REUNI

          RS Medica Utama adalah RS yang terdiri dari 7 lantai. Lantai pertama adalah lobby utama, Instalasi Gawat darurat, laboratorium, Radiologi dan Poli rawat jalan. Lantai kedua adalah wilayah khusus karyawan. Mulai dari beberapa kamar untuk istirahat karyawan, tempat ganti, tempat mandi dan kantin karyawan. Lantai ketiga adalah tempat untuk bangsa dan area untuk ruang operasi serta ICU.

           Lantai empat adalah wilayah untuk obgyn, kebidanan dan area farmasi. Lantai lima untuk paviliun kelas 1. Lantai 6 adalah tempat staf manajemen dan kepegawaian  serta ruang aula serbaguna. Dan, terakhir lantai 7 adalah wilayah pavilun VIP dan VVIP.

          Secara garis besar, RS Medica Utama adalah salah satu RS swasta uang cukup baik dengan standar internasional. Salah satu. Artinya, masih banyak RS lain yang tak kalah bagusnya. Dan, kenapa harus di RS Medica Utama, Marry, bertemu dengan Sean. Kenapa harus di satu RS yang sama? Kenapa mereka baru bertemu setelah lebih dari 5 tahun, mereka bertemu di sana sebagai satu rekan sejawat? Dan, oh... Sejak kapan Sean jadi dokter? Padahal, laki-laki itu cukup jijik dengan darah.  Dan, kenapa Sean melepas impian yang sebagai arsitek? Padahal, ia sudah menata impian itu sejak SMA. Kenapa dia berubah haluan?

          Sekian banyak pertanyaan, berkecamuk dalam pikiran Marry. Pun sama dengan Sean yang terlihat penasaran sekaligus terkejut dengan pertemuan mereka setelah sekian lama ini. Mereka beradu pandang dalam diam, di antara gema suara lift yang berdenting karena terlalu lama terbuka dan ditahan oleh seseorang.

          “Tolong, lift ini sudah berusaha. Jangan membuatnya tersiksa,” ujar seseorang, Ravendra. Ia tampak mengernyit dongkol melihat Sean yang mematung di tengah pintu lift. Bahkan, membuat lift berbunyi cukup lama.

          “Oh, maaf. Saya sedikit terengah kelelahan,”ujar Sean seraya mencoba menepis rasa terkejutnya. Ia melirik kecil ke arah Marry seraya memasuki lift dan berdiri di depan Ravendra. Marry melirik pemuda itu tanpa banyak kata namun keduanya tahu, mereka memendam ribuan pertanyaan. Dan, mereka juga masih berusaha tersadar dari rasa terkejutnya.

          Suasana hening seketika. Ravendra, melirik dua orang yang satu lift dengannya. Meski ragu, tapi Ravendra cukup jelas melihat ada ekspresi yang berbeda dari mereka saling berpandangan. Kemungkinan besar mereka berdua saling kenal. Atau, mereka memiliki hubungan tertentu. Ravendra menatap pemuda laki-laki di depannya. Dia sempat melihat nama yang tertera di jas putih miliknya. Dokter bedah. Mungkin, dia adalah dokter bedah baru yang datang sejak hari ini.  Dokter bedah yang merupakan lulusan dari Australia.

          “Jadi, anda adalah Dokter Sean? Dokter bedah yang baru?” tanya Ravendra yang membuat Sean memutar tubuhnya.

          Namun, memutar tubuh menghadap Ravendra, membuatnya kembali beradu pandang dengan Marry. Canggung sejenak. Sean menyunggingkan senyuman seraya mengarahkan tangan ke arah Ravendra. “Benar. Nama saya, Sean.”

          “Ravendra,” Ravendra menerima jabatan tangan Sean dengan mantap, “Dan dia anak magang. Marry.”

          Marry merasa ludahnya tertahan, ia nyaris tersedak saat namanya disebut. Ia berdeham singkat, mengatur napas lalu tersenyum senormal mungkin, “Iya. Halo, saya Marry. Senang bertemu anda,” Marry terhenyak kecil, “Dokter Sean.”

          “Me too.” Sahut Sean. Singkat.

          “Jadi, anda yang berjaga malam ini? Kebetulan, saya sudah melaporkan singkat kondisi pasien di IGD yang butuh laparotomy cito.” Ravendra menyerahkan sebuah berkas ke arah Sean.

