NovelToon NovelToon

Kutukan Selamanya

Sang Prabu

🌺 hem... 🌺

* * *

Beberapa ratus tahun, sebelum bangsa Belanda menginjakkan kaki di bumi Nusantara.

Di salah satu wilayah bagian JawaDwipa.

Sebuah kerjaan berdiri kokoh dan dipimpin oleh seorang Prabu yang sangat disegani dan di hormati oleh rakyatnya.

Meski bukan kerajaan besar di masanya, namun nama kerjaan tersebut cukup tersohor .

Selain karena kepemimpinan yang adil dan bijaksana, kehidupan rakyat yang tinggal didalamnya pun tergolong makmur.

Maka tak heran jika kerjaan ini dipandang segan oleh kerjaan tentangga. Hal tersebut tak lepas dari ketegasan sang pemimpin dalam mengatur dan menjaga wilayah kekuasaannya . Hingga berhasil mensejahterakan hidup para rakyatnya.

* * *

Sudah tiga hari, susana di bangunan megah beratap joglo itu di landa kegelisahan.

Calon penerus sedang dalam proses dilahirkan.

Sejak sepuluh tahun usai mewarisi tahta dan terhitung telah tiga kali berganti permaisuri, sang Prabu akhirnya akan di karunia anak pertamanya.

' cklak ' pintu kayu yang dipenuhi ukiran khas tangan seniman pemahat , terbuka.

Ruangan tersebut adalah tempat dimana sang permaisuri sedang berjuang melahirkan sang penerus tahta.

Seorang wanita bertubuh tambun melangkah keluar dan langsung menghampiri sang Prabu yang berdiri dengan gelisah di depan mulut pintu.

Wanita tersebut merupakan satu dari tiga tabib yang membantu proses persalinan sang permaisuri .

'' Hamba menghadap yang mulia Prabu '' wanita dengan jarik berwarna coklat usang itu tertunduk dengan raut wajah cemas.

Sebab apa yang akan ia sampaikan adalah sebuah kabar duka.

Sang Prabu terdiam.

Pria 30 tahun itu memejamkan matanya kala si tabib melanjutkan ucapannya.

Sang permaisuri meninggal . Begitupun dengan bayi yang belum sempat dilahirkannya.

Sang Prabu berbalik. Menyembunyikan air mata yang lolos ketika si tabib menuturkan, jika ia dan para tabib lainnya terpaksa melakukan sesuatu untuk mengeluarkan bayi yang sudah tak lagi bernyawa.

Sang jabang bayi meninggal karena sudah terlalu lama tertahan di jalan lahir.

Hati Sang Prabu berdenyut nyeri.

Dalam waktu bersamaan, ia harus kehilangan pendamping hidupnya sekaligus anak yang begitu dinantikan dengan cara yang terbilang tragis.

Lalu kabar sedih itupun dengan cepat sudah tersebar ke seluruh penjuru kedaton .

Duka bukan hanya menyelimuti mereka yang tinggal di dalam dan sekitar kedaton saja, namun seluruh rakyat pun ikut berkabung atas meninggalnya Sang permaisuri dan calon penerus yang bahkan tak berkesempatan melihat dunia.

Tak mau berlama-lama, kedua jasad ibu dan anak itupun di kebumikan.

Prosesi pemakaman berlangsung tertutup dan hanya di hadiri sesepuh dan sang Prabu saja.

Waktu terus berjalan. Namun duka masih begitu terasa bahkan setelah empat puluh hari kepergian sang permaisuri dan bayi yang diketahui berjenis kelamin laki-laki.

Bagaimana tidak. Sang Prabu merupakan keturunan satu-satunya dan hingga kini belum jua berhasil mendapat keturunan. Bahkan tak satupun wanita yang menjadi istrinya bertahan lama dan dapat melahirkan anak untuknya.

Dan sebenarnya, apa yang terjadi dan terus terulang bukan tanpa sebab.

Semua bermula di sepuluh tahun yang lalu.

Saat itu, Sang Prabu yang berusia 20 tahun baru saja mewarisi singasana kerajaan. Dan bertepatan dengan itu pula, pernikahannya dengan salah seorang putri bangsawan digelar.

Tak berselang lama. Sang permaisuri yang merupakan istri pertamanya mengandung .

Semua orang menyambut senang. Terlebih bagi sang Prabu. Ia yang begitu mencintai sang istri , pun ekstra memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlimpah.

Hingga tak jarang, apa yang dilakukannya untuk sang istri terkesan berlebihan.

Bulan berganti dengan penuh suka cita.

Semua orang bersiap menyambut Sang penerus yang diramalkan adalah seorang pangeran.

Sama seperti kebanyakan perempuan hamil pada umumnya. Sang permaisuri juga mengalami ngidam.

Suatu kali disaat usia kandungan permaisuri menginjak 7 bulan, wanita yang dikenal sebagai putri bangsawan tanpa cela itu berkeinginan untuk melihat sungai perbatasan yang letaknya lumayan jauh dari kedaton.

Awalnya Sang Prabu menolak permintaan Sang istri.

Namun karena Sang permaisuri yang menjadi murung dan jadi tak bernafsu makan, maka dengan berat hati Sang Prabu mengabulkannya.

Menggunakan kereta kuda yang dibuat secara khusus untuk di sesuaikan dengan kondisi permaisuri, pasangan suami istri dan para rombongan yang akan mengawal mereka selama di perjalanan pun berangkat menuju ke wilayah perbatasan.

Lama perjalanan memakan waktu selama satu hari satu malam. Dan berakhir ketika tapak kaki kuda berhenti di depan hamparan padang rumput hijau .

Hanya berjarak seratus meter dari tempat perhentian, aliran sungai dengan airnya yang jernih membentang panjang dari ujung ke ujung.

Sungai tersebut merupakan batas wilayah dengan kerajaan tetangga .

Sungguh sebuah panorama alam yang begitu menakjubkan.

Mereka semua terpesona oleh keindahan yang terpampang di hadapan saat ini.

Kini mereka tau alasan mengapa sang Permaisuri ingin mengunjungi tempat ini.

Bukan hanya begitu memanjakan mata, suasana yang tercipta juga begitu memenangkan hati dan pikiran yang memandangnya.

Sang permaisuri terlihat begitu senang karena yang diinginkan terkabul.

Hal yang sama juga dirasakan sang Prabu yang kemudian memerintahkan para prajuritnya untuk segera membangun tenda karena malam yang sebentar lagi akan datang.

Hari itu mereka lewati dengan tenang.

Tapi tidak pada keesokan harinya.

Hal tak terduga datang menghampiri .

Ketika semua orang telah terjaga dari tidur , mereka semua menatap heran pada keadaan dan suasana sekitar.

Langit diselimuti awan abu kehitaman.

Pagi seolah tak datang. Matahari yang seharusnya sudah muncul tak kunjung menampakkan diri.

Waktu yang seharusnya sudah terang terasa seperti malam.

Melihat cuaca yang tak bersahabat, Prabu dan permaisurinya memilih untuk tetap di tenda.

Akan tetapi , sesaat kemudian hembusan angin mulai terasa . Dan dengan perlahan menjadi kuat menerjang. Membuat tenda terhuyung dan diperkirakan tak akan bertahan.

'' Yang mulia, saya rasa sebaiknya kita segera pergi mencari tempat berteduh yang aman.

Karena akan turun hujan dan sepertinya juga bukan hujan biasa. Bisa jadi ini badai.

Dan karena lokasi kita yang berada di tengah hamparan seperti ini, tak ada pohon yang bisa menyanggah untuk melindungi tenda kita.

Maka sangat tidak memungkinkan jika kita tetap bertahan disini '' ujar sang kepala prajurit.

Sang Prabu mengangguk . Ia paham situasinya.

'' Tadi malam, sewaktu para prajurit mencari kayu bakar , mereka bilang melihat sebuah rumah ditengah hutan.

Mungkin kita bisa meminta ijin pada penghuninya untuk masuk dan berlindung ''

Melihat kondisi di luar yang semakin gelap, angin ribut yang saling bersahut-sahutan, di tambah lagi memikirkan kondisi sang istri , tanpa pikir panjang sang Prabu pun menyetujui usulan tersebut.

Para prajurit pun diperintahkan berkemas dan bersiap pindah .

Badai sepertinya akan segera datang.

Para rombongan memacu langkah memasuki hutan , menuju rumah yang dikatakan ada di tengah-tengahnya.

Di tengah kepanikan yang melanda, hanya Permaisuri saja yang terlihat tetap tenang.

Padahal ialah yang keadaannya paling dikhawatirkan.

Sang Prabu yang memerhatikan sikap aneh sang istri pun heran. Namun segera ia tepis prasangka yang tengah menghampirinya. Karena prioritas saat ini adalah sampai di tempat yang aman untuk menghindari cuaca yang mulai di kuasai angin dan titik - titik air hujan.

Singkatnya mereka sampai di sebuah rumah yang terbilang cukup besar dan juga kokoh , padahal berada di tengah hutan belantara.

Ketika mereka masuk ke dalam, rumah tersebut ternyata dalam keadaan tak berpenghuni.

Sang Prabu pun memerintah para prajurit untuk menelusuri setiap sisi rumah.

Dan hasilnya nihil. Tak ada siapapun yang ditemukan.

'' Tak mengapa. Jika nanti penghuniannya datang, kita akan menjelaskan dan memberinya imbalan '' ucap sang Prabu .

Tak lama setelah mereka semua berhasil memindahkan barang ke dalam dan masukan kereta beserta kuda ke kandang yang ada di bagian belakang rumah, seketika itu pula langit mencurahkan hujan dengan begitu derasnya.

Miliaran air jatuh membasahi semua yang ada di luar sana. Ditambah angin yang juga tak mau kalah ganasnya.

Badai benar-benar menerjang apa saja yang terjamah olehnya.

Sang Prabu bersyukur sebab, jika lambat sedikit saja mereka semua belum tentu selamat atau bahkan riwayat mereka pasti sudah berakhir .

Seolah tak ada habisnya, badai terus berlanjut hingga malam.

Tak terhitung berapa kali suara pohon jatuh dan suara angin yang menghantam dinding rumah .

Para prajurit pun ditugaskan secara bergiliran untuk berpatroli . Memastikan jika rumah tersebut aman dari serangan badai yang seperti ingin menerobos masuk.

Malam mencekam akhirnya berlalu.

Pagi datang. Bias cahaya matahari masuk melalui celah dinding kayu yang renggang dan menerangi ruangan dalam rumah tersebut.

Meski demikian, suasana masih terasa lembab. Sisa badai membawa dan menyebabkan basah di sekitarnya.

Hawanya pun terasa dingin.

Sang Prabu dan para prajuritnya memutuskan keluar untuk memeriksa keadaan .

Dan alangkah terkejutnya mereka saat melihat badai yang telah memporak porandakan dan membuat setiap pohon di sekitar rumah tumbang.

Namun yang lebih mengejutkannya lagi adalah seorang wanita bungkuk memegang tongkat menatap ke arah mereka.

Tampilannya nampak begitu lusuh. Jarik yang ia kenakan kusam dan kedodoran di tubuh kurusnya.

Wanita tua berrambut putih yang di sanggul asal itu mulai bergerak perlahan.

Sontak, mereka semua pun menatap ke arah yang sama. Dimana si nenek sudah semakin dekat hingga akhirnya berhenti di tangga rumah.

Mata mereka semua membelalak. Bagaimana tidak. Ketika diperhatikan dengan seksama. Si nenek tak berjalan melainkan mengambang.

' tak. tak. tak ' suara kayu yang menjadi penopang jalannya menapaki satu persatu anak tangga.

Si nenek sampai di anak tangga terakhir dan berhenti tepat dilantai teras rumah.

Ia mengangkat dagunya, menatap Sang Prabu yang menjadi orang di barisan paling depan .

Sang Prabu membalas tatapannya dengan dahi mengkerut.

Semetara kepala prajurit yang berdiri di samping , dan para para prajurit dibelakangnya mulai bergidik ketika si nenek mulai tersenyum dan memperlihatkan jejeran giginya yang hitam .

Suasana tiba-tiba menjadi penuh kengerian, ketika senyum tadi berubah menjadi kekehan yang membuat siapapun pasti merinding mendengarnya.

Lalu suara tawa si nenek kian keras dan entah bagaimana bisa menggema . Memenuhi seisi hutan.

Wajah sang Prabu mendadak tegang. Ia mulai merasa sebuah firasat buruk.

'' Kan--kandaaaaaa... '' suara teriakan Permaisuri yang ia tinggal di dalam rumah.

' deg ' seketika itu pula Sang Prabu menoleh.

Ia tatap si nenek sekilas dengan perasaan penuh cemas.

'' Khan.. Khan..daaa '' kembali permaisuri memanggilnya.

Sang Prabu pun segera beranjak

Namun sebelumnya ia memerintahkan para prajurit untuk tetap di tempat dan menjaga agar jangan sampai si nenek masuk.

* * *

bersumbang - -

Jangan lupa di-like ya

Dan dikomen juga sekalian.

Makasih 🤗

Saraswati

🌺 hem.. 🌺

* * *

'' Dinda Saraswati '' seru Sang Prabu panik, mendapati sang istri duduk di lantai dengan posisi kedua kaki terbuka lebar.

Segera ia menghampiri dan membantu wanita yang ia sebut namanya tadi untuk bangun.

Setelah berhasil mendudukkan Saraswati di kursi kayu yang tak jauh dari jangkauan, Sang Prabu lalu menyapu pandangan. Mencari sosok kacung yang tadi ia perintahkan menemani sekaligus menjaga istrinya.

Mata Sang Prabu membelalak seperti akan meloncat keluar saat mendapati si kacung tergantung .Bagian dadanya tertembus sebuah batang kayu dan menancap di dinding rumah. Darah segar terlihat menetes dari ujung kayu.

Tubuhnya terkulai. Kepalanya tertunduk lemas. Menandakan jika raganya telah tak lagi bernyawa .

Siapa dan bagaimana bisa seseorang melakukannya ? Sang Prabu bertanya tanpa bisa menebak situasi apa sebenarnya yang sedang terjadi saat ini.

'' Khan-kanda ... ''

Sang Prabu kembali menoleh ke Saraswati.

Seketika itu pula matanya kembali melebar, melihat cairan berwarna merah mengalir di sela kaki istrinya.

'' Ham-hamba tak apa... tap-tapi... ''

'' Apa yang sebenarnya terjadi , Dinda ? Bagaimana mungkin baru sesaat ku tinggal si kacung bisa seperti itu.. Da-dan kau - - ''

'' Khan. kanda..hamba mohon...Jangan bertanya apapun lagi.

Pergilah sekarang ! Jangan buang - buang waktu.

Hamba mohon...pergilah sebelum terlambat...

hiks.. hiks... Pergilah yang mulia...'' permaisuri terisak. Ia tertunduk dengan kedua tangan memegang pundak sang suami, meremas pakaian berbahan sutra itu dengan kuat.

Kecurigaan yang ia tepis kini kembali menghampiri.

Sang Prabu yakin, jika semua hal ganjil ini ada hubungannya dengan Saraswati.

Sejenak sang Prabu bergulat dengan pikiran yang dipenuhi banyak pertanyaan.

'' Tapi aku sama sekali tak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi ? Dan kenapa kau menyuruhku pergi ?''

'' Hamba mohon yang mulia...Pergi saja dan jangan pernah kembali kemari..''

Prabu mengambil nafas panjang dengan sekali tarikan.

'' Baiklah kalau itu maumu, dinda.

Mari kita semua pergi dari sini ''

Sang Prabu hendak melangkah untuk memanggil para prajurit yang tadi ia tugaskan menjaga di luar . Namun tertahan sebab Saraswati memegang tangannya .

Saraswati menggeleng.

'' Suk-sudah terlambat ... khan-kanda se-bhaiknya pergi saja shen- dhiri... '' suara Saraswati terputus-putus . Ia seperti tengah menahan sesuatu.

Matanya merah. Air matanya tak berhenti mengalir.

Begitupun dengan wajah putihnya yang berubah merah .

Lalu pegangan tangannya terlepas.

Dan ' bruk ' Saraswati jatuh dari kursi dengan posisi kedua kaki menekuk lantai.

Ia berusaha melindungi perutnya, agar tak mencium lantai rumah yang terbuat dari kayu.

'' Dinda.. '' Sang Prabu reflek berlutut, ia pegang kedua bahu istrinya bermaksud untuk membantu Saraswati bangun.

Namun Saraswati menolak dengan menipisnya.

'' PERGILAH KANDA !!! PERGI !!! "

Sang Prabu tersentak. Ia adalah seorang pemimpin yang begitu di segani dan belum pernah sekalipun seseorang berani membentaknya seperti ini.

Namun bukan itu yang membuatnya terkejut.

Ia hanya tak habis pikir apa yang membuat Saraswati kekeh menyuruhnya pergi sejak tadi.

" Kau tunggulah disini sebentar.

Aku akan keluar dan memerintahkan para prajurit untuk bersiap pulang "

Di tengah rasa sakit yang melandanya, Saraswati berusaha hingga akhirnya berhasil menegakkan tubuh .

Ia pegang lengan suaminya dan menatapnya lekat-lekat.

" Percuma kanda.. Sudah terlambat.." ucap Saraswati dengan air mata bercucuran.

" Ap - apa maksud mu ? "

" Hamba mohon sekali lagi... Selagi masih ada waktu, selamatkanlah diri kanda senidri.. Pergilah sekarang...

Ak-aku akan tetap disini menahannya "

" kau akan menahannya ? Bicara apa kau sebenarnya dinda Saraswati ? Jelaskan padaku. Karena aku sama sekali tak mengerti "

" Me-mereka sudah mati, kanda.

Para prajurit ...mereka semua...

Su-sudah tak ada lagi yang tersisa di luar sana "

Setengah tak percaya, Prabu bangkit berdiri dan melangkah mendekati pintu. Ia ingin memastikan apakah benar yang istrinya katakan barusan.

' krettttt ' pintu rumah ia buka perlahan.

Sang Prabu terpaku di tempat berpijak.

Lehernya bergerak secara perlahan .Begitupun dengan kedua bola matanya yang bergerak lambat, meniti sekitarnya .

Seluruh indera perasanya menegang .

Bulu-bulu roma-nya merenggang.

Lututnya serasa lemas.

Apa ini ? Belum berapa lama ia tinggal ke dalam , bagaimana mungkin keadaan sudah jadi seperti ini ?

Sang Prabu tak mampu berkedip.

Belum pernah ia melihat hal semengerikan ini.

Apa yang ada dihadapannya adalah sesuatu yang sulit diterima akal sehat.

Hamparan mayat manusia dengan bagian-bagian tubuh termutilasi berserakan di mana-mana, terpampang di hadapannya.

Organ tubuh berhamburan, begitupun dengan darah yang menggenang dan terciprat di sekitar .

Kepala prajurit dan sepuluh anak buahnya tewas dengan cara mengenaskan.

Bahkan ia tak bisa mengenali jasadnya sebab kepala mereka saja tak tau terlempar ke mana.

'' Sharaswatiiiii.... '' suara serak nan khas terdengar menggema.

Lalu munculah sosok si nenek yang entah dari mana.

Seluruh tubuhnya berlumuran darah dengan menampilkan senyum penuh kengerian .

Sang Prabu mundur selangkah saat melihat si nenek mendekat , namun kaki rapuhnya tak jejak ke tanah. Ia melayang.

Mungkinkah ini perbuatannya ? Terka Sang Prabu.

Tapi bagaimana mungkin ?

Ini bukanlah hal yang bisa di perbuat oleh manusia.

Apalagi jika dilakukan oleh seorang nenek.

Siapapun pasti tak akan percaya. Kecuali jika nenek ini bukanlah manusia.

Sesaat sebelum si nenek mendekat, sebuah tangan menarik Sang Prabu masuk dan pintu langsung tertutup.

Saraswati lah yang melakukannya .

Wanita itu melepas pegangan lalu bersandar di pintu.

'' Si-siapa dia.. dan ken-kenapa ? '' Sang Prabu terbata karena masih tak bisa mempercayai apa yang baru saja ia saksikan di luar tadi.

Saraswati memegang bahunya, membuat Sang Prabu menatapnya dengan sorot mata seperti orang linglung.

'' Namanya Nyi Sukma. Dia adalah seorang ahli ilmu Hitam. Dhan- ukh..'' ucapan Saraswati terhenti sebab tertahan sesuatu. Sesuatu yang sejak tadi tengah melandany.

'' ... ''

'' Tenanglah yang mulia. Untuk sementara kita akan aman jika tetap berada disini ''

'' Aman ? ''

Saraswati mengangguk meyakinkan.

'' Ham-hamba sudah membuat pelindung dengan menggunakan darah kacung ''

Sang Prabu shock mendengar penuturan istrinya.

'' Kau-kau membunuh kacung ? ''

Saraswati mengangguk.

Ia lirik kacung yang mati tergantung sebab perbuatannya. Laki-laki yang baru saja genap berusia 17 tahun itu terpaksa mati sebagai tumbal .

Masih jelas diingatkannya, saat ia memilih dan melantik laki-laki itu sebagai kacung pribadinya.

Ia memilihnya sebab tau jika laki-laki tersebut belum pernah berdekatan dengan perempuan secara intim , alias masih perjaka.

Sama seperti perawan. Perjaka pun memiliki kelebihan tersendiri dalam dunia mistik.

Dan kacungnya itu memang telah ia rencanakan akan menjadi tumbal untuk hari ini.

Hari dimana ia harus menepati janjinya pada sang guru, Nyi Sukma.

'' Tap-tapi bagaimana bisa ? ''

'' Sebab hamba juga seorang ahli ilmu Hitam. Hamba adalah murid Nyi sukma ''

' tap.tap.tap' Sang Prabu mengambil beberapa langkah menjauh.

'' Saat ini Nyi sukma dalam keadaan lemah.

Raganya sudah diambang batas.

Ia tak akan bisa masuk ke mari sampai tiga hari ke depan ''

Tiga hari ?

Apa itu berarti mereka harus bertahan dan terkurung selama tiga hari di tempat seperti ini ?

Lalu apa jaminannya ,jika segel yang dibuat Saraswati akan bertahan ? Mengingat ia hanya lah seorang murid. Sedangkan makhluk di luar sana adalah guru yang ilmunya tentu jauh lebih tinggi.

Jika dalam keadaan lemah saja Nyi Sukma bisa membunuh seluruh prajuritnya hingga tubuh mereka tak bisa disatukan lagi ?

Tak bisa ia bayangkan kengerian seperti apa lagi yang bisa di ciptakan seorang Nyi Sukma jika ia dalam keadaan sebaliknya.

Sang Prabu bergidik.Ia menggeleng , enggan membayangkannya .

'' SARASWATI !!!!

BUKA PINTU NYA !

UNTUK APA KAU MEMASANG SEGEL ,HAH ?

APA KAU INGIN MELAWANKU ?

KAU INGIN MENGHINDAR KU ?

APA KAU LUPA JANJIMU PADAKU, HAH ?!

AKU BUTUH RAGA BARU ! "

JADI, SERAHKAN BAYI ITU PADAKU ! '' suara Nyi Sukma memekikkan telinga.

Sang Prabu terdiam.

Tak tau harus apa dan bagaimana.

Ia tatap Saraswati yang tubuhnya perlahan merosot hingga terduduk di lantai .

Wajah Saraswati kian memucat. Bibirnya gemetaran.

Keringat dingin pun membanjiri seluruh permukaan kulitnya.

Satu tangannya memegang perut, sedang tangan lainnya menyibak kain jariknya, lalu ia buka lebar ke dua kakinya.

" Arrrggghhh......" teriakan memilukan seolah saling bersahutan dengan suara Nyi sukma yang tiada henti menggema dengan melontarkan kalimat yang sama.

Nyi sukma terus - terusan mengulangi kalimatnya yang menagih janji Saraswati dan inginkan segel dibuka agar ia bisa masuk.

Sementara sang Prabu masih tak mengerti.Ia butuh penjelasan . Namun tak mungkin, sebab Saraswati sepertinya sedang berjuang untuk melahirkan.

Sang Prabu yang tadinya takut saat Saraswati memberitahu siapa dirinya yang sebenarnya, lantas terenyuh melihat wajah wanita itu meringis menahan sakit.

Berulang kali Saraswati berteriak untuk melampiaskan rasa sakit teramat sangat yang tengah melanda lnya.

Lalu terlihat darah segar mengalir dari jalan lahir. Melihat itu, sang Prabu bergegas mendekat.

" Berjuanglah, dinda Saraswati...Berusahalah. Aku tau kau pasti bisa melakukannya " ucap sang Prabu mendekap tubuh Saraswati dan memegang tangannya.

Saraswati menoleh, menatap dengan air mata yang mengalir semakin deras.

Ia tak menyangka jika pria ini masih mau mendekat bahkan memberi dukungan padanya setelah tau siapa dirinya.

" Eughhhhhhhhhh.... Hah-hah-hah errrggghhh " Saraswati berhasil mendorongnya hingga keluar.

Suasana mendadak sunyi. Suara Nyi Sukma tak terdengar lagi.

Pun dengan Saraswati yang sudah berhasil melahirkan anaknya.

Namun sama sekali tak ada suara tangis seperti yang seharusnya terjadi saat bayi baru dilahirkan.

Saraswati terisak di sisa-sisa tenaganya.

Hingga sesaat kemudian, ia merasakan nafasnya seperti digunting. Putus-putus dan sesak.

Rasanya tenaganya telah habis terkuras hingga sudah tak ada lagi yang tersisa.

Lalu ia hempaskan tubuhnya dan bersandar ditubuh Sang Prabu.

Perlahan nafasnya melambat seiring dengan kedua mata yang sayup-sayup tertutup.

Sang Prabu mencoba menyadarkan Saraswati dengan menggoyang tubuhnya.

Namun wanita itu tak merespon.

* * *

Bersumbang

Jangan lupa di like-ya

Dikomentarin juga sekalian.

Makasi 🤗

Nyi Sukma

🌺 hem... 🌺

* * *

Sesaat tadi, sang Prabu begitu panik. Ia mengira, anak dan istrinya meninggal.

Namun ternyata, Saraswati hanya terlelap sebab kelelahan. Begitupun dengan bayinya yang ternyata hidup , meskipun tak ada suara tangisan.

Sang Prabu lega.

Saraswati yang telah siuman segera meraih bayinya, lalu menarik selendang yang senantiasa bergantung di pundaknya. Untuk kemudian di jadikan pembungkusan tubuh si kecil yang mulai menggeliat.

'' Selamat datang anakku... '' lirih nya dengan air mata yang kembali tumpah.

Saraswati mendekap bayinya dengan perlahan . Tubuh bayinya sangatlah kecil. Jadi, ia harus berhati-hati agar tak menyakitinya.

Sunyi.

Cahaya matahari mulai meredup.

Tak terasa malam kembali datang. Suasana masih di isi dengan keheningan.

Diluar sana, suara Nyi Sukma tak lagi terdengar.

Entah karena apa atau mungkin ia sedang merencanakan sesuatu.

Tak ada yang tau pasti. Bahkan Saraswati sekalipun.

Dan perlahan gelap pun menyelimuti.

Tak seperti kemarin .

Malam ini suasana begitu tenang. Langit pun sepertinya di hiasi oleh bulan yang terang.

Terlihat dari bias cahaya rembulan yang membelah masuk pada celah dinding rumah.

Saraswati masih duduk dengan bersandar di tubuh Sang Prabu .

Keduanya diam dengan tatapan mengarah pada buah cinta mereka yang lahir sebelum waktunya.

Tubuhnya begitu kecil, kulitnya pucat. Matanya pun tertutup rapat.

Sekilas si bayi terlihat seperti tak bernyawa. Hanya nafas yang teratur seiring dengan naik turun dadanya saja yang membuktikan bahwa ia hidup.

'' Adinda Saraswati... '' suara Sang Prabu lembut menyebut nama wanitanya.

Ia belai pundak terbuka itu dan ia sisipkan rambut yang berhamburan di sekitarnya.

Sang Prabu membuka beskap yang menjadi lambang kebesarannya. Lalu ia gantung di pundak wanita yang masih berstatus istrinya.

Saraswati terenyuh pada perhatian sang Prabu.

Lalu di tengah gelapnya suasana malam dan kesunyian yang melanda, Saraswati mulai bercerita.

Saat berusia 7 tahun, Saraswati pernah tiba-tiba menghilang.

Orang tuanya yang panik, mengerahkan semua penjaga dan para pekerja rumah untuk mencari sang putri tunggal .

Selama tiga hari pencaharian, mereka tak menemukannya dan hampir putus asa.

Pasalnya tak ada tanda-tanda atau jejak apapun dari Saraswati kecil.

Sementara itu, jauh di dalam hutan belantara yang dipenuhi semak belukar lebat serta pohon-pohon besar tinggi menjulang .

Sesosok gadis kecil berpakaian khas ningrat berjalan dengan langkah kesusahan.

Sesekali kepalanya mendongak melihat keatas. Langit berwarna abu. Seperti tak ada matahari .

Lalu lehernya bergerak ke kanan dan ke kiri, mengedarkan pandangan ke sekitarnya yang hanya di penuhi aneka tumbuhan liar.

Entah bagaimana ia bisa berada di tempat yang siapapun tak tau ada dimana.

Sebab itu bukanlah tempat yang bisa dilihat apalagi di jejak oleh sembarang manusia .

Setelah lama berjalan , Saraswati kecil akhirnya menemukan sebuah rumah yang terbilang cukup kokoh dan besar, padahal berada di hutan antah berantah.

Itu adalah rumah yang sama ,dimana saat ini Saraswati dan Sang Prabu tengah berlindung di dalamnya.

Saraswati kecil lantas masuk, berharap akan ada seseorang yang dapat membantunya pulang.

'' Permisi... Apakah ada orang ? ''

' kreetttt ' pintu rumah tersebut terbuka dengan sendirinya.

Seorang wanita cantik muncul dari balik pintu.

Rambutnya hitam ,panjang sepinggul menjuntai indah kebelakang, tubuhnya dibalut jarik kemben putih bercorak batik .

Dialah Nyi Sukma . Tampilan fisiknya saat pertama kali bertemu dengan Saraswati kecil memang jauh berbeda dengan yang sekarang.

Dan itu hanyalah kamuflasenya saja.

Saraswati sempat tertegun. Bagaimana bisa ada wanita secantik ini tinggal di hutan belantara ?

Apa mungkin bernasib sama sepertinya ?

Dari keluarga bangsawan dan tengah tersesat ?

'' masuklah, Saraswati.. Aku sudah sejak tadi menunggu kedatangan mu '' ajaknya dengan suara yang begitu halus dan lembut terlantun.

Saraswati kecil seolah terhipnotis.

Kakinya melangkah masuk, sementara pandangannya lurus ke depan .Tatapannya kosong.

Tak sekalipun ia mengalihkan pandangannya .

Sebab itu ia tak menyadari, jika wanita yang ia ikuti tidak berjalan. Melainkan mengambang. Seolah ada angin dibawah telapak kaki yang menyeret tubuhnya untuk berpindah-pindah.

Pun Saraswati kecil tak tau jika rumah yang ia masuki di penuhi dengan hal-hal tak jelas bentuk dan rupanya.

Beragam macam benda tak lazim bergelantungan di atas langit-langit rumah.

Sedangkan di sisi-sisinya terdapat lilin minyak menyala dengan api yang kecil.

Hingga ruangan yang di keliling kain hitam itu menjadi temaram dan terasa pengap .

Mereka lalu berhenti tepat didepan sebuah batang pohon yang panjangnya seukuran tubuh orang dewasa.

Meja persembahan. Yang sesaat lagi akan Nyi Sukma gunakan sebagai tempat melakukan ritualnya.

Tiba-tiba saja, tubuh Saraswati kecil melayang .Kemudian dengan perlahan dibaringkan di atas meja persembahan.

Saraswati kecil masih bergeming. Ia masih dalam keadaan tak sadar meski dengan kedua mata terbuka lebar.

Lalu Nyi Sukma mulai menunjukkan wujud aslinya, si nenek renta berwajah mengerikan dengan jariknya yang lusuh dan usang.

Seketika itu pula, Saraswati kecil tersadar. Ia yang bermaksud bangun, tapi tak bisa sebab

Kedua kaki dan tangannya tertahan oleh sesuatu.

Saraswati kecil yang penasaran , mencoba untuk melihat apa yang membuatnya tak bisa bangun.

Dan alangkah terkejutnya ia , mendapati kaki dan tangannya di cengkaram kuat oleh tangan hitam dengan keriput - keriput menonjol dan kuku-kuku yang panjang.

Hanya tangan .Tanpa sosok apapun sebagai pemiliknya.

Saraswati kecil pingsan . Ia terlalu shock dan juga sangat ketakutan .

Beberapa saat kemudian Saraswati kecil terbangun.

Saraswati kecil menghela lega karena ia dalam keadaan baik-baik saja.

Tak satupun anggota tubuhnya ada yang hilang.

Padahal tadi ia sudah berpikir pasti akan mati.

Saraswati kecil hendak beranjak, namun tertahan sebab merasa perih di pergelangan tangan kanannya.

Ia meringis.

Dilihatnya sebuah luka sayatan menganga cukup besar . Nampak darah keluar dan menetes.

Gadis kecil itu menunduk. Terlihat sebuah wadah yang diletakkan tepat dimana tadi posisi tangannya tergeletak.

Sepertinya tempat untuk menampung darahnya yang keluar .

Saraswati kecil kembali dilanda ketakutan dan merasa kepalanya seperti berputar-putar.

Namun sebisa mungkin ia tahan . Ia harus bangun dan bergegas pergi . Begitu ia coba menyadarkan diri.

Tapi, baru saja kakinya menjejakkan lantai, pintu rumah tiba-tiba terbuka.

Nyi Sukma dalam sosoknya yang sebenarnya masuk dengan cara melayang dan berhenti tepat dihadapannya.

Saraswati kecil seketika memejamkan matanya kuat-kuat.

Tubuhnya gemetaran. Ia takut .

'' Kau - Siapa kau sebenarnya ?

Kenapa darahmu sama sekali tak berguna ? '' tanya Nyi Sukma dengan suara seraknya.

Saraswati bergeming. Ia terlalu takut untuk bersuara apalagi membuka matanya.

Nyi Sukma yang menyadari hal itu, lantas merubah wujudnya menjadi wanita berparas cantik. Pun suaranya juga ia rubah.

Kemudian ia coba membujuk si bocah kecil ini untuk mau bicara .

Perlahan cara itu berhasil.

Saraswati kecil membuka mata dan akhirnya mau bicara.

Di ketahuilah jika ternyata Saraswati bukanlah anak biologis Sang ningrat. Melainkan anak angkat. Pasangan ningrat yang kini menjadi orang tuanya ternyata tak bisa memiliki anak.

Mengetahui itu, Nyi Sukma sempat berniat membunuh Saraswati kecil untuk menghilangkan jejak.

Namun ia melihat kepolosan yang terpancar di mata bening Saraswati kecil.

Niat jahatnya itupun urung ia lakukan.

Saraswati kecil ia lepas dan ia kembalikan ke keluarganya.

Setelah sebelumnya mereka mengikat suatu perjanjian.

Di mana mulai saat itu, Saraswati kecil menjadi murid sekaligus budaknya.

Yang itu berarti Saraswati akan melakukan apa yang di perintahkan Nyi Sukma sebagai ganti tak jadi dibunuh.

Saraswati tak punya pilihan.

Ia menyanggupi dan mulai melakukan hal yang diperintahkan Nyi Sukma. Sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan .

Sebagai permulaan, Saraswati di ajari beberapa ilmu agar mereka dapat bertemu dengan mudah. Tak perduli kapanpun dan di manapun. Jika Nyi Sukma memanggilnya, maka ia harus datang.

Butuh waktu tiga tahun hingga akhirnya Saraswati berhasil menguasai semua yang Nyi Sukma ajarkan.

Barulah setelah itu, Saraswati diberi tugas pertamanya.

Ia di minta untuk membawa seorang teman perempuannya yang merupakan anak ningrat sejati.

Saat itu Saraswati berusia 10 tahun dan telah menguasai beberapa hal khusus layaknya seorang penganut ilmu Hitam.

Termasuk ritual yang setiap tahunnya harus Nyi Sukma lakukan.

Ini adalah kali pertama ia menyaksikan seperti apa ritual Nyi Sukma hingga membutuhkan gadis ningrat yang masih perawan.

Ternyata, Nyi Sukma mencoba untuk memakai tubuh anak tersebut sebagai wadah bagi jiwanya yang baru.

Menurut penuturan Nyi Sukma, tak sembarang tubuh bisa ia gunakan. Dan melalui ritual inilah Nyi Sukma dapat mengetahui apakah calon wadah tersebut bisa atau tidak ia gunakan sebagai tempat jiwanya bersemayam.

Dari situ Saraswati kecil tau. Jika Nyi Sukma menganut ilmu yang menolak kematian.

Karena itu , Nyi Sukma butuh tubuh pengganti agar bisa kembali muda dan dapat melanjutkan hidupnya lebih lama lagi.

Namun ritual itu gagal.

Anak yang Saraswati bawa nyatanya memiliki fisik yang lemah. Gadis tesebut sering sakit-sakitan .

Alhasil Nyi Sukma hanya bisa mengambil darah si gadis ningrat sebagai gantinya agar bisa bertahan sambil menunggu ritual di tahun berikutnya.

Ya, ritual itu hanya bisa di lakukan satu kali dalam setahun saja.

Dan begitulah, tahun berikutnya Saraswati kembali di beri tugas yang sama.Namun tak juga Nyi Sukma mendapatkan wadah yang sesuai dengan yang ia inginkan.

Hingga di usianya yang ke 17, Saraswati ingin menyerah. Ia tak sanggup lagi menyaksikan dan ikut terlibat dalam hal yang bertentangan dengan hati nuraninya.

Ia pun meminta agar Nyi Sukma melepaskannya. Namun sayang. Nyi Sukma tak mau dan mengancam akan membunuh orang tua dan orang-orang yang selama ini begitu menyayanginya.

Saraswati tak berdaya. Jika harus mengorbankan nyawanya ia siap. Tapi tidak dengan orang-orang yang begitu berarti dalam hidupnya.

Dengan berat hati, Saraswati melanjutkan perjanjian mereka.

Kali ini, Nyi Sukma menjanjikan akan mengabulkan satu permintaan Saraswati.

Apapun itu.

Dan Saraswati mengambil tawaran itu ketika tengah diadakannya sayembara untuk mencari pendamping bagi pangeran yang baru saja naik tahta.

Atas bantuan Nyi Sukma.Saraswati yang memang telah lama menaruh hati pada sang pangeran, berhasil memenangkan sayembara. Ia pun menikahi sang pangeran dan menjadi permaisuri.

Namun lagi-lagi Nyi Sukma memanfaatkannya.

Ia menawarkan lagi perjanjian baru pada Saraswati. Nyi Sukma berjanji akan melepaskan Saraswati. Tapi sebagai gantinya, jika hamil nanti maka Saraswati harus menyerahkan anak tersebut padanya.

Anak seorang raja sudah pasti lebih berharga dan jauh lebih istimewa dibanding anak ningrat manapun.

Dan Nyi Sukma berencana membuat wadah yang kuat dan akan menuruni kekuatannya pada si jabang bayi sejak dini.

Dengan ilmunya, Nyi Sukma berhasil membuat Saraswati mengandung dengan cepat.

Berikutnya ia pun berupaya agar anak yang Saraswati lahirkan nanti adalah seorang perempuan.

Nyi Sukma pun berusaha keras agar semua usaha dan penantiannya tak sia - sia.

Akan tetapi, dari sekian banyak ilmu yang Nyi Sukma kuasai, hanya satu ilmu yang tak bisa ia miliki.

Ilmu menerawang alias mengetahui masa yang akan datang.

Ia tak bisa meramal apapun yang terjadi dikemudian hari.

Hari terus berganti.

Saraswati yang malang.

Meski ia bahagia bisa berdampingan dengan pria yang ia cintai, namun setiap hari ia terus dibayang-bayangi akan perjanjiannya dengan Nyi Sukma.

Sementara Nyi Sukma sibuk dengan mantra-mantranya, Saraswati ternyata tak mau pasrah dan tinggal diam begitu saja.

Tanpa sepengetahuan Nyi Sukma, Saraswati telah merencanakan sesuatu.

Dan datanglah hari dimana ia dihampiri secarik harapan.

Melalui seseorang yang ia bayar dan ia beri tugas khusus, Saraswati akhirnya bertemu dan di perkenalan dengan seorang petapa sakti yang memiliki dan menguasai ilmu yang bertentangan dengan ilmu hitam.

* * *

Bersumbang - -

Jangan lupa likenya ya

Komentarnya juga sekalian

Makasi 🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!