Khawatir

Rinjani sudah melewati Autumn bersama Ansel hampir dua bulan, memang pada musim ini hari terasa lebih pendek, cahaya ke emasan , sinar matahari yang hangat namun hawa dingin ini membawa kebahagiaan tersendiri bagi Rinjani, Masyarakat banyak yang merayakan Halloween membuat suasana sekitar ramai dan di penuhi pernak-pernik Seperti labu dan sebagainya membuat pemandangan yang menakjubkan.

" Ansel belum datang??" Ibu Maria menghampiri Rinjani yang sejak tadi mencoba menenangkan Ivander.

Ivander dan Ivan jatuh dari tangga rumah mereka, Ivan tidak mengalami cidera serius, sedangkan Ivander selain kaki gemuknya terkilir Baby yang sangat mirip dengan Nurry itu mengalami luka kecil di bagian kepalanya.

Sudah empat jam anak itu tak berhenti menangis, Ivander terus mencari Ansel dan minta di gendongan pemuda itu.

" Belum Bi!" Jawab Rinjani dengan tangan yang terus mengelus lembut Kening Ivander yang di tutupi kain kasa.

" Huaaa__Huaaa, aku mau sama Deddy" Pria kecil itu terus meraung, Ivan dan Ivander sudah sangat fasih berbahasa Inggris dan mereka mulai memakai bahasa itu keseharian.

" Daddy mommy, Daddy___ huaaaa"

Di saat seperti ini Rinjani akan terpuruk akan rasa tak berdaya, nyatanya dia mang benar-benar kesulitan untuk mengurus ketiga anaknya, jelas sekali seorang wanita akan sangat rapuh jika di hadapkan dengan situasi seperti ini.

" Daddy akan segera datang, Oh Tuhan kenapa anak itu belum bisa di hubungi??" Ibu Maria tak kalah kalutnya dengan Rinjani, tidak biasanya Ansel seperti ini.

Ini kali pertama Ansel susah di hubungi, jika dulu keadaan seperti ini sering Rinjani rasakan saat hidup dengan Nurry, beda jika Hidup dengan Ansel pemuda itu akan terus menghubungi nya dimanapun berada, jika ada lembur, atau sedikit telat pulang Ansel akan selalu mengabari Rinjani, agar Rinjani tak khawatir dan bisa menjelaskan pada tiga anaknya.

" Astaga di jalan sedang di penuhi festival Halloween, dan ada kecelakaan di dekat taman kota, kenapa anak itu belum juga datang??" Cemas Ibu Maria dengan tangan yang bertaut.

DEG'

Sedangkan jantung Rinjani langsung terasa berdenyut ketika mendengar kata kecelakaan, tidak-tidak, Ansel akan baik-baik saja, Rinjani belum memberikan apapun untuk pemuda yang menjadi suaminya itu, Rinjani tidak sanggup jika takdir mempermainkan hidup mereka.

Masih di hari yang sama Rinjani di kejutkan oleh kabar berita yang menampilkan gambar kecelakaan beruntun, salah satu yang menyita perhatian Rinjani adalah mobil yang sangat di kenali milik pemuda yang menjadi suaminya, korban jiwa bergeletakan di pinggir jalan, polisi lalu lintas dan tenaga medis mulai berdatangan.

Ivander sudah tidur karena lelah menangis, namun kini ganti hati Rinjani yang di penuhi rasa gelisah.

" Biar aku yang pergi, kau jaga malaikat kalian, berdoa semoga Ansel baik-baik saja" kata Ibu Maria.

Rinjani sudah tidak mampu menjawab, Rinjani akan benar-benar mati jika Ansel benar-benar kecelakaan dan Tuhan merenggut nyawa pria itu.

" Tenangkan pikiran mu Rinjani, kalian anak-anak yang baik , Tuhan akan memberikan kalian kebahagiaan, jangan khawatir" Ibu Maria menepuk punggung tangan Rinjani sebelum melangkah Keluar, tetapi belum sampai di ambang pintu, pintu sudah terbuka, dan muncullah sosok yang membuat mereka khawatir.

