“Aaaaaarggghhhhh!" Seung Min berteriak melampiaskan kekesalannya.
Lelaki itu tak menyangka, gadis yang dia cintai pergi meninggalkannya. Seung Min menyapu seluruh isi meja kerja dengan tangan kekarnya. Semua berkas berserakan di lantai. Sekarang ruangan itu terlihat kacau, sekacau perasaan Seung Min saat itu.
Tiba-tiba seorang perempuan memasuki ruangan Seung Min. Gadis itu bertubuh tinggi, langsing, dengan rambut ikal berwarna coklat terang. Dia adalah Lee Eun Bi, putri dari CEO Daewon Grup.
"Seung Min, apa yang terjadi?" tanya Eun Bi, sambil memperhatikan ruangan Seung Min yang berantakan.
Seung Min sama sekali tak menggubris pertanyaan Eun Bi. Gadis itu menuju lemari pendingin, kemudian meraih sebotol air mineral, dan disodorkan kepada Seung Min. Kali ini Seung Min mendongak, lalu melihat Lee Eun Bi yang sedang menatapnya lembut.
"Minumlah agar sedikit lebih tenang. Kamu bisa menceritakan segalanya kepadaku," ucap Eun Bi.
Seung Min meraih botol mineral itu, dan mulai menenggaknya perlahan. Jakun lelaki itu naik turun, tanda air mulai membasahi kerongkongan.
"Ada apa?" Eun Bi kembali bertanya kepada Seung Min.
"Bukan urusanmu!" jawab Seung Min kasar.
"Aigoo ... Seung Min memang beda! Di saat banyak lelaki mengejarku, hanya dirimulah yang selalu bersikap begitu dingin!" Eun Bi duduk di atas sofa sambil menyilangkan kaki jenjangnya.
Seung Min berusaha mengatur ritme jantungnya, ketika sang ibu menelepon. Ia menggeser tombol hijau pada layar, kemudian mulai berbicara dengan Nyonya Park.
"Apa Eun Bi sudah di sana?" tanya Nyonya Park dari ujung telepon.
"Iya, kenapa, Bu?" Seung Min melirik ke arah Eun Bi yang sedang memandangi ponselnya.
"Tolong antar dia kesini. Ibu ingin mengobrol dengannya."
"Baiklah, Aku akan segera ke sana, Bu." Seung Min mematikan sambungan telepon.
Lelaki itu akan selalu bergegas, jika hal itu menyangkut ibunya. Ia merapikan dasi, memakai kacamatanya, lalu memakai kembali jas hitamnya.
"Ayo!" Seung Min mulai beranjak dan memutar kenop pintu.
Eun Bi mengimbangi langkah Seung Min, dan tanpa permisi ia memeluk lengannya. Seung Min mengibaskan tangan berulang kali, tetapi gadis itu tidak menyerah sedikit pun. Eun Bi menempel kepada Seung Min layaknya perangko.
Setelah sampai di lantai dasar, tanpa sengaja Seung Min bertemu dengan dua orang teman Eun Mi. Rasanya ingin sekali dia bertanya mengenai keberadaan Eun Mi.
Kedua teman kekasihnya itu menunduk memberi hormat. Namun, salah seorang dari mereka terdengar melontarkan umpatan.
"Sialan!" ucap gadis dengan perawakan mirip Eun Mi.
Mendengar umpatan gadis itu, Eun Bi menoleh, dan bertanya, "Maaf Nona, apa Kau mengatakan sesuatu?"
"Aa ... ti-tidak ... mungkin Anda salah dengar, Nyonya," jawab gadis itu.
Seung Min memandangi gadis mungil itu dari ujung rambut hingga kaki. Entah mengapa ia memiliki firasat, jika gadis itu mengetahui sesuatu tentang Eun Mi. Akan tetapi, Seung Min menepis semua praduga yang berputar di kepalanya. Dia harus segera mengantarkan Eun Bi.
Begitu sampai di tempat parkir, Seung Min baru sadar kalau ponselnya tertinggal di kantor. Dia meminta Eun Bi menunggu di dalam mobil. Sedangkan Seung Min kembali lagi ke dalam ruangannya.
Saat hendak masuk ke lift, sebuah tubuh mungil menumbuk tubuhnya dengan begitu keras.
"Awww!" pekik gadis itu.
"Anda tidak apa-apa, Nona?" Seung Min meraih lengan gadis itu, dan membantunya bangun.
"Ti-tidak apa-apa, Tuan. Terima kasih," ucap gadis itu sambil membungkukkan badan.
Seung min dan gadis itu memasuki lift. Ketika pintu terutup, Seung Min mencoba membuka percakapan senormal mungkin.
"Anda mau ke lantai berapa, Nona?" tanyanya.
"Lantai lima, Tuan." Suara gadis itu sedikit bergetar karena gugup.
Seung Min menekan tombol lima dan dua belas. Suasana kembali hening setelahnya. Seung Min ingin sekali bertanya perihal Eun Mi kepada gadis itu. Sesaat sebelum mencapai lantai lima gadis mungil itu berteriak.
"Tuan, jika Anda ingin tahu kenapa Eun Mi menghilang, segera hubungi Aku. Terima Kasih." Gadis itu sedikit menunduk.
Lift berhenti dan ia melangkahkan kaki keluar. Sebelum lift tertutup, gadis itu membungkukkan badan lagi. Seung Min masih mematung mencoba mencerna apa yang barusan gadis itu ucapkan.
.
.
.
Usai mengantar Eun Bi ke kediaman ibunya, Seung Min kembali lagi ke stasiun televisi. Kali ini ia meminta Pak Chang supir pribadinya untuk mengantar. Seung Min sedang dalam kondisi yang begitu kacau. Ia tidak ingin hal buruk menimpanya sebelum bisa mengetahui dengan jelas mengapa Eun Mi tiba-tiba menghilang. Ia harus tetap hidup walau berat.
Saat sampai di depan stasiun televisi, Seung Min melihat sosok yang ia temui tadi siang. Lelaki itu meminta Pak Chang untuk menepikan mobilnya.
"Pak, tolong minta gadis itu untuk masuk ke mobil." Seung Min melepas kaca matanya.
"Baik, Presdir," Pak Chang keluar dari mobil. Ia membungkuk lalu membukakan pintu mobil.
Seung Min tersenyum kepada gadis itu. Ia mengisyaratkan kepada gadis mungil itu untuk memasuki mobilnya.
"Hah ... oke!" seru gadis itu.
Setelah memastikan gadis itu masuk mobil, Pak Chang kembali ke dalam mobil lalu mulai mengendarainya. Seung Min mulai membuka percakapan.
"Siapa namamu?" tanyanya.
"Dinar, Tuan," ucap gadis itu sopan.
"Seberapa dekat Kamu dengan Lee Eun Mi?" Seung Min menatap Dinar penuh tanya.
"Saya baru mengenalnya, belum sampai satu minggu." Dinar berbicara sambil memandangi jalanan.
Seung Min merasa gadis itu kesal kepadanya. Saat berbicara, dia sama sekali tidak melihat ke arah Seung Min. Akhirnya tanpa basa-basi Seung Min menanyakan keberadaan Eun Mi.
"Aku akan langsung saja pada intinya. Di mana Eun Mi sekarang?"
"Jujur, Aku tak tahu," jawab Dinar singkat.
"Hah! Kau sedang membodohiku?" Seung Min melemparkan tatapan sedingin es kepada Dinar.
"Maaf, Tuan, Saya memang tidak tahu dia ada di mana. Eun Mi sama sekali tidak berpamitan." Ia merogoh tasnya, lalu menyerahkan sebuah kertas berwarna merah muda.
Seung Min meraihnya, lalu membacanya perlahan. Air muka Seung Min berubah, tergurat bermacam emosi yang tidak jelas. Ada ekspresi marah, sedih, kecewa, yang bercampur menjadi satu kesatuan. Tiba-tiba dia meninju jok depannya.
"Ommo!" teriak Dinar.
Pak Chang mengerem mendadak karena ulah majikannya itu, kemudian bertanya, "Apa ada masalah Tuan?"
"Tidak." Napas Seung Min terlihat tidak beraturan.
"A-aku turun di sini saja! Aku tidak mau jadi samsakmu juga! Hiiiiiii ...," ucap Dinar sambil bergidik ngeri.
Kedua telapak tangan Dinar memegang lengan atas. Dia membayangkan jok yang ditinju Seung Min tadi adalah dirinya. Kali ini Seung Min melihat ke arah Dinar. Terlihat ujung matanya sedikit basah.
"Kumohon, hubungi Aku jika sewaktu-waktu dia menghubungimu," ucap Seung Min pasrah.
"Tergantung!" Dinar menjawab dengan nada kesal.
"Kumohon ...." Park Seung Min, menyodorkan kartu namanya kepada Dinar.
"Oke, tapi Aku tidak bisa berjanji." Dinar meraih kartu nama Seung Min.
Perjalanan singkat Dinar dan Seung Min berakhir di depan gedung apartemen. Dinar keluar dari mobil lalu membungkukkan badan dan mengucapkan terima kasih. Seung Min memandangi gedung apartemen itu. Tempat di mana Eun Mi pernah tinggal. Salah satu tempat yang haram untuk dikunjungi Seung Min, karena hubungan diam-diam mereka.
.
.
.
Bersambung ...
Terima Kasih sudah setia membaca Love Is Gone...
Jangan Lupa Like, komen, dan tap ❤️ yaaa supaya kelem tau Author update😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments