Kutukan Selamanya

Kutukan Selamanya

Sang Prabu

🌺 hem... 🌺

* * *

Beberapa ratus tahun, sebelum bangsa Belanda menginjakkan kaki di bumi Nusantara.

Di salah satu wilayah bagian JawaDwipa.

Sebuah kerjaan berdiri kokoh dan dipimpin oleh seorang Prabu yang sangat disegani dan di hormati oleh rakyatnya.

Meski bukan kerajaan besar di masanya, namun nama kerjaan tersebut cukup tersohor .

Selain karena kepemimpinan yang adil dan bijaksana, kehidupan rakyat yang tinggal didalamnya pun tergolong makmur.

Maka tak heran jika kerjaan ini dipandang segan oleh kerjaan tentangga. Hal tersebut tak lepas dari ketegasan sang pemimpin dalam mengatur dan menjaga wilayah kekuasaannya . Hingga berhasil mensejahterakan hidup para rakyatnya.

* * *

Sudah tiga hari, susana di bangunan megah beratap joglo itu di landa kegelisahan.

Calon penerus sedang dalam proses dilahirkan.

Sejak sepuluh tahun usai mewarisi tahta dan terhitung telah tiga kali berganti permaisuri, sang Prabu akhirnya akan di karunia anak pertamanya.

' cklak ' pintu kayu yang dipenuhi ukiran khas tangan seniman pemahat , terbuka.

Ruangan tersebut adalah tempat dimana sang permaisuri sedang berjuang melahirkan sang penerus tahta.

Seorang wanita bertubuh tambun melangkah keluar dan langsung menghampiri sang Prabu yang berdiri dengan gelisah di depan mulut pintu.

Wanita tersebut merupakan satu dari tiga tabib yang membantu proses persalinan sang permaisuri .

'' Hamba menghadap yang mulia Prabu '' wanita dengan jarik berwarna coklat usang itu tertunduk dengan raut wajah cemas.

Sebab apa yang akan ia sampaikan adalah sebuah kabar duka.

Sang Prabu terdiam.

Pria 30 tahun itu memejamkan matanya kala si tabib melanjutkan ucapannya.

Sang permaisuri meninggal . Begitupun dengan bayi yang belum sempat dilahirkannya.

Sang Prabu berbalik. Menyembunyikan air mata yang lolos ketika si tabib menuturkan, jika ia dan para tabib lainnya terpaksa melakukan sesuatu untuk mengeluarkan bayi yang sudah tak lagi bernyawa.

Sang jabang bayi meninggal karena sudah terlalu lama tertahan di jalan lahir.

Hati Sang Prabu berdenyut nyeri.

Dalam waktu bersamaan, ia harus kehilangan pendamping hidupnya sekaligus anak yang begitu dinantikan dengan cara yang terbilang tragis.

Lalu kabar sedih itupun dengan cepat sudah tersebar ke seluruh penjuru kedaton .

Duka bukan hanya menyelimuti mereka yang tinggal di dalam dan sekitar kedaton saja, namun seluruh rakyat pun ikut berkabung atas meninggalnya Sang permaisuri dan calon penerus yang bahkan tak berkesempatan melihat dunia.

Tak mau berlama-lama, kedua jasad ibu dan anak itupun di kebumikan.

Prosesi pemakaman berlangsung tertutup dan hanya di hadiri sesepuh dan sang Prabu saja.

Waktu terus berjalan. Namun duka masih begitu terasa bahkan setelah empat puluh hari kepergian sang permaisuri dan bayi yang diketahui berjenis kelamin laki-laki.

Bagaimana tidak. Sang Prabu merupakan keturunan satu-satunya dan hingga kini belum jua berhasil mendapat keturunan. Bahkan tak satupun wanita yang menjadi istrinya bertahan lama dan dapat melahirkan anak untuknya.

Dan sebenarnya, apa yang terjadi dan terus terulang bukan tanpa sebab.

Semua bermula di sepuluh tahun yang lalu.

Saat itu, Sang Prabu yang berusia 20 tahun baru saja mewarisi singasana kerajaan. Dan bertepatan dengan itu pula, pernikahannya dengan salah seorang putri bangsawan digelar.

Tak berselang lama. Sang permaisuri yang merupakan istri pertamanya mengandung .

Semua orang menyambut senang. Terlebih bagi sang Prabu. Ia yang begitu mencintai sang istri , pun ekstra memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlimpah.

Hingga tak jarang, apa yang dilakukannya untuk sang istri terkesan berlebihan.

Bulan berganti dengan penuh suka cita.