" Aku pulang!" Ansel dengan wajah letin nya masuk begitu saja.

Padatnya pekerjaan membuat Ansel sedikit lengah, pemuda itu kelupaan mengisi daya baterai nya, Ansel sama sekali tak kemana-mana dirinya tenggelam dalam menekuni berkas kantor, mobilnya di gunakan oleh rekan nya dan mengalami kecelakaan, itupun Ansel belum mengetahui nya, hati nya gelisah dan ingin cepat pulang, itu sebabnya Ansel tak berniat mengisi daya baterai nya dan langsung pulang lebih cepat dari biasanya.

Ansel terkejut saat dua wanita menubruknya dengan kuat, pemuda itu tercengang, dan mundur kebelakang, Ibu Maria dan Rinjani memeluknya dalam tangis, yang membuat pemuda itu linglung.

" Bodoh, kenapa kau tak bisa di hubungi, kamu sangat mengkhawatirkan mu" Ibu Maria memarahi Ansel.

" Maaf Bi baterai ponsel ku habis dan aku belum sempat mengisinya"

" Apa kau tau di kembar kecelakaan dan terus mencari mu hingga kelelahan" Cecar Ibu Maria.

" Si kembar??" Wajah Ansel menegang, Rinjani tau Ansel sangat menyayangi Ketiga anaknya.

Mata Ansel menatap Rinjani meminta penjelasan.

Rinjani mengangguk.

" Ivan dan Ivander jatuh dari tangga, ada luka di kepala_____

" Oh Tuhan___ pemuda itu tak menunggu sampai Rinjani menyelesaikan ucapannya, Ansel sudah meleset pergi kekamar anak-anak nya.

Rinjani yang melihat itu menitihkan air mata nya.

" Aku pulang dulu Rinjani, Buat suamimu bahagia karena dirinya juga yang akan membahagiakan mu" Sedikit nasehat dari Ibu Maria di berikan pada Rinjani, yang membuat kepala Rinjani mengangguk kecil.

Ibu Maria benar-benar pergi, kini tinggal Rinjani yang berada di depan pintu, Rinjani mendongak

" Kenapa melupakan mu se sulit ini Kak?, bahkan aku terus mencobanya, tetapi mengapa aku tidak bisa? saat ini Ansel selalu ada untuk kami, sampai kapan aku menjadi beban hidupnya dan tak bisa menerima dirinya, Ansel berhak bahagia" Rinjani meremas dadanya yang sakit dan terasa sangat sesak untuk bernafas.

Rinjani masuk kamar anaknya dan menemukan Ansel yang tengah menyuapi si kembar makan.

" Mommy!" girang Ivan dan Ivander.

Rinjani tersenyum dan turut melangkah mendekati mereka.

" Setelah ini jagoan harus minum obat, kalau sembuh Daddy akan membawa kalian pergi jalan-jalan" Suara lembut Ansel terdengar membujuk membuat si kembar bersorak bahagia.

Setelah si kembar makan dan minum obat, Ansel membenarkan selimut mereka, Rania sudah dibuatkan kamar sendiri, tetapi gadis kecil itu masih sering tidur bersama adik-adiknya " Tidur lah jaga adik yang baik" pesan Ansel pada putrinya

Ansel dan Rinjani keluar dari kamar anak-anak nya

" Apa kau sudah makan??" Tanya Ansel pada Rinjani yang mengekor di belakangnya.

Rinjani mengeleng

" Makanlah, aku akan mandi sebentar"

"Sudah ku siapan air hangat untuk mu di kamar mandi"

" Kau tak perlu melakukannya, aku bisa mandi dengan air dingin"

Rinjani pura-pura tak mendengar nya, hanya itu yang mampu Rinjani lakukan untuk Ansel, agar mengurangi rasa bersalah nya karena sampai sekarang mereka belum sama-sama memberi hak masing-masing.

Ansel keluar dari kamar mandi dan menemukan Rinjani berada di kamar mereka, Rinjani sudah menyiapkan baju untuk Ansel. Ansel melepas jubah mandinya dan memakai baju yang di sediakan Rinjani tanpa kembali masuk kekamar mandi, Rinjani tak memprotes itu, tetapi memang Rinjani akan berpaling agar tak melihat tubuh polos Ansel.

" Kenapa belum makan juga??" Tanya Ansel melihat makanan masih sama seperti tadi belum tersentuh sama sekali

" Aku menunggumu" Jawab Rinjani dan menarik kursi untuk dirinya duduki.

" Maaf aku teledor dan membuat mu khawatir Rinjani" Ungkap Ansel

" Katakan bagaimana aku harus membalas kebaikan mu??" Rinjani menatap netra Ansel yang indah, bahkan mata itu tampak bercahaya karena cahaya lampu.

Rinjani tau Ansel sudah sangat berkorban untuk nya, Pemuda itu rela melakukan apapun untuk kebahagiaan Ketiga anaknya, bahkan Ansel tidak pernah pergi nongkrong atau kemanapun saat hari libur, Ansel menguras tenaga dan fikiranya untuk bekerja dan itu juga demi dirinya dan anak-anak nya, Rinjani semakin merasa berdosa pada pemuda tampan yang sedang berada di hadapannya itu.

" Jangan pernah bicara seperti itu, cukup kita bersama seperti ini itu udah sangat cukup bagi ku, kalian adalah keluarga ku, sudah sepantasnya aku berusaha untuk membahagiakan kalian" Jawab Ansel tanpa beban.

" Aku merasa sangat bersalah pada mu Sel!"

" Sudahlah Rinjani, kau dan aku sama, kita jalani saja, aku tidak bisa meninggalkan kalian , sampai kapanpun kalian adalah keluarga ku, berhenti merasa bersalah, ayo cepat makanlah kau akan terlihat seperti zombie jika kau kurus, kau tidak berniat merayakan Halloween kan??"

Tentu saja ucap Ansel membuat Rinjani sedikit menerbitkan senyumnya, Rinjani bersyukur Ansel sangat dewasa meskipun pemuda itu masih begitu muda.

Jadi masih ada yang mau lanjut ngak???

Maaf sudah membuat pembaca kecewa, sebelumnya sudah author peringatkan agar tak membaca karena nanti kalian akan sedih!

Boleh minta like', komentar dan vote nya ??

jangan lupa tambah ke favorit ya..

happy reading ❤️🙏❤️❤️

Terpopuler

Comments

Evi

Evi

saat berada diposisi itu air mata ini tak berhenti mengalir walaupun berusaha buat tegar dan ikhlas ternyata hanya bisa di lisan saja 😞😞😞😞😞

2024-08-29

0

Magda Nuraini Nursyirwan

Magda Nuraini Nursyirwan

YaaAllah OMG kuat kan semangatmu Jani💝

2022-08-26

0

Fe☕

Fe☕

Baca maraton biar segera tau ending nya ✊

2022-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 Demi Anak
2 Keputusan
3 Tidur bersama
4 Masih utuh untuk Nurry
5 Khawatir
6 Ansel Jackson??
7 Kedekatan
8 First kiss?
9 Pria sejati
10 Cinta seorang Ansel
11 Merelakan
12 Siapa suamimu?
13 Pantai
14 Hubungan sempurna
15 Bersama
16 Ingin selalu berdekatan
17 Ngedate
18 Rahasia Hati
19 Jarak
20 Pergi
21 Sebuah panggilan
22 Merasa bersyukur
23 Kembali ke Dokter
24 Jeda
25 Insiden
26 Takut
27 Rasa
28 Jujur
29 Cinta tulus
30 Ansel merasa beruntung
31 Ice skating
32 Dukungan istri
33 dua atau tiga juta
34 Ben
35 Penjelasan
36 Imanuel Ben Felim
37 Pamit
38 Sayang
39 Rencana
40 Mengurai benang kusut
41 Dendam salah sasaran
42 Seorang Anak
43 Pilihan sulit
44 Menunggu
45 Air mata Ansel
46 Berubah
47 Mulai utuh
48 Mencoba
49 Pertemuan dan ketakutan Rinjani
50 Khawatir lagi
51 Kedatangan Ben
52 Keluarga besar Al-Biru
53 Ben dan Maina
54 Tangis si kembar
55 Tangis
56 Ben dan pikirannya
57 Kekesalan Ben
58 Jalan-jalan
59 Hari seorang Ansel
60 Rasa
61 Cemburu??
62 Dinas
63 Mencari jalan pulang
64 Permaisuri
65 Berdua
66 Kebenaran pahit
67 Ketenangan seorang Ansel
68 Phonix Jabir
69 Sebuah Bogeman
70 Keributan
71 Kekaguman
72 Paket
73 Kedatangan Jeselyn dan Hanny
74 Sebuah rencana
75 Membujuk
76 Terlalu sembrono
77 Bertemu kembali
78 Pembebasan
79 Pamit
80 Senyuman
81 Pergi
82 Terpisah
83 Kekecewaan
84 Resepsi
85 Memuliakan
86 Sadarnya, Alara Halime
87 Tempat yang Ansel maksud
88 kerukunan
89 Kelahiran sang putri
90 Kesetiaan
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Demi Anak
2
Keputusan
3
Tidur bersama
4
Masih utuh untuk Nurry
5
Khawatir
6
Ansel Jackson??
7
Kedekatan
8
First kiss?
9
Pria sejati
10
Cinta seorang Ansel
11
Merelakan
12
Siapa suamimu?
13
Pantai
14
Hubungan sempurna
15
Bersama
16
Ingin selalu berdekatan
17
Ngedate
18
Rahasia Hati
19
Jarak
20
Pergi
21
Sebuah panggilan
22
Merasa bersyukur
23
Kembali ke Dokter
24
Jeda
25
Insiden
26
Takut
27
Rasa
28
Jujur
29
Cinta tulus
30
Ansel merasa beruntung
31
Ice skating
32
Dukungan istri
33
dua atau tiga juta
34
Ben
35
Penjelasan
36
Imanuel Ben Felim
37
Pamit
38
Sayang
39
Rencana
40
Mengurai benang kusut
41
Dendam salah sasaran
42
Seorang Anak
43
Pilihan sulit
44
Menunggu
45
Air mata Ansel
46
Berubah
47
Mulai utuh
48
Mencoba
49
Pertemuan dan ketakutan Rinjani
50
Khawatir lagi
51
Kedatangan Ben
52
Keluarga besar Al-Biru
53
Ben dan Maina
54
Tangis si kembar
55
Tangis
56
Ben dan pikirannya
57
Kekesalan Ben
58
Jalan-jalan
59
Hari seorang Ansel
60
Rasa
61
Cemburu??
62
Dinas
63
Mencari jalan pulang
64
Permaisuri
65
Berdua
66
Kebenaran pahit
67
Ketenangan seorang Ansel
68
Phonix Jabir
69
Sebuah Bogeman
70
Keributan
71
Kekaguman
72
Paket
73
Kedatangan Jeselyn dan Hanny
74
Sebuah rencana
75
Membujuk
76
Terlalu sembrono
77
Bertemu kembali
78
Pembebasan
79
Pamit
80
Senyuman
81
Pergi
82
Terpisah
83
Kekecewaan
84
Resepsi
85
Memuliakan
86
Sadarnya, Alara Halime
87
Tempat yang Ansel maksud
88
kerukunan
89
Kelahiran sang putri
90
Kesetiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!