Mencari tahu

"Tari...," tiba-tiba Hans menghampiri meja kerja Tari dan dengan suara pelan ia berkata pada Tari.

"Iya Hans, ada apa?" tanya tari dengan penasaran.

'Kirana kemana kok gak ada di mejanya?" tanya Hans pada Tari.

"Kayaknya tadi dia pamit ke kamar mandi...., ada apa sih Hans?" Tari balik tanya pada Hans.

"Emmmm...Kirana sudah punya pacar belum?"

"Belum, memangnya kenapa Hans?"

"Emmmm.....gak ada sih cuman nanya aja, kok cewek secantik Kirana belum punya pacar," seloroh Hans pada Tari.

"Bukanya gak punya pacar, banyak disini cowok yang jatuh hati pada Kirana, tapi Kirana tidak mau."

"Kenapa memangnya Kirana kok tidak mau?"

"Mungkin gak ada yang cocok buat Kirana?"

"Emmmm..begitu ya," kata Hans sambil mengerucutkan bibirnya.

"Oke Tar, aku balik kemejaku ya, sepertinya Kirana berjalan menuju ke sini," kata Hans .

Tari menganggukkan kepalanya dan melihat Hans yang dengan terburu-buru meninggalkan tempatnya.

Dari seberang Hans melihat Kirana yang sudah duduk di kursi kerjanya lagi, Hans tersenyum sendiri lalu ia pun sibuk dengan pekerjaannya lagi.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore ini dan Hans berencana ingin mengajak Kirana pulang bareng.

Dengan memberanikan diri Hans menghampiri Kirana yang sedang berkemas-kemas untuk pulang.

"Ki....pulang bareng aku ya?" ajak Hans pada Kirana.

Kirana diam dan memandang Hans agak lama.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu Ki...aku gak akan ngapa-ngapain kamu kok, aku cuma pingin pulang bareng aja sama kamu," kata Hans seraya mengangkat kedua bahu dan tangannya.

Kirana merasa kasihan pada Hans melihat sikapnya yang seperti itu dan akhirnya ia pun mau di ajak Hans pulang bareng.

Akhirnya mereka pun berjalan bersama menuju ke arah parkir sepeda motor.

"Ayok Ki, naik," kata Hans.

"Iya," jawab Kirana sambil mengambil posisi duduk di belakang Hans.

"Sudah siap Ki?" tanya Hans.

"Sudah,"

Lalu Hans mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

Dan selama dalam perjalanan mereka saling diam tidak banyak bicara.

Tiba-tiba Hans memecah kekakuan di antara mereka dengan bertanya sesuatu pada Kirana.

"Emmmm.....nanti jalan ke mana ini Ki?"

"Lurus saja terus belok kiri di situ rumahku,"

"Oke, aku boleh mampir tidak nanti kalau sudah sampai rumahmu?" Hans makin memberanikan diri.

"Emmmm......boleh?"

"Oke,"

Setiba di halaman rumah Kirana, Hans dan Kirana turun dari sepeda motor dan berjalan menuju ke rumah.

"Ayo Hans masuk," kata Kirana sesampai mereka di ruang tamu.

Hans lalu duduk di ruang tamu sambil memperlihatkan kondisi sekeliling.

"Oh ya Hans, aku buatkan minum dulu ya sebentar," kata Kirana sambil bergegas masuk ke dalam rumahnya.

Hans memperhatikan sebuah foto yang terpampang di ruang tamu tersebut, foto yang memperlihatkan kedua orang tua yang menggendong anaknya yang masih kecil.

Tak berapa lama kemudian Kirana datang sambil membawa nampan yang berisi segelas teh hangat.

"Silahkan Hans di minum tehnya,"

"Iya Ki, terimakasih jadi merepotkan kamu,"

"Ah, gak apa-apa Hans kamu kan tamu,"

"Oh ya Ki, itu foto siapa?" Hans menunjuk pada foto yang diperhatikan nya tadi.

"Oh...itu, foto ayah ibuku dan juga aku,' kata Kirana sambil menatap foto yang terpajang di dinding tersebut.

"Kamu anak tunggal?" tanya Hans lagi.

