Pagi ini Kirana sengaja berangkat kerja lebih awal, dia ingin mengantarkan makanan untuk Hans.
"Buat siapa makanan itu Ki?" tanya ibunya Kirana.
"Buat Hans Bu, kasihan dia sakit sudah 3 hari ini dan gak ada yang ngerawat, jadi aku mau bawain makanan buat dia Bu,"
"Oh gitu, di tambahin aja itu nasi sama lauk pauknya biar bisa buat nanti sore lagi," kata ibu sambil menambahkan nasi dan lauk pauk ke dalam rantang.
"Ibu khawatir juga sama Hans?" tanya Kirana melihat sikap ibu yang mendukung Kirana.
"Emmmm...kalau ibu melihat sepertinya Hans orang yang baik dan ibu jadi iba karena di sini dia tidak ada orangtuanya ataupun saudara,"
"Iya Bu, Kirana juga mikirnya begitu,"
"Nih Ki," kata ibu seraya memberikan rantang yang berisi nasi dan lauk pauk untuk Hans,"
"Iya Bu, Kirana berangkat ya," Kirana mencium tangan ibunya dan menghambur keluar sambil membawa rantang tadi.
"Hati-hati dijalan Ki,"
"Iya Bu,"
Kemudian Kirana menghampiri ayahnya yang sedang duduk di kursi ruang tamu.
"Ayah, Kirana berangkat ya," Kirana mencium tangan ayahnya dan bergegas berjalan keluar rumah.
Setelah beberapa menit naik angkot, akhirnya Kirana sampai juga di rumah Hans.
Jantung Kirana berdebar semakin kencang ketika ia tiba di depan pintu, lalu dengan sedikit mengatur napasnya ia mulai mengetuk pintu rumah Hans.
"Tok tok tok......,"
Kemudian terdengar langkah kaki seseorang dari dalam rumah menuju pintu yang di ketuk Kirana barusan.
"Kirana...!! ada apa Ki kok sepagi ini kamu ke sini...?" tanya Hans dengan wajah kaget dan salah tingkah.
"Emmm iya....emmm....ini, a....aku...mau mengantarkan makanan untuk kamu Hans," kata Kirana dengan terbata dan bingung.
"Oh...iya, emmmm kamu... repot-repot Ki bawain aku makanan segala," Hans juga sedikit salah tingkah di depan Kirana.
"Emmmm gak apa-apa Hans cuma makanan biasa aja kok cuma masakan rumahan,"
"Terimakasih banyak Ki, ayo masuk dulu Ki....," ajak Hans pada Kirana.
Kemudian Kirana masuk ke dalam rumah Hans dan mereka pun saling mengobrol.
"Oh ya Hans ini sudah jam setengah delapan, aku harus segera berangkat ke kantor," kata kirana seraya hendak beranjak dari duduknya tapi Hans buru-buru meraih lengan Kirana dan berkata padanya.
"Ki, a....aku.....," Hans tidak melanjutkan kata-katanya ia seolah tak bisa berucap di depan Kirana.
"Kenapa Hans?" tanya Kirana heran.
"Emmm....aku ingin mengatakan sesuatu padamu Ki?"
"Sesuatu? apa itu Hans?" tanya Kirana bingung.
Hans menggenggam kedua tangan Kirana dan memandangnya dengan tatapan penuh arti, Kirana merasa sangat canggung di pandangi Hans seperti itu.
"Ki, a...aku jatuh hati padamu sejak pandangan pertama kita bertemu, maukah kau menjadi pacarku Ki?" Hans menatap mata Kirana semakin dalam seolah ingin mendapat kepastian di sana.
Kirana menundukkan kepalanya agak lama dan tidak memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Hans padanya.
"Kenapa Ki...? kamu tidak mau menerima cintaku atau...kamu sudah punya pacar Ki...?" Hans mulai gusar dengan sikap Kirana.
"Emmmm....tidak Hans, a....a....aku juga jatuh hati padamu Hans," kata Kirana sambil tetap menunduk dan tak berani menatap mata Hans yang tajam menatapnya sedari tadi.
"Hah....beneran Ki...kamu berarti mau jadi pacarku Ki..?" tanya Hans lagi dengan wajah kegirangan dan senyum bahagia karena Kirana menyambut cintanya juga.
Kirana mengangguk-anggukkan kepalanya dan mulai mengangkat wajahnya perlahan dan menatap Hans sambil tersenyum.
