Tangis Eun Mi yang pecah membuat Seung Min yakin bahwa mereka sudah saling bergantung. Dia menghampiri Eun Mi yang masih menangis meraung-raung seperti bocah yang terpisah dari ibunya. Lelaki itu semakin merasa bersalah, karena melakukan cara kekanakan untuk menguji perasaan Eun Mi. Seung Min mulai melangkah mendekati kekasihnya.
Merasakan kehadiran orang lain, Eun Mi mendongak. Tangisnya makin pecah, dan kembali menenggelamkan wajah ke dalam kedua telapak tangan.
"Huuuuaaaaaaa ... bahkan sekarang Aku sudah gila! Aku mulai berhalusinasi melihat Seung Min!" Tubuh Eun Mi semakin bergetar hebat karena tangisnya.
"Bodoh!" Seung Min membungkukkan badan.
Mendengar suara yang begitu akrab, tangis Eun Mi berhenti dan kembali mendongak. Dia mengusap kelopak mata, untuk memastikan bahwa dirinya tidak sedang berhalusinasi. Ternyata Seung Min benar-benar ada di depan matanya.
Lelaki itu merengkuh lengan atas Eun Mi, kemudian jemari Seung Min menghapus bulir-bulir air mata yang membasahi pipi kekasihnya.
“Maaf, karena telah membohongimu. Aku takut, kalau ternyata hanya Aku yang merasa kehilangan saat tak melihatmu." Sebuah senyum lembut terpahat di bibir Seung Min.
Mendengar perkataan Seung Min, Eun Mi terkejut. Ia tak menyangka ternyata mereka berdua memiliki perasaan yang sama. Mata Eun Mi terbelalak saat tubuh mungilnya berada dalam pelukan Seung Min. Pria itu menepuk pelan punggung Eun Mi. Perlahan sisa tangisnya berhenti karena perlakuan lembut Seung Min. Dadanya menghangat, rasanya lama sekali dia tidak mendapatkan pelukan penuh cinta.
"Aku tidak akan pernah menghilang lagi. Jadi, Kau juga jangan pernah hilang dari pandanganku." Seung Min mengecup puncak kepala Eun Mi
Senyum Eun Mi mengembang, dia mengangguk lalu membalas pelukan Seung Min. Saat itu mereka resmi berpacaran. Namun, keduanya sepakat untuk tidak membuka hubungan itu kepada orang lain.
Setiap hari mereka bertemu secara diam-diam. Saat Eun Mi menjadi tim mekap di luar kota, Seung Min akan menyusulnya. Setelah pekerjaan Eun Mi selesai, mereka akan makan malam bersama. Hubungan mereka berjalan begitu lancar, sampai sebuah kesalahan menodainya.
Malam itu Seung Min yang sedang frustrasi meminum alkohol dalam jumlah banyak. Hal itu dikarenakan desakan keluarganya, ingin Seung Min segera bertunangan dengan putri pertama Presdir Daewon Grup.
Di sisi lain, Eun Mi mulai khawatir karena teleponnya diabaikan oleh Seung Min. Dia berulang kali menelepon, tapi tidak diangkat. Eun Mi terkejut saat suara orang asing menjawab panggilannya.
"Halo ... maaf, pemilik ponsel ini sedang mabuk berat. Apa Anda mengenalnya?" Suara bartender bercampur dengan musik disko.
"Di mana dia sekarang? Aku akan menjemputnya." Bahu Eun Mi merosot, dia memegang kepalanya yang mendadak berputar.
"Dia sekarang ada di JJ Bar tolong segera kemari,” kata si bartender.
"Baiklah. Tolong jaga dia sebentar, sampai Aku datang." Eun Mi mematikan sambungan telepon, dan langsung memesan taksi untuk menjemput Seung Min.
Sesampainya di bar itu, Eun Mi langsung berjalan ke arah kekasihnya. Langkahnya berhenti ketika sampai di samping tubuh Seung Min yang sudah tak berdaya.
"Seung Min ....” Eun Mi menggoyangkan lengan kekar Seung Min.
Tubuh Seung Min mulai menggeliat. Ia menoleh sebentar ke arah Eun Mi, lalu tertidur lagi. Eun Mi mendengus kesal karena dia sudah berjanji untuk tidak menyentuh alkohol. Namun, kenyataan di depannya ini membuat gadis itu kecewa.
Eun Mi membawa tubuh tegap Seung Min ke dalam taksi, dibantu seorang karyawan bar. Mulutnya tidak berhenti menggerutu sepanjang perjalanan.
"Dasar! Sudah kubilang bukan? Kamu itu diciptakan untuk tidak menyentuh alkohol! Aigoo ... dasar anak bandel!" Omel Eun Mi sambil terus menoyor kepala Seung Min dengan jari telunjuknya.
Tak lama mereka sampai di apartemen mewah Seung Min. Eun Mi meminta bantuan sopir taksi untuk membawa Seung Min memasuki apartemen. Ia membaringkan tubuh kekasihnya di atas sofa ruang tengah, kemudian memiringkan kekasihnya agar tidak tersedak.
Kepala Eun Mi terasa pening, karena melihat Seung Min tak sadarkan diri. Dia memandang wajah Seung Min yang begitu tampan. Jemari nakal Eun Mi mulai membelai lembut paras kekasihnya yang sedang terlelap. Dis mengamati setiap inci bagian wajah Seung Min. Dahi yang lebar, alis tebal, hidung mancung, dan bibir tipis Seung Min.
Jari telunjuk Eun Mi berhenti di atas bibir Seung Min. Tiba-tiba mata Seung Min terbuka, sontak Eun Mi menarik jari-jari nakalnya dari wajah Seung Min. Namun, lelaki itu justru menarik lengan kekasihnya.
