"Kemana aja kamu kemarin Rama?" Pria blasteran dengan rambut yang mulai memutih duduk di balik meja kerjanya.
Pria itu sedang menatap tajam anak tertuanya yang belum lama bangun setelah mabuk tadi malam.
"Nggak kemana-mana, Dad. Aku cuma ke club langganan aku aja kemarin," jujur Rama.
Pria yang seperti akan memakannya hidup-hidup itu adalah Richard, ayahnya yang selalu dia segani dan terkadang takuti karena kewibawaannya.
"Kamu nggak tahu seharian kemarin mommy kamu sibuk nyariin kamu?! Kamu sengaja bikin istri Daddy kelelahan nyariin kamu, yah?!" ucap Richard sedikit menekan kata istri dalam ucapannya.
Rama terlihat menelan salivanya kasar, sejak dulu Richard memang paling tidak terima jika ibunya dibuat susah dengan kelakukan dua anaknya. Sepertinya dia akan mendapatkan mata kuliah empat SKS gratis dari ayahnya sebentar lagi, pikir Rama.
"Udah berapa kali Daddy bilang jangan bikin mommy kamu sedih ataupun kepikiran sama kelakuan kamu Rama! Istri Daddy lebih berharga dibanding apapun!" Richard mulai memberikan mata kuliahnya pada Rama.
Dia tahu Richard tidak akan diam sampai semua unek-unek dihatinya habis dia keluarkan.
"Lusa kamu nikah sama Mulan, Daddy udah atur semuanya. Kamu cuma perlu siapin diri kamu sebaik mungkin!"
"A-apa, Dad? Nikah?!" sahut Rama terbata.
"Iya. Kamu nggak perlu mikirin apa-apa. Setelah kamu nikah, kamu bakal langsung ke Itali ngurus anak cabang perusahaan Daddy di sana."
"Tapi, Dad. Aku—"
"Nggak ada bantahan lagi Rama!" potong Richard cepat. "Kamu cuma perlu dengerin aja apa kata Daddy kali ini. Daddy nggak pernah minta apa-apa sama kamu selama ini, kan? Daddy harap kamu mau ngikutin permintaan Daddy!" sambung Richard tegas.
Hanya bisa diam, Rama tidak bisa membantah ucapan ayahnya. Memang benar selama ini Richard tidak pernah meminta apapun darinya. Bahkan Richard sama sekali membebaskan anak-anaknya memilih jalan hidupnya sendiri.
Richard hanya sesekali menanyakan apa yang tengah mereka kerjakan tanpa pernah memberikan komentar melarang ataupun membatasi keinginan mereka.
Rama jadi malu sendiri jika dia harus membantah apa permintaan pertama ayahnya di seumur hidupnya.
"Daddy tahu kamu belum bisa mencintai Mulan, tapi ... belum bukan berarti tidak bisa. Seiring berjalannya waktu, rasa itu pasti bakalan tumbuh. Kamu cukup buka hati kamu terima Mulan, dan cintai dia dengan tulus. Suatu saat nanti kamu pasti bakal terima kasih sama Daddy karena hal ini."
Rama tidak lagi berani bersuara sampai dia keluar dari ruang kerja Richard dengan wajah tertunduk. Bagaimana mungkin ayahnya memaksa dia menikah dengan wanita yang tidak dia kenal?
Rama tahu ayahnya pasti sudah mencari tahu siapa sebenarnya Mulan, dan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Meski banyak diam, tapi Richard sebenarnya punya banyak mata dan telinga di berbagai tempat.
Richard tidak akan mungkin bersuara begitu padanya jika dia belum punya informasi apa-apa tentang latar belakang Mulan.
Sial! Otaknya benar-benar buntu sekarang. Dia harus menemui Mulan dan menanyakan apa maksud semua ini.
"Kamu yakin mau nikahin Rama sama Mulan, Chad?" Amanda keluar dari balik pintu rahasia dalam ruang kerja suaminya setelah Rama pergi.
Sudah sejak tadi dia mendengarkan pembicaraan ayah dan anak itu. Amanda sebenarnya masih ragu dengan keputusan Richard yang bisa dibilang terlalu terburu-buru.
Richard tersenyum, merangkul pinggang ramping wanitanya, membawa dia duduk di pangkuannya.
"Percaya aja sama aku, By. Keputusan aku kali ini juga untuk kebaikan Rama. Dia udah harus belajar bertanggung jawab sekarang, umur Rama udah nggak muda lagi. Udah cukup dia main-main diluar sana, aku nggak mau Rama terlalu sibuk sama dunia luarnya trus lupa sama kewajiban dia sebagai anak laki-laki. Aku cuma mau yang terbaik aja buat dia kedepannya," sahut Richard bijak.
