" Tentu saja aku akan bersedia ikut jika memang kau menginginkan nya" Jawab Rinjani, tanpa menoleh pada Ansel.
Ansel mengenggam tangan Rinjani, " Rinjani aku dan kamu bukan lagi anak kecil, kita sudah menjadi orang tua, kita menikah dengan tujuan baik, aku ingin bersama kalian, menemani kalian meskipun entah sampai kapan kita bisa saling menerima, tetapi kita punya tujuan mulia, aku harap ini menjadi awal perjuangan kita.
Tanpa sadar air mata Rinjani menetes, tentu saja yang di ucapkan Ansel benar adanya mereka menikah dengan tujuan baik dan insyaallah sesuatu yang baik akan berakhir baik pula
Ansel tau Rinjani adalah wanita hebat, dan mungkin kehadirannya tidak terlalu di butuhkan, tetapi keluarganya sangat membutuhkan Rinjani.
" Jangan terus menangis, percayalah kau jauh lebih beruntung dari ku, bahkan Kaka ku pergi dengan senyum indah, kau masih ingat bukan??"
Bagaimana Rinjani bisa melupakan momen terakhir bersama sang suami ketika bahkan dirinya tak mampu menggerakkan jari paska operasi, dirinya di sandingkan dengan tubuh Nurry yang di penuhi dengan berbagai alat , Nurry hanya mampu bertahan enam hari karena cidera kepala yang cukup parah.
Mengingat itu Rinjani mengigit kuat bibirnya yang bergetar.
Bayangan Nurry tak bisa dilupakan begitu saja, di tinggal suami yang begitu Rinjani cintai seolah sebagian nyawanya pun terenggut paksa
Hanya dengan menatap ranjang nya yang dingin di pagi hari saja membuat Rinjani terisak sesak
Saat terbangun di tengah malam tak ada tangan besar yang melingkari tubuhnya, tidak ada Nurry, lelakinya benar-benar tidak ada , tetapi untuk melupakan segala kasih dan cinta Nurry untuk Rinjani mungkin membutuhkan sepanjang umur wanita itu.
Tidak ada lagi pria tampan dengan mata Zamrut yang menatapnya culas, pelukan hangatnya, pria yang selalu mendampingi nya selama tiga setengah tahun yang begitu membahagiakan.
Tetapi benarkah Rinjani masih bisa di bilang beruntung?? bahkan Ibu dari Ivan dan Ivander itu hampir gila karena kehilangan, apa yang ada di Nurry setiap hari selalu terasa ada meski sudah berbulan-bulan pria itu pergi.
Tumpukan kenangan itu belum bisa hilang dari bayang-bayang Rinjani, Suara tawanya, wajah nya yang rupawan dan segala sifatnya yang selalu siaga untuk Rinjani.
Rinjani tak bisa melupakan seperti apa rasa suaminya, kehangatan pria itu, sapuan nafasnya yang hangat saat mereka bersama saling berbagi dan saling memberi, dada kokoh yang selalu siap menjadi tempat bersandar, Rinjani sudah berusaha mengiklaskan tetapi tetap tidak bisa___
Nurry sangat berarti bagi Rinjani kehilangan nurry Rinjani seperti bunga yang di potong akarnya, dia layu, dan harapan hidup sangat kecil.
Rinjani terhenyak saat Ansel menghapus air matanya yang sudah tak terhitung, entah sampaikan kesedihan di hati Rinjani akan berakhir.
" Aku kemar anak-anak" Pamit Ansel memberi ruang untuk Rinjani.
Begitu pintu tertutup tangis Rinjani langsung pecah.
" Kak aku sangat merindukanmu" Isak Rinjani dengan wajah yang basah oleh air mata
Kadangkala apapun yang Rinjani lakukan dirinya akan terburu-buru seolah ada sesuatu kegiatan yang lupa ia kerjakan, contohnya saat waktu makan siang, Rinjani bergegas kedapur untuk meracik makanan favorit Nurry dan menyediakan di atas meja, Rinjani akan sadar jika Nurry sudah tidak ada, saat menatap para maid menitihkan air mata, disitu hati Rinjani kembali hancur.
Setiap menatap kolam renang, adegan dimana Nurry menggendongnya itupun selalu hadir di pelupuk mata.
Setelah sedikit tenang Rinjani menguatkan hatinya pergi ke kamar si kembar, yang saat ini juga di tempati oleh Ansel.
Rinjani mengeser pelan Pitu kaca itu
Ansel langsung menoleh begitu mendengar suara pintu tergeser.
" Mana pakaian yang akan kau bawa, biar aku bantu mengemas nya". Tanya Rinjani menjatuhkan pantatnya di kursi samping tempat tidur, si kembar sudah tidur sangat pulas semua berkat Ansel, Rinjani tidak bisa menutup mata tentang peran Ansel yang sangat luar biasa untuk anak-anak nya.