          Sean mengangguk singkat, menerima berkas Ravendra, “Benar. Saya sudah membacanya. Ini hasil laboratorium terbarunya?”Sean melirik Ravendra yang mengangguk mantap, “Oke. Saya cek ke IGD sebentar.”

          Ting.

          Pintu lift terbuka. Sean melangkah ke luar terlebih dahulu diikuti Ravendra. Marry masih bergening dalam lift. Ia masih mencoba mengatur debaran jantungnya serta mencoba menenangkan diri.

          “Bumil! Cepat ikuti kami. Jangan bengong! Ini juga akan jadi pasienmu malam ini!” ujar Ravendra tegas.

          Sean mendongak cepat ke arah Marry. Ia terlihat cukup terkejut dengan panggilan Ravendra barusan. Kilat matanya tajam dan seolah melempar sebuah belati tajam ke arah Marry. Dan Marry, ia hanya bisa melotot terkejut dan tanpa sadar menyentuh perutnya yang entah kenapa untuk malam ini,  serasa lebih buncit dari biasanya. Padahal,  dia hanya sempat makan mie instan.

          Sial.

 

-oOo-

 

          “Kondisi cukup stabil. Kita bisa melakukan operasi malam ini. Laporkan anestesi.  Kita siapkan ruang operasi,” ujar Sean sesaat setelah mereka memeriksa salah satu pasien di IGD.

          “Bumil, kamu minta tanda tangan persetujuan pada keluarga pasien. Lalu bersiaplah. Kamu akan ikut di dalam ruang operasi,” ujar Ravendra.

          “Uh? Ikut proses operasi? Saya?” tanya Marry terkejut alih-alih merasa risih karena Ravendra sejak tadi terus memanggilnya bumil. Oke, dia memang selalu memanggilnya bumil. Tapi, kali ini rasanya berbeda. Setiap kata ‘bumil’ mencuat dari mulut tajam Ravendra, sebilah belati dari tatapan Sean, serasa ikut menghujamnya. Ditambah, perutnya buncit. Dia akan diet!

          Sebuah tawa kecil mendadak hadir di sela pembicaraan mereka, “Kalian ini memang pasangan serasi. Bumil dan sang suami.  Benar-benar cocok sekali. Yang satu tegas, yang satu lucu,”  ujar Suster Sandy dari balik meja perawat. Ucapannya justru semakin memperkeruh situasi!

          “Tap—,” Marry hendak menyela ucapan suster Sandy maupun ucapan Ravendra. Tapi, suster Sandy mengangkat tangan seolah menenangkan.

          “Sudah sudah, tarik napas dulu, bumil. Harus rileks. Hanya ikut di ruang operasi. Biasanya dokter magang malah senang bisa ikut di ruang operasi. Buat menambah nilai.”

          Tapi, bukan itu masalahnya! Marry harus satu ruangan dengan Sean! Ditambah, berhenti memanggilnya bumil!

          “Apalagi, istri dari dokter Ravendra. Harus punya nilai lebih, dong... .”

          Marry menatap suster itu dengan gusar. Bagaimana tidak, gosip tidak berdasar dari mulut nya, semakin membuat Marry terpojok oleh tatapan Sean. Dan, Ravendra? Tidak ada yang bisa diharapkan darinya. Dia sama sekali tidak menggubris gosip itu juga tidak menentang. Seperti saat ini, dia tidak menolak ucapan suster Sandy yang menyebutnya sebagai suami Marry. Justru, Ravendra dengan enteng menyerahkan berkas pasien ke Marry. Benar-benar tidak peka situasi.

          “Semangat, bumil!” ujar Ravendra diakhiri senyum tipis. Sejenak, Marry merasa senyum itu adalah senyum penuh kelicikan. Catat, senyum licik.

Tunggu. Jangan-jangan, Ravendra sengaja melakukan ini. Dia sengaja meperkeruh suasana. Tapi, kenapa? Untuk apa? Apa dia menyadari hubungan Marry dan Sean? Secepat itu?