"Iya,"

Hans menganggukkan kepalanya, lalu dengan perlahan ia mengambil gelas yang berisi teh tersebut dan meminumnya dengan perlahan.

"Kamu asli orang sini Ki? tanya Hans lebih lanjut.

"Iya,"

"Oh,"

"Kalau kamu sendiri Hans?" Kirana balik tanya pada Hans.

"Aku dari luar kota, dan di sini aku ngontrak di jalan Ahmad Yani sana."

"Berarti kamu sendirian di sini Hans?"

"Iya, aku merantau Ki ingin cari pengalaman yang lebih banyak."

"Orang tuamu masih ada?"

"Masih, ada semua mereka tinggal berdua, karena adikku sudah menikah dan ikut suaminya dan aku jauh juga dari mereka.

"Lantas untuk biaya hidup kedua orang tuamu siapa yang menanggungnya?"

"Ya... akulah Ki..mereka kan jadi tanggung jawabku," kata Hans.

Kirana mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menatap Hans kagum, karena ternyata Hans adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan Hans segera pamit pulang pada Kirana.

"Oh ya Ki, aku mau pulang soalnya sudah malam ini," kata Hans pada Kirana yang kelihatannya sudah lelah.

"Loh kok buru-buru Hans," kata Kirana.

"Iya Ki, lagian udah lama ini kita ngobrolnya dan kelihatanya kamu juga capek," kata Hans dengan mengangkat kedua alisnya.

Lalu Hans beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu dan Kirana mengikutinya

dari belakang.

"Aku pulang dulu ya Ki," kata Hans sambil berjalan menuju ke arah sepeda motornya yang ada di depan rumah Kirana.

"Iya Hans," jawab Kirana.

Kemudian Kirana masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ke kamarnya, lalu ia bergegas mandi dan setelah selesai mandi ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil mengingat-ingat wajah Hans.

"Kenapa ya tiba-tiba aku jadi akrab dengan Hans, tapi tak apalah sepertinya Hans orangnya baik," Kirana ngomong sendiri..

Tiba-tiba ibu masuk ke dalam kamar dan mencari Kirana.

"Tadi siapa yang datang Ki?" tanya ibu.

"Oh, itu tadi Hans Bu, karyawan baru di kantornya aku dan tadi dia ngajak aku pulang bareng sekalian mampir ke rumah Bu," Kirana menjelaskan pada ibunya.

"Oh...begitu, rumahnya di mana dia?" tanya ibu lebih lanjut.

"Dia anak rantau Bu, rumahnya di luar kota dan di sini dia ngontrak di jalan Ahmad Yani sana,"

"Oh....agak dekat dengan daerah sini ya," kata ibu lagi.

"Iya Bu," jawab Kirana.

"Kamu gak makan dulu Ki?"

"Iya Bu,"

Kemudian ibu mengajak Kirana ke ruang makan dan mereka pun makin malam bersama bareng ayah Kirana juga.

Jauh di rumah kontrakan Hans, Hans yang baru tiba dari rumah Kirana lansung saja menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Kenapa aku jadi kepikiran Kirana terus ya, rasanya aku ingin selalu berada di dekatnya dan ingin selalu memandang wajahnya yang ayu itu," Hans tersenyum geli sendiri dengan perasaan yang sedang ia rasakan saat ini.

Tiba-tiba ponselnya berdering, lalu ia mengangkat telepon yang ternyata berasal dari mamanya.

"Hans...kamu lagi apa...?" tanya mamanya dari seberang.

"Aku lagi tiduran ma, capek ini baru datang kerja," kata Hans.

"Loh kok baru datang kerja jam segini? emangnya kamu lembur?" tanya mama penuh selidik.

"Emmmm enggak sih ma... sebenarnya. aku tadi pulang kerja jam empat, tapi aku mampir dulu ke rumah temanku,"

"Teman? cewek apa cowok!!?" tanya mama dengan nada penasaran.

"Cewek ma,"

"Oh, ya sudah kamu jangan malam-malam tidurnya, harus istirahat yang banyak dan jangan banyak keluyuran, ngerti Hans...?" tanya mama.

"Iya ma," jawab Hans sambil mengakhiri percakapannya dengan mamanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!