Amanda mengangguk, melingkarkan tangannya dileher Richard. "Kamu ngomong begini udah kayak dulu kamu nggak pernah begitu aja...," sahut Amanda menggoda suaminya.
"Justru karena aku dulunya begitu sampe aku nggak mau anak aku juga sama kayak aku, By. Lagian umurnya udah tiga puluh tahun, kok. Rama udah pantes nikah diumur begitu. Kasian nanti kalo dia nikah pas umur tiga lima sama kayak aku...."
Amanda mengernyit. "Kenapa emangnya?"
Richard tersenyum, menyibakkan rambut istrinya kebelakang dan mendekat di telinga Amanda. "Kasian nanti dia nggak bakal puas main sama istrinya kalo udah tua trus baru nikah."
Amanda mendorong dada Richard, kesal sendiri mendengar jawaban absurd suaminya. "Otak kamu emang dari dulu nggak pernah bener!"
Pria yang tidak lagi muda itu tertawa puas menggoda istrinya. Bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga bersama membuat cinta diantara pasangan suami istri itu terus tumbuh dan semakin kuat.
Richard masih saja bertingkah konyol jika sedang bersama Amanda. Bahkan sampai sekarang dia masih saja intens melakukan fantasi-fantasii liarnya disetiap kesempatan bersama istrinya.
"Tapi emang bener, By. Sampe sekarang aku nyesel kenapa nggak dari dulu aja aku nikah dan setia sama satu pasangan kalo tahu nikmatnya bercinta sama pasangan halal itu kayak gimana. Kalo bisa mutar waktu, aku pengen bisa ketemu kamu lebih cepet, By."
Amanda tersenyum mengusap pipi suaminya. "Aku justru nggak mau, Chad...."
"Kenapa?" tanya Richard penasaran.
"Karena kalo kita ketemu secepat itu, takutnya cinta kita nggak akan sekuat sekarang, Chad. Kita juga belum tentu bisa sebahagia ini sama anak-anak kita. Aku yakin apa yang udah ditulis sama Yang Diatas, udah yang paling baik buat kita berdua. Ketemu kamu diwaktu itupun udah bikin aku luar biasa bersyukur."
Richard merasa hatinya tengah dipenuhi bunga-bunga bermekaran mendengar ucapan Amanda. Memang benar kalau waktu yang diberikan Yang Empunya Kehidupan adalah yang paling baik. Manusia memang hanya bisa merencanakan dan selebihnya hanya ada Dia yang mengaturnya.
"Kalo gitu, bisa dong aku dapet jatah aku sekarang, By?" goda Richard mencolek dagu istrinya.
"Jatah apa, sih?!"
"Ini...." tunjuk Richard pada dada Amanda.
"Ish, udah tua masih aja mesumm begitu!" kesal Amanda menepis tangan Richard.
"Nggak ada kata tua buat hal yang begituan Beby ... aku masih kuat ngasih kamu dua ronde tanpa jeda," sahut Richard menepuk dadanya bangga.
"Yakin? Bukannya kemarin kamu bilang lutut kamu udah nggak kuat lagi kalo lama-lama?"
"Itu, kan kemarin, By. Lagian kata dokter aku harus gunain dia tiap hari biar lutut aku kuat lagi kayak dulu," sahut Richard beralasan.
Amanda berdecak, merasa suaminya hanya mengada-ada saja. "Itu cuma akal-akalan kamu aja, kan? Bilang aja kalo emang udah nggak kuat sekarang," cibir Amanda sengaja membuat pria itu kesal.
"Kamu mau coba? Sini, aku buktiin...." Richard mengangkat tubuh Amanda, membawanya keatas meja kerja dan menarik dalaman merah wanitanya cepat.
Amanda hanya bisa memekik tertahan melihat kelakuan Richard yang selalu bertingkah semaunya sejak dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yang kangen sama pasangan Richard Amanda, udah, yah... 🤭
Scene mereka cukup segitu aja...
Kasih kesempatan sama yang muda-muda dulu, ok? 😆🤭
Jangan lupa jejak cinta kalian guys
Terima kasih 🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Aku Ya Aku. 😂😂
salam biji tua.. 🤣🤣🤣
2022-02-26
2
Rindy Edi Saputri
gak kebayang deh itu ricard sama manda udah kakek nenek masih aja hot🤣
2022-01-24
1
sandi
uwuwnya dikit,,, tp gpp ilangin kangen dulu😁😁😁
2022-01-23
2