"Terimakasih Ki....aku bahagia sekali hari ini karena cintaku tidak bertepuk sebelah tangan,"
"Oh ya Hans, aku harus berangkat kerja dulu ya, nanti keburu telat,"
"Iya Ki...," lalu Hans mengantarkan Kirana sampai depan rumah dan sampai ia mendapatkan angkot.
Setelah ada angkot yang menepi, Kirana naik ke dalam angkot dan sebelumnya ia pamitan pada Hans.
"Aku pergi dulu ya Hans,"
"Iya, hati-hati di jalan ya Ki...,"
"Iya," jawab Kirana lalu masuk ke dalam angkot.
Hans memperhatikan angkot yang membawa Kirana pergi meninggalkan rumahnya.
Kirana tiba di kantor tempatnya bekerja pukul delapan lewat sepuluh menit dan itu tandanya ia sudah terlambat sepuluh menit dari jam masuk kerja.
"Hai Ki, kenapa jam segini kamu baru datang...?" tanya Tari yang melihat Kirana baru nongol di ruangannya.
"Eh, iya Tar," jawab Kirana kaget.
"Kamu habis darimana Ki....?" tanya Tari penasaran.
"Ah kamu Tar pingin tahu aja urusan orang," seloroh Kirana sambil tersenyum.
"Emmmm sepertinya aku mencium bau-bau kebahagiaan ini," seloroh Tari juga sambil menatap Kirana.
"Dasar sok tahu," kata Kirana sambil tersenyum.
"Ya harus tahu lah....bukan Tari namanya kalau gak tahu apa-apa,"
"Terus....,"
"Aku bisa menebak, pasti Hans sudah menyatakan cinta padamu ya kan Ki..?"
"Dasar peramal," Kirana tersenyum sambil menimpuk lengan Tari.
"Nah kan....bener berarti dugaan ku,"
Kirana mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aduh.....selamat ya Ki..... akhirnya sahabat ku ketemu juga dengan seseorang yang pas dengan hatinya," kata Tari sambil memeluk Kirana.
"Makasih Tar," Kirana membalas pelukan Tari sahabatnya itu.
"Terus, terus....kapan nih rencana nikahannya," Tari menggoda Kirana lagi.
"Apaan sih," Kirana menimpuk lengan Tari lagi.
"Ssttt...ada pak Cahyo itu," kata Kirana memberi kode pada Tari.
Dan dengan sekejap Tari menghambur ke arah meja kerjanya dan tangannya dengan sigap memegang keyboard komputer yang ada di depannya.
Kirana tersenyum geli melihat tingkah sahabatnya itu.
"Pagi," kata pak Cahyo ketika tiba di depan meja Kirana sambil menoleh ke sekitar nya.
"Pagi pak," kata Kirana dan Tari hampir bersamaan.
Lalu pak Cahyo menoleh ke arah meja kerjanya Hans dan kemudian ia berkata lagi.
"Hans belum masuk ya?"
"Belum pak," jawab Kirana
Tari langsung menoleh ke arah Kirana yang menjawab dengan cepat pertanyaan pak Cahyo tadi.
Kirana juga menoleh ke arah Tari sambil menipiskan bibirnya, Tari jadi tersenyum geli melihat sikap Kirana tersebut.
"Kalian sudah jenguk Hans?" tanya pak Cahyo lebih lanjut.
Kirana dan Tari diam tak ada yang menjawab pertanyaan pak Cahyo, mereka saling berpandangan.
"Jadi kalian gak ada yang jenguk Hans...?" pak Cahyo bertanya sekali lagi.
"Emmmm kami sudah jenguk Hans pak kemaren," kata Tari.
"Terus, bagaimana keadaan nya?"
"Sudah mendingan pak,"
"Sakit apa Hans?"
"Katanya sakit tipes pak," jawab tari
Pak Cahyo menganggukkan kepalanya sambil berjalan menuju ke meja Kirana.
"Saya minta laporan keuangan yang bulan kemaren ya Ki,"
"Baik pak,"
"Oh ya, jangan lupa Minggu depan ada undangan dari Bank Indonesia soal ciri-ciri keaslian uang rupiah," pak Cahyo mengingatkan Kirana.
"Baik pak," kata Kirana.
Lalu pak Cahyo pergi meninggalkan ruangan Kirana dan Tari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments