Di resto Andini yang berjalan di depan pelayan resepsionis akan memesan Kopi kesukaannya.
"Andini." Panggil Kevin.
"Iya Kev."
"Aku mau bicara. Bisa ikut aku sekarang."
"Baiklah. Mau bicara apa?" Tanya Andini setelah sampai di pojok resto.
"Aku dengar dari sahabat kamu Linda, kamu di jodohkan sama anak temen lama mama kamu ya?"
"Maafkan aku Kev. Aku belum sempat cerita ke kamu."
"Jadi benar?"
"Iya. Tapi aku tolak."
"Kenapa?"
"Karena aku sudah jatuh cinta dengan mu."
"Aku takut kehilangan kamu Andini." Jawab Kevin memegang erat jemarinya Andini.
"Aku akan terus meyakinkan mama untuk menerima kamu." Ucap Andini meyakinkan Kevin akan cinta mereka akan terus berlanjut.
"Apa kamu yakin?"
"Yakin. Aku sayang sama kamu."
"Aku juga lebih sayang sama kamu Andini. Kita pacaran udah 3 tahun. Tidak mungkin rasanya akan hilang begitu saja bagi ku."
"Terima kasih sudah memperjuangkan aku Andini."
"Iya Kev. Tetaplah jadi kekasih hati ku."
***
...Hari ini setelah semuanya usai, wisuda jabatan. Aku dengan gelar ku saat ini. Gelar yang dari dahulunya aku impikan....
...Model?...
...Ya itulah impianku. Dan sebentar lagi engkau akan ku dapatkan....
***
Setelah pemesanan tiket pesawat terbang dan kini akan lepas landas Andini yang terus berkomunikasi dengan Mama dan Papanya dirumah. sesekali ia mengirimkan pesan pesan singkat untuk Kevin kekasih hatinya.
setibanya di bandara dan sudah dijemput oleh Mama dan Papa Andini. kini ia lansung pergi untuk menuju rumah kediaman keluarganya.
beberapa saat berikutnya sampailah Andini di rumahnya dengan sangat kelelahan setelah bercengkerama pelepas rindu Andini yang lansung masuk menuju kamarnya dan berbaring di atas kasur yang baginya sesuatu yang ia rindukan bisa kembali berbaring disini lagi.
sambil berbaring teringat Kevin sampai dimanakah dia saat ini.
"Aku sudah dirumah Kev. Kamu sudah dirumah juga?" Tanya Andini kiriman pesan singkatnya.
"Aku baru mau ke rumah. Tadi mampir dirumah nenek."Jawab Kevin
"Oh baiklah."
Koper dan tas jinjing yang Andini bawa kini telah berada di kamarnya namun ia belum merapikannya hanya menaruhnya di samping lemarinya. Kamar yang selama 3 tahun ini ia tinggalkan demi kuliahnya. Kamar yang ia rindukan kehangatannya. Andini yang tengah membaringkan badannya sebelah ke atas kasur sambil menerawang menghitung titik bintik di loteng atap kamarnya.
Tiba - tiba dikagetkan dengan suara Ayah nya.
"Andini. Kemari lah nak! Makan dulu!" Ucap Ayah di depan pintu kamar.
"Sebentar Yah. Aku akan kebawah."
Andini yang duduk dari baringan nya kemudian bersiap dan turun ke bawah.
Setelah berada di meja makan disana ada Ayah Mama dan Andini.
"Bagaimana kuliahmu nak? Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Tanya mama selesai menyuap makanan terakhir di piringnya.
"Gelar yang ku impikan sudah ku dapatkan Ma. Aku ingin lansung terjun ke lapangan menjadi Model Ma."
"Nak. Selama ini kamu selalu di dalam pendirian mu. Tanpa bisa kami sebagai orang tuamu membantah kepribadianmu. Boleh lah untuk sekali ini saja. Kamu ikut Ayah mengajar di Pondok Pesantren kita. Kamulah yang nantinya akan menjadi penerus Pondok kita nak." Ucap Ayah memohon.
"Maaf Ayah. 3 tahun aku berjuang haruskah aku sia-siakan begitu saja demi Pondok Ayah itu?"
"Nak. Bekerjalah di jalan yang halal. Model? Model itu akan menjerumuskan kamu ke azab yang pedih nak. Itu bukanlah suatu pekerjaan yang diridhoi Allah nak. menjadi model terkenal sekalipun, menampakkan wajah bahkan aurat mu ke media bukan suatu kebanggaan bagi kami dan juga kami seharusnya." Ucap Mama melanjutkan.