          Marry menerima dengan pasrah berkas pasien itu lalu melirik Sean yang terdiam. Marry tertunduk kecil dan melihat tangan Sean sudah terkepal kuat di sisi jasnya. Tangannya memerah, tanda jika ia meremas tangannya dengan sangat kuat seolah memendam amarah yang luar biasa. Dia dalam masalah besar.

          “Saya tunggu di ruang operasi,” ujar Sean. Dingin. Sean melangkah pergi meninggalkan IGD.

          Marry menepuk berkas pasien ke arah wajahnya. Bagaimana ini semua terjadi begitu rumit? Bagaimana ia bersikap saat di ruang operasi dengan Sean nanti?

          “ Dokter Sean, tampan ya? Lebih tampan dari fotonya,” ujar Suster Sandy.

          Marry menoleh perlahan ke arah suster Sandy. Ia melempar tatapan kesal karena suster satu ini jadi salah satu biang masalahnya. Dasar, tukang gosip!

         “Biasa aja. Huh!” ujar Marry dengan mimik wajah mencelos lalu meninggalkan tempat begitu saja. Perilakunya justru membuat suster Sandy terkekeh.

          “Dokter Marry ini, lumayan lucu juga. Seneng juga godain dia. Tapi, dokter Ravendra bersikap aneh belakangan ini. Dia tidak sekejam biasanya. Dia juga tidak mempedulikan gosipnya dengan dokter Marry. Aneh. Radarku mengatakan, ada hal besar yang akan terjadi di IGD. Cinta dan darah!"

 

-oOo-

 

          Tanda tangan persetujuan. Tanda tangan berkas-berkas anestesi dan berkas laboratorium sudah lengkap. Pasien sudah berada di ruang anestesi dan sedang bersiap untuk tindakan pembedahan lima belas menit lagi. Marry memakai pakaian operasi dan sedang mencuci tangannya sebelum mulai masuk ke dalam ruang operasi. Ia mendesah panjang dan sedikit termenung, merasakan dinginnya air yang membasuh kedua tangannya.

          Dia harus bertemu Sean lagi setelah sekian lama. Dan yang membuat cemas adalah dia secara mendadak lalu tiba-tiba saja di jadi ibu hamil dan istri Ravendra di depan mata Sean yang tajam. Dan sekarang, dia bahkan harus berhadapan dengan Sean 2-3 jam ke depan. Oke, mungkin di sana banyak orang , tapi tetap saja, suasana bagi Marry dan Sean akan jauh berbeda.

          “Fokus,”  ujar seseorang tiba-tiba, membuyarkan lamunan Marry. Ia mendapati Sean sedang mencuci tangan di setelahnya, “Aku juga punya ribuan pertanyaan. Tapi, untuk saat ini,  aku lebih mentingin pasien. Jadi, aku harap, kamu juga profesional.”

          Marry menghela napa sepanjang lalu mengangguk perlahan, “Okay.”

          Sean berjalan mendekati Marry lalu membiarkan sesuatu di telinganya, “Selamat atas kehamilan lo, Marry! Dan oh, masih banyak waktu untuk reunian kita, bumil.”

          Deg . Marry memejamkan mata sesaat, merasakan napasnya tercekat. Jelas perubahan kata ‘kamu’ menjadi ‘lo’ dari bisikan Sean, mengandung sesuatu yang penuh makna. Marry tahu dan sangat yakin, akan ada musibah besar yang datang setelah ini.

         Apa? Sebuah reuni? Sungguh. Metafora yang apik. Tapi sayangnya, reuni yang membawa musibah. Dia sama sekali tidak yakin dengan reuni ini.

          Marry melihat punggung Sean yang perlahan menghilang setelah melewati pintu memasuki ruang operasi. Punggung yang sama sepeti terakhir kali Marry menatapnya di hari lamarannya. Hanya saja, punggung itu terlihat seperti tembok tinggi yang dingin dan menyimpan banyak rahasia.

          Apa yang Sean lakukan selama ini? Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia melarikan diri dari Marry dulu?

 

-oOo-

Terpopuler

Comments

CumaAku

CumaAku

biasa aja tapi pernah mengukir kisah bersama doong

2022-03-29

0

CumaAku

CumaAku

Penasaran ama masalalu Marry. kenapa waktu itu dia nolak Sean???

2022-03-29

0

ZaaraItsMe

ZaaraItsMe

Keren ceritanyaaaaaaa

2022-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!