Rinjani menarik nafas dengan mata yang menatap tidur damai putra-putranya.
" Terimakasih, kamu sudah menjaga mereka"
" Mereka sekarang anak-anak ku juga, eee__ kamu tidak perlu mengemas baju ku aku bisa melakukan sendiri"
" Biarkan aku membantu mu"
" Kamu masih butuh istirahat Rinjani"
" Aku dan kamu sama Ansel jadi berhenti untuk saling mendebat"
" Kamu yang jauh lebih banyak kehilangan Rinjani, suami, dua putra dan seorang sahabat, Kamu jauh banyak kehilangan tapi kamu justru begitu tegar"
" Aku tak setegar itu" Rinjani mendongak menatap langit-langit kamar, pembahasan seperti ini akan selalu menguras air matanya.
" Kamu tunjukkan saja mana yang perlu di bawa, sekalian aku kemas baju anak-anak"
Ansel sebenarnya hanya merasa tidak biasa ada yang mengurusi pakaiannya, meskipun dulu Bulan masih ada, Ansel tetap melakukannya seorang diri
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Hari keberangkatan mereka sudah tiba
Ansel dan Rinjani meminta restu pada Mama dan Papa Nurry untuk kembali ke Inggris bersama ketiga anak-anak nya.
Suasana rumah menjadi haru biru, bahkan Mama dan Papa Nurry tak bisa menghentikan air matanya saat kini anak nya yang tinggal satu-satunya akan pergi jauh membawa ketiga cucunya dan juga Rinjani.
" Ansel kami menunggu kabar gembira dari kalian"
Ansel dan Rinjani hanya saling lirik sebelum mencium tangan kedua orang tua itu sebelum benar-benar pergi.
Ansel melirik Rinjani yang berjalan di sampingnya sedangkan dirinya mendorong trolley yang tidak hanya di isi koper tetapi juga si kembar, sedangkan Rania jalan di sampingnya.
Bukankah dulu wanita yang di sampingnya selalu ceriwis ketika dirinya akan berpergian, tetapi kini malah ikut pergi bersamanya, hidup begitu misteri, dulu orang asing di paksa jadi ipar, kini jadi sepasang suami istri, astagaaaa sangat tak terfikikan.
Ansel sengaja memilih membeli tiket first class untuk menjamin kenyamanan istri dan ketiga Anaknya, meskipun harga yang di dapat sangat jauh berbeda dari kelas Ekonomi bekisar hingga 10 kali lipat, tetapi tidak masalah bagi Ansel, keluarga adalah utama.
Rinjani baru saja menyisir rambutnya di meja rias saat tiba-tiba Ansel datang dan memeluknya
Rinjani mendorong tubuh Ansel sekuat tenaga sebelum berteriak
" Aku benar-benar tidak bisa"
Pemuda itu segara berlari, menyambar apapun yang bisa di gunakan untuk menutup tubuhnya.
Sampai di kamar mandi Pemuda itu menguyur tubuh nya dengan air dingin.
Pemuda itu dapat mendengar ketika wanita itu terisak dan mengatakan rindu suaminya, membuat si pemuda semakin mencengkram kepalanya kuat.
" Ansel"
" Daddy Cel"
Mata Ansel mengerjab, bingung ketika ada Rinjani dan si kembar mengelilingi nya, bahkan Rania sampai membelai pipinya.
" Apa Daddy mimpi di gigit monster??" tanya Ivan cadel.
" Ha??" Bingung Ansel mulai mencerna apa yang terjadi, apa tadi itu hanya mimpi?? ahhh___ bodoh pasti mimpi' lah, kapan mereka tidur bersama, bahkan tadi Rinjani baru saja mandi, ada apa dengan Ansel?? mengapa dirinya bisa mimpi ingin meniduri Rinjani?? apakah ini karena ucapan Mama nya tadi, jelas Ansel tau apa maksudnya dari menunggu kabar bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Evi
kehilang seseorang yg kita cintai itu bagai mati segan hidup pun tak mampu, bagai raga tak bernyawa, bagai lentera yg kehilangan cahayanya, GK tau lah bagiku gelap semuanya semangat hidup pun ilang dan banyak lagi
2024-08-29
0
yetiku86
aq mampir kesini Thor, setelah benar2 siap membaca kisah Rinjani. tdnya aq nda mau baca, berhenti di akhir "Ternyata aq istri kedua" dengan happy ending. menganggap semua sdh sls. Tp setelah selesai membaca "Takdir" entah kenapa aq jadi ingin baca Rinjani. semangat 💪💪💪
2023-10-01
0
Rose Mustika Rini
thor kembalikan nurry thooorr...ada kembarannya gitu....secara rinjani hamil anak kembar trus yg ke dua jg kembar pasti ad bibit kembar thor...ini nurry kembar ya thor???
2023-03-31
0