Masih utuh untuk Nurry

Ternyata belum siap aku

Kehilangan dirimu

Belum sanggup untuk jauh darimu

Yang masih slalu ada dalam hatiku

 

Tuhan tolong mampukan aku

Tuk lupakan dirinya

Semua cerita tentangnya

Yang membuatku

Slalu teringat akan cinta

Yang dulu hidupkanku

Setiap bait lagu itu selalu mengingatkan Rinjani akan cintanya yang begitu besar untuk sang suami, karena memang Rinjani benar-benar belum siap menerima kenyataan pahit, ditinggalkan untuk selamanya.

Rinjani menuruni tempat tidur dengan pelan, menarikan selimut agar Ansel bisa lebih hangat, sedang dia berlalu untuk membuat makanan

Rinjani terkejut saat ke dapur ada seorang wanita yang sudah sibuk memasak

Ternyata wanita itu bernama Maria joness, yang biasa Ansel panggil Bi Mary, beliau adalah orang yang selama ini mengurus Ansel.

" Oh Tuhan__ kasihan sekali anak itu, ujian hidup nya sungguh berat, dan untuk kau Rinjani, kau juga harus sabar, Tuhan itu baik, percayalah, Tuhan mu ataupun Tuhan ku tak akan menguji hambanya di ambang batas." Wanita paruh baya itu meletakkan makanan yang sudah di masak nya.

" Aku tidak makan Babi, kau jangan khawatir, aku dan suamiku hidup layaknya orang muslim, apa yang haram untuk muslim kami juga tidak memakan atau meminumnya" Tambah wanita paruh baya itu

Kata Ibu Mary, Ansel adalah pemuda yang suka perjuangan yang susah, bayangkan di usianya yang muda belia Ansel sudah memiliki satu yayasan pendidikan, yang di ketahui bahwa itu adalah hasil kerja keras nya sendiri, dari dulu Ansel memang tak menyukai keramaian, karena memang Ansel selalu mencolok di kalangan masyarakat sana, Ansel memang pendatang tetapi penampilan nya seperti warga asli.

" Jadi dulu dimana pengawal Ansel tinggal Bibi??" Tanya Rinjani, tentu saja mereka menggunakan bahasa Inggris.

Terlihat wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya " Mereka tinggal di sebrang jalan."

Rinjani mengangguk mengerti.

" Apa kalian membawa Ansel kecil??"

Rinjani tersenyum, rupanya Ibu Maria mengenal Ivan

" Ya kami membawanya!"

Bukan Rinjani yang menjawab melainkan Ansel, Rinjani cukup terkejut saat Ansel tiba-tiba sudah bergabung, apa pemuda itu mendengarkan saat dirinya mengorek informasi tentang dirinya pada Bi Mary?

Wanita yang bernama Ibu Maria itu langsung menghampiri Ansel, bahkan Ibu Maria langsung menciumi wajah Ansel seperti seorang Ibu yang menemui putra nya.

" Kau sehat ? kenapa kau begitu kurus? oh Tuhan____!!"

Seru wanita paruh baya itu

" Aku baik-baik saja, berhenti berlebihan seperti itu gadis!" ucap Ansel meraih tangan wanita itu untuk memeluknya.

Rinjani jadi tahu, Ansel ini mungkin memanggil gadis pada semua wanita, buktinya pada Ibu Mariah yang sudah paruh baya tetap di panggil nya gadis.

" Mana Ansel kecil?, kalian segera makan! makanlah tanpa hati, ingat kesedihan kalian di hati bukan di mulut, hidup akan terus berjalan meski kalian mencoba ingin menghentikan tidak akan pernah bisa kecuali Tuhan sudah mencabut nyawa kalian!!" Wanita paruh baya itu masuk ke kamar yang di tempati anak-anak.

" Dia pasti akan terkejut!" Ujar Ansel, matanya mengikuti langkah wanita paruh baya itu. dan benar saja terdengar wanita itu memekik kegirangan begitu melihat tiga anak yang berada di kamar.

" Dia Ibu Maria, orang yang selama ini mengurus ku, lebih tepatnya dia seperti Mama karena saat aku dan Mama sedang perang dingin, beliau yang selalu ada untuk ku" Ansel menjelaskan pada Rinjani, Rinjani hanya mengangguk.

" Makanlah!" Ansel menyendokkan sayur kacang polong dan juga daging untuk Rinjani.

Rinjani tersenyum " Terimakasih"

Rinjani menyadari, ternyata hubungan mereka tak se dekat itu, selama ini sebagai ipar pun hanya sebagian kecil yang Rinjani tahu dari Ansel, nyatanya Ansel adalah sosok berbeda.

" Sepanjang hidupnya hanya di habiskan berusaha untuk terus dan terus hamil, beliau pernah hamil selama dua belas kali, tetapi tak satupun anak nya yang hidup"

Rinjani terkejut, Ternyata ujian hidup Wanita itu begitu berat.

" Suami beliau masih hidup??" Tanya Rinjani makin penasaran dengan kisah Ibu Maria.

" Yang baru masih sehat, ku dengar warga kita dan Muslim, jarang manusia bisa menerima kekurangan pasangan, mungkin seandainya beliau mendapatkan pasangan yang bisa mengerti beliau mungkin Bi Maria akan lebih bahagia"

" Maksudnya beliau nikah berkali-kali??"

" Ya, enam atau tujuh kali, Entahlah" Ungkap Ansel mengangkat bahunya.

Rinjani terenyuh, ternyata setiap manusia memang di uji dengan cobaan masing-masing, pantas Ibu Maria bisa menasehati dia dan Ansel bahwa hidup akan terus berjalan, ternyata dirinya juga memiliki ujian hidup yang berat.

" Ansel kau tidak bilang bahwa anak mu