Kini tubuh mungil Eun Mi sudah berada dalam pelukan Seung Min. Sebuah perasaan sedih tiba-tiba menjalar di hatinya. Dia melihat kepedihan dalam tatapan Seung Min.
"Kau kenapa? Apa ada masalah?" tanya Eun Mi lirih.
"Sedikit.” Seung Min tersenyum datar.
"Tapi kenapa sampai mabuk begini?" Eun Mi menarik tubuhnya dari pelukan Seung Min. Dia menatap pria yang sudah berstatus sebagai pacarnya selama enam bulan terakhir.
"Seung Min, mau kuambilkan air putih?" tanya Eun Mi.
Seung Min hanya mengangguk. Eun Mi melangkahkan kakinya menuju dapur, dan kembali dengan membawa sebotol air mineral. Dibukanya tutup botol itu, lalu diberikan kepada Seung Min. Lelaki itu duduk, kemudian menenggaknya perlahan.
"Ada masalah apa? Bukankah Kita sudah berjanji, untuk saling bercerita jika ada masalah?" tanya Eun Mi.
Seung Min menghela napas kasar, berharap rasa sesak di dadanya ikut terhempas. Dia kemudian menceritakan tentang desakan ayahnya untuk segera menikah.
"Ayah ingin Aku segera menikah dengan putri dari Daewon Grup." Kepala Seung Min tertunduk lesu.
Eun Mi hanya terdiam ketika mendengar ucapan Seung Min. Ketakutannya selama ini benar-benar terjadi. Walau sering bersama, faktanya dia dan Seung Min seperti hidup di dunia yang berbeda.
Hal itulah yang membuat Eun Mi menyembunyikan hubungannya dengan Seung Min. Bukan karena Eun Mi tak sungguh-sungguh terhadap Seung Min. Sejujurnya, dia ragu apakah bisa terus bersama dengan Seung Min atau tidak. Belum lagi opini publik yang begitu jahat, karena kesenjangan status sosial di antara keduanya yang teramat jauh.
"Membayangkan harus berpisah denganmu, rasanya Aku ingin mati, " ucap Seung Min dengan suara yang mulai bergetar.
Eun Mi merangkum pipi Seung Min. Dia menatap kekasihnya itu dengan perasaan yang begitu kacau, sebisa mungkin Eun Mi berusaha untuk tetap tersenyum.
"Tenanglah, ayo Kita terus berjuang bersama!" Eun Mi menggenggam tangan Seung Min.
Mendengar ucapan Eun Mi, hati Seung Min sedikit lebih tenang. Dia memeluk kekasihnya itu dengan lembut. Setelah merasa nyaman, Seung Min melepaskan pelukan.
"Katanya, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Namun kurasa, tak akan ada perpisahan jika Kau tetap di sini bersamaku." Seung Min merangkum wajah Eun Mi sambil tersenyum.
Mendengar ucapan Seung Min, mata Eun Mi mulai mengembun. Tak lama kemudian, tangisnya pecah karena pelukan Seung Min. Dia tak menyangka cinta Seung Min begitu besar. Justru cintanyalah yang lemah, Eun Mi kehilangan harapan untuk bersama kekasihnya itu.
"Asalkan kamu masih berada di sini bersamaku, aku akan tetap kuat. Mari berjuang bersama." Seung Min melepaskan pelukannya, kemudian mengecup jemari Eun Mi.
Seung Min menghapus sisa tangis Eun Mi dengan jarinya. Perlahan Seung Min mendekatkan wajah, kemudian mengecup lembut bibir mungil Eun Mi. Ciuman lembut itu kelamaan semakin menuntut. Deru napas mereka bercampur. Tanpa mereka sadari, sebuah dosa besar telah mereka lakukan. Sebuah penyatuan yang akan berujung pada perpisahan di kemudian hari.
***
Keesokan harinya, Seung Min bangun dengan perasaan kacau. Bagaimana tidak? Eun Mi menghilang ketika dia terbangun. Seung Min beranjak dari ranjang, dan melihat ada noda merah pada sprei yang membungkus kasurnya.
"Sialan! Aku pasti sudah membuatnya kecewa!" Seung Min meninju tembok kamar.
Lelaki itu menyusuri setiap sudut apartemen, akan tetapi hasilnya nol. Dia juga mencoba menelepon Eun Mi, tapi sia-sia karena nomornya sudah diblokir. Seung Min segera membersihkan diri dan bergegas menuju stasiun televisi. Sesampainya disana, lelaki itu mencoba memanggil ketua tim mekap untuk mengetahui keberadaan Eun Mi.
"Aku minta jadwal tim mekap hari ini." Seung Min melemparkan tatapan dinginnya kepada Han Suji.
“Ya?” Suji melebarkan matanya karena pertanyaan janggal sang presdir.
"Apa Aku harus mengulangi perkataanku dua kali?" Seung Min menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
“Ti-tidak Presdir. Saya akan segera mengirimkan jadwal tim mekap kepada Anda." Suji membungkuk, kemudian kembali ke ruangannya.
Tak lama kemudian, ponsel Seung Min menyala. Ia menerima pesan dari Suji yang berisi jadwal kerja tim mekap. Setelah membaca jadwal milik Eun Mi, lelaki itu membanting ponselnya ke lantai.
"Sial!" umpat Seung Min sambil mengusap wajahnya kasar.
.
.
.
Hai ...
Apakabar semuanya ...
Hari ini Chika mau merekomendasikan sebuah Novel karya salah satu Author Eveliniq. Jangan lupa mampir yaa, sayang Kaliaaannnn❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments