Ibuku sayang. Assalamualaikum." Memberikan pelukan hangat buat ibunya karena sudah begitu merindukan.
"Rasya putraku. Waalaikumussalam Nak." Mengeratkan pelukan di tubuh anaknya.
Sambil meneteskan air mata Rina tak hentinya memeluk putranya itu. mengungkapkan perasaan rindunya yang begitu sangat dalam karena memang sudah bertahun tahun tak pernah berjumpa.
"Kenapa ibu menangis? Aku sudah disini Bu. Berdiri lurus untuk Ibuku tersayang." Ucap Rasya menenangkan ibundanya itu.
"Ibu senang Nak. Akhirnya kamu kembali ke pelukan Ibu. Ibu sangat merindukanmu."
"Aku juga selalu merindukan Ibu. Bagaimana kabar Ibu disini."
"Alhamdulillah Nak. Ibu masih bisa berdiri sehat menunggu mu datang kesini sayang."
"Alhamdulillah. Mari kita pulang Bu. Aku merindukan masakan Ibu favoritku dan juga kamar yang ku tinggalkan 6 tahun belakangan ini Bu."
"Mari Nak. Ibu juga sudah mempersiapkan makanan kesukaan kamu semuanya Nak."
"Aku percaya itu Bu. Bahkan sangat percaya lagi rasanya pasti sama seperti dulu Bu. Sangat enak dan yang paling enak pernah ku nikmati Bu."
"Kamu bisa saja memuji Ibu Nak."
Jawab Rina tersipu malu.
Setelah sampai dirumah
"Makanlah Nak!"
"Mari kita makan sama-sama Bu. Rafki mana Bu?" Tanya Rasya menanyakan adik semata wayangnya itu.
"Adikmu akan terlambat datang Nak. Dia sedang ujian hari ini. Dia juga sudah menitipkan pesan untukmu salam sayang dari Adikmu Nak." Jawab Rina menjelaskan.
"Ham Adikku Rafki. Baiklah. Mari kita makan Ibu. Ini pasti enak sekali." Sambil merekahnya seulas senyuman dari bibirnya kemudian mengambil makanan yang sudah tersedia di meja makan.
"Habiskan Nak!"
"Aku akan merasa senang Ibu."
"Terima kasih telah menjadi Ibu terhebat di dunia ini Bu." Ucapnya lagi memberi kecupan hangat di punggung tangan ibu Rina.
"Ibu bangga mempunyai anak sholeh, dan penuh sayang kepada Ibu sepertimu Nak."
Jawab Rina sambil memeluk anaknya itu.
**
"Kakak." Panggil Rafki lansung memeluk dan menepuk punggung kakaknya.
"Hei boy. Bagaimana kabarmu Dik?"
"Alhamdulillah baik Kak. Kakak bagaimana? maafkan aku nggak bisa datang jemput Kakak ke bandara tadi siang."
"Tidak mengapa Dik. Bagaimana ujian mu hari ini?"
"Alhamdulillah Kak. Lumayan susah tapi bisa ku kendalikan. Doakan semoga nantinya nilai aku bagus Kak."
"Aamiin. Pasti itu Dik. Ya sudah kamu makan dulu sana! pasti lapar." Ucap Rasya kepada Rafki.
"Baiklah Kak. Kakak sama Ibu sudah makan?"
"Sudah Nak. Kami makan tadi terlebih dahulu. Kasian Kakak kamu sudah kelaparan naik pesawat terbang." Ucap Rina membuat tawa diantara mereka terpecah kegirangan.
***
"Nak." Panggil Rina mendekati kamar Rasya.
"Iya Ibu. Masuklah!" Jawab Rasya dari dalam kamarnya.
"Kamu sudah tidur?"
"Belum Ibu. Kenapa?"
Rasya yang sedang membaca al qur'an menghentikannya karena Ibunya sudah duduk di atas kasurnya.
"Kenapa berhenti Nak?" Tanya nya lagi.
"Sudah Bu. Sudah lumayan banyak dari tadi alhamdulillah." Timpalnya.
"Ya sudah Nak. Kamu tidak sibuk kan? Ada yang mau Ibu bicarakan Nak."
"Bicaralah Bu. Ada apa?"
"Rasya, Nak. Sekarang usiamu sudah cukup dewasa untuk mengikat janji setia dalam ikrar pernikahan nak. Apakah kamu sudah siap untuk menikah?" Tanya Rina kepada anaknya berharap mendapatkan jawaban positif dari anaknya itu.
"Kenapa Ibu menanyakan itu saat ini Bu?" Rasya kembali bertanya diliputi tanda tanya yang besar kenapa tiba-tiba ibunya menanyakan hal yang sakral itu
"Jika Ibu boleh meminta Ibu ingin kamu menikahi gadis anak dari teman Ibu. Memang dia bukanlah wanita yang paham ilmu agama. Ia butuh dukungan, ia butuh sosok pendamping yang bisa meluruskan jalannya kembali Nak." Rina meluruskan ucapannya.
"Menikah bukan tentang siapa dengan siapa Bu. Bukan tentang yang sholeh dengan yang sholehah Bu. Namun yang pasti Allah akan selalu hadirkan pria baik untuk wanita baik. Jika Allah perkenankan aku menikah dengan gadis itu Bu. Maka akan ku jalani sepenuh hati. Semoga bisa menjadi ladang ibadah juga bagiku Bu."
"Iya Nak. Ibu juga mengharapkan hal yang sama. Meskipun akan banyak perjuangan dan pengorbanan demi Allah kamu akan mendapatkan istri yang mampu membuat iman dan ketakwaan kamu bertambah Nak."
"In Syaa Allah Bu."
Rina terlihat gembira mendapatkan respon positif dari anaknya itu. Setiap yang Rina minta dan harapkan selalu Rasya akan mengikutinya. karena dari dulunya memang seperti itu. Tiada kata tidak untuk ibundanya itu. begitu sangat menyayangi ibunya Rasya. Rasya terdidik menjadi anak yang patuh untuk orang tuanya. apalagi semenjak ayahnya tiada Rasya lah yang akan siap siaga untuk hadir memberikan kebahagian buat ibundanya.
Pembicaraan mereka terhenti karena tiba - tiba televon genggam milik Rina berdering.
"Hallo assalamualaikum." Sapa Sinta.
"Waalaikumussalam Sinta."
"Bagaimana kabarnya? Lagi sibuk tidak?"
"Baik alhamdulillah. Tidak. Ada apa Sinta?"
"Aku mau bertemu boleh Rin. Aku mau cerita tentang putriku."
"Mari Sinta, boleh. Sekarang kamu bisa kerumah aku. Alhamdulillah putraku yang sering aku ceritakan itu sudah pulang dari Mesir. Tiba disini tadi pagi Sin."
"Alhamdulillah. Baiklah Rina. Sampai ketemu."
Tak lama kemudian Sinta yang telah datang dirumah Rina membawakan sedikit buah tangan. Rumah mereka tidak begitu jauh.
"Mari duduk Sinta." Ucap Rina mempersilakan Sinta duduk.
"Nak kemari lah. Ada tamu ibu mau ketemu kamu." Ucap Rina lagi memanggil anaknya.
"Assalamualaikum Bu." Sapa Rasya menghormati Sinta yang sudah duduk di sofa.
"Waalaikumussalam Nak. Ternyata ini yang namanya Rasya. Masya Allah kamu ganteng sekali Nak."
"Ibu bisa saja. Tidak Bu. Aku hanya mempunyai wajah seperti apa yang seharusnya Bu." Jawab Rasya tersenyum.
"Ibu jadi tidak yakin kamu mau dengan putri Ibu." Ucap Sinta lesu karena sudah melihat Rasya dengan begitu sempurnanya. Selain sholeh juga tampan dan sopan baik hati lagi. Sungguh lelaki yang sempurna untuk dijadikan menantu.
"Kita serahkan ke Allah Ibu. Semuanya tergantung kepada kuasa Nya Bu. In syaa allah apa yang terjadi pastilah yang terbaik." Ucap Rasya menenangkan.
"Ibu kagum denganmu Nak."
"Bukan saya yang harusnya Ibu kagum kan. Saya hanya lah manusia biasa yang berusaha mengejar ridho Nya Bu."
"Semoga Andini bisa berjodoh dengan lelaki sholeh seperti kamu Nak. Ibu akan lebih bahagia jika itu benar kamu Nak Rasya."
Tanpa jawaban apapun Rasya hanya bisa tersenyum sendiri yang ia usahakan untuk menyembunyikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
re
Menantu idaman
2022-02-06
1
Dinda Kirana agustina
kayanya tulisan nya terlalu rapat .... jdi pusing baca nya... hhehhehhe soryyyy
2022-01-31
1