"Pokoknya aku nggak bisa Ma Yah. Aku sudah mendaftarkan diri di tempat yang akan menjadikan aku Model terkenal." Ucap Andini dan lansung pergi dengan raut wajah yang kecewa meninggalkan makanannya yang belum habis.
"Ayah, bagaimana ini anak kita. Aku takut ia nanti menyesal." Sinta yang sudah mengeluarkan air matanya di depan suaminya itu.
"Kita akan terus lunak kan hatinya ma. Tenang lah ada Allah bersama kita. Sekeras apapun hatinya akan tetap luluh jika Allah sudah berkehendak." Ucap Zidan Suami Sinta.
Di dalam kamar.
"Maafkan Mama dan Ayah mu tadi siang nak."
"Sudahlah ma. Mama keluar saja kalau hanya ingin memaksaku untuk mengajar di Pondok."
"Tidak nak. Mama tidak akan memaksamu."
"Mama hanya ingin tau kebenarannya nak. Tentang perjodohan mama. Ayahmu sudah sangat setuju dan sudah merestui untuk kalian segera menikah."
Andini kaget dengan pembicaraan Mamanya.
"Kenapa Mama dan Ayah selalu memaksakan kehendak pada ku? Aku punya pilihan sendiri ma. Aku sudah dewasa. Tau yang baik dan yang tidak ma."
"Ini demi kebaikanmu sayang. Menikahlah dengan orang yang kami pilihkan. In syaa allah kamu akan menjadi bahagia dunia dan akhirat."
"Aku tetap pada pilihan ku ma. Dia juga lelaki yang baik-baik. Dari kalangan yang selaras dengan kita. Dia seorang Dokter nantinya ma. Karena dia juga mengambil jurusan Kedokteran dan akan membuka klinik sendiri ma. Dan yang pastinya aku sangat sayang padanya. Kami pacaran sudah 3 tahun ma. Tidak mudah meninggalkannya dengan menikah dengan orang yang tanpa aku kenali apalagi aku sayangi."
"Dulu sebelum kalian pacaran apakah kalian saling mengenal lansung? Apakah kalian lansung sayang dan cinta tanpa perlu mengenal dulu? Apakah rasa itu datang sebelum kalian saling mengenal?"
"Tidak nak. Kalian harus mengenal dulu maka akan tumbuh rasa sayang. Dan mengungkapkan sekalipun menguji rasa sayang yang baik itu adalah dengan menikah. Menikah akan membawa kepada semua hal kebaikan. Selain itu akan menjadi tabungan pahala maka itu akan menjadi rasa yang abadi. Setiap detiknya akan membuahkan pahala bahkan surga nak. Tinggalkan orang yang tidak benar menyayangimu itu karena Allah. Karena rasa sayang hanya atas nama Allah nak. Kamu akan menyesal dengan pilihanmu itu. Percayalah. Kami orang tua mu tidak akan pernah menjerumuskan dan memasukkan anaknya kepala lubang dan liang yang salah." lanjutnya.
"Dia akan menikahi ku juga ma. Setelah dia memiliki pekerjaan sendiri dan membuka klinik sendiri."
"Itu tandanya dia bukan laki laki yang baik. Mengumbar janji dan mengobar kata sayang sebelum waktunya. Tidak berniat untuk serius dan sungguh sungguh."
"Besok pria yang mama jodohkan akan bertamu ke sini nak. Bersikaplah sopan padanya!" Lanjut Sinta lagi.
Dengan nafas yang berat Andini merasakan kecewa yang teramat dalam. akankah ia harus meninggalkan kekasihnya demi orang yang dijodohkan dengannya. tidak. rasanya tidak mungkin ia lakukan.
rasa itu sudah terlalu dalam.
Suka duka bahkan segala macam penderitaan hidup telah mereka rasakan bersama.
akankah harus berakhir dengan sia-sia.
Andini yang merasakan frustasi sedih yang berlipat ganda karena orang tuanya selalu memaksakan kehendaknya. Andini yang sama sekali tidak menyadari bahwa yang dikatakan bahkan lakukan orang tuanya itu adalah untuk kebaikannya sendiri.
haruskah Andini kehilangan impian juga kekasih hatinya itu?
ini berat. sungguh berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
re
Lanjut
2022-02-06
1