Semua orang bersiap menyambut Sang penerus yang diramalkan adalah seorang pangeran.

Sama seperti kebanyakan perempuan hamil pada umumnya. Sang permaisuri juga mengalami ngidam.

Suatu kali disaat usia kandungan permaisuri menginjak 7 bulan, wanita yang dikenal sebagai putri bangsawan tanpa cela itu berkeinginan untuk melihat sungai perbatasan yang letaknya lumayan jauh dari kedaton.

Awalnya Sang Prabu menolak permintaan Sang istri.

Namun karena Sang permaisuri yang menjadi murung dan jadi tak bernafsu makan, maka dengan berat hati Sang Prabu mengabulkannya.

Menggunakan kereta kuda yang dibuat secara khusus untuk di sesuaikan dengan kondisi permaisuri, pasangan suami istri dan para rombongan yang akan mengawal mereka selama di perjalanan pun berangkat menuju ke wilayah perbatasan.

Lama perjalanan memakan waktu selama satu hari satu malam. Dan berakhir ketika tapak kaki kuda berhenti di depan hamparan padang rumput hijau .

Hanya berjarak seratus meter dari tempat perhentian, aliran sungai dengan airnya yang jernih membentang panjang dari ujung ke ujung.

Sungai tersebut merupakan batas wilayah dengan kerajaan tetangga .

Sungguh sebuah panorama alam yang begitu menakjubkan.

Mereka semua terpesona oleh keindahan yang terpampang di hadapan saat ini.

Kini mereka tau alasan mengapa sang Permaisuri ingin mengunjungi tempat ini.

Bukan hanya begitu memanjakan mata, suasana yang tercipta juga begitu memenangkan hati dan pikiran yang memandangnya.

Sang permaisuri terlihat begitu senang karena yang diinginkan terkabul.

Hal yang sama juga dirasakan sang Prabu yang kemudian memerintahkan para prajuritnya untuk segera membangun tenda karena malam yang sebentar lagi akan datang.

Hari itu mereka lewati dengan tenang.

Tapi tidak pada keesokan harinya.

Hal tak terduga datang menghampiri .

Ketika semua orang telah terjaga dari tidur , mereka semua menatap heran pada keadaan dan suasana sekitar.

Langit diselimuti awan abu kehitaman.

Pagi seolah tak datang. Matahari yang seharusnya sudah muncul tak kunjung menampakkan diri.

Waktu yang seharusnya sudah terang terasa seperti malam.

Melihat cuaca yang tak bersahabat, Prabu dan permaisurinya memilih untuk tetap di tenda.

Akan tetapi , sesaat kemudian hembusan angin mulai terasa . Dan dengan perlahan menjadi kuat menerjang. Membuat tenda terhuyung dan diperkirakan tak akan bertahan.

'' Yang mulia, saya rasa sebaiknya kita segera pergi mencari tempat berteduh yang aman.

Karena akan turun hujan dan sepertinya juga bukan hujan biasa. Bisa jadi ini badai.

Dan karena lokasi kita yang berada di tengah hamparan seperti ini, tak ada pohon yang bisa menyanggah untuk melindungi tenda kita.

Maka sangat tidak memungkinkan jika kita tetap bertahan disini '' ujar sang kepala prajurit.

Sang Prabu mengangguk . Ia paham situasinya.

'' Tadi malam, sewaktu para prajurit mencari kayu bakar , mereka bilang melihat sebuah rumah ditengah hutan.

Mungkin kita bisa meminta ijin pada penghuninya untuk masuk dan berlindung ''

Melihat kondisi di luar yang semakin gelap, angin ribut yang saling bersahut-sahutan, di tambah lagi memikirkan kondisi sang istri , tanpa pikir panjang sang Prabu pun menyetujui usulan tersebut.

Para prajurit pun diperintahkan berkemas dan bersiap pindah .

Badai sepertinya akan segera datang.

Para rombongan memacu langkah memasuki hutan , menuju rumah yang dikatakan ada di tengah-tengahnya.

Di tengah kepanikan yang melanda, hanya Permaisuri saja yang terlihat tetap tenang.

Padahal ialah yang keadaannya paling dikhawatirkan.

Sang Prabu yang memerhatikan sikap aneh sang istri pun heran. Namun segera ia tepis prasangka yang tengah menghampirinya. Karena prioritas saat ini adalah sampai di tempat yang aman untuk menghindari cuaca yang mulai di kuasai angin dan titik - titik air hujan.

Singkatnya mereka sampai di sebuah rumah yang terbilang cukup besar dan juga kokoh , padahal berada di tengah hutan belantara.

Ketika mereka masuk ke dalam, rumah tersebut ternyata dalam keadaan tak berpenghuni.

Sang Prabu pun memerintah para prajurit untuk menelusuri setiap sisi rumah.

Dan hasilnya nihil. Tak ada siapapun yang ditemukan.

'' Tak mengapa. Jika nanti penghuniannya datang, kita akan menjelaskan dan memberinya imbalan '' ucap sang Prabu .

Tak lama setelah mereka semua berhasil memindahkan barang ke dalam dan masukan kereta beserta kuda ke kandang yang ada di bagian belakang rumah, seketika itu pula langit mencurahkan hujan dengan begitu derasnya.

Miliaran air jatuh membasahi semua yang ada di luar sana. Ditambah angin yang juga tak mau kalah ganasnya.

Badai benar-benar menerjang apa saja yang terjamah olehnya.

Sang Prabu bersyukur sebab, jika lambat sedikit saja mereka semua belum tentu selamat atau bahkan riwayat mereka pasti sudah berakhir .

Seolah tak ada habisnya, badai terus berlanjut hingga malam.

Tak terhitung berapa kali suara pohon jatuh dan suara angin yang menghantam dinding rumah .

Para prajurit pun ditugaskan secara bergiliran untuk berpatroli . Memastikan jika rumah tersebut aman dari serangan badai yang seperti ingin menerobos masuk.

Malam mencekam akhirnya berlalu.

Pagi datang. Bias cahaya matahari masuk melalui celah dinding kayu yang renggang dan menerangi ruangan dalam rumah tersebut.

Meski demikian, suasana masih terasa lembab. Sisa badai membawa dan menyebabkan basah di sekitarnya.

Hawanya pun terasa dingin.

Sang Prabu dan para prajuritnya memutuskan keluar untuk memeriksa keadaan .

Dan alangkah terkejutnya mereka saat melihat badai yang telah memporak porandakan dan membuat setiap pohon di sekitar rumah tumbang.

Namun yang lebih mengejutkannya lagi adalah seorang wanita bungkuk memegang tongkat menatap ke arah mereka.

Tampilannya nampak begitu lusuh. Jarik yang ia kenakan kusam dan kedodoran di tubuh kurusnya.

Wanita tua berrambut putih yang di sanggul asal itu mulai bergerak perlahan.

Sontak, mereka semua pun menatap ke arah yang sama. Dimana si nenek sudah semakin dekat hingga akhirnya berhenti di tangga rumah.

Mata mereka semua membelalak. Bagaimana tidak. Ketika diperhatikan dengan seksama. Si nenek tak berjalan melainkan mengambang.

' tak. tak. tak ' suara kayu yang menjadi penopang jalannya menapaki satu persatu anak tangga.

Si nenek sampai di anak tangga terakhir dan berhenti tepat dilantai teras rumah.

Ia mengangkat dagunya, menatap Sang Prabu yang menjadi orang di barisan paling depan .

Sang Prabu membalas tatapannya dengan dahi mengkerut.

Semetara kepala prajurit yang berdiri di samping , dan para para prajurit dibelakangnya mulai bergidik ketika si nenek mulai tersenyum dan memperlihatkan jejeran giginya yang hitam .

Suasana tiba-tiba menjadi penuh kengerian, ketika senyum tadi berubah menjadi kekehan yang membuat siapapun pasti merinding mendengarnya.

Lalu suara tawa si nenek kian keras dan entah bagaimana bisa menggema . Memenuhi seisi hutan.

Wajah sang Prabu mendadak tegang. Ia mulai merasa sebuah firasat buruk.

'' Kan--kandaaaaaa... '' suara teriakan Permaisuri yang ia tinggal di dalam rumah.

' deg ' seketika itu pula Sang Prabu menoleh.

Ia tatap si nenek sekilas dengan perasaan penuh cemas.

'' Khan.. Khan..daaa '' kembali permaisuri memanggilnya.

Sang Prabu pun segera beranjak

Namun sebelumnya ia memerintahkan para prajurit untuk tetap di tempat dan menjaga agar jangan sampai si nenek masuk.

* * *

bersumbang - -

Jangan lupa di-like ya

Dan dikomen juga sekalian.

Makasih 🤗

Terpopuler

Comments

MRS

MRS

ceritanya bagus. Semangat thor

2022-07-14

2

Hai_Ayyu

Hai_Ayyu

smngat thor

2022-04-23

2

Ryoka2

Ryoka2

Mampir nih Thor👍

2022-03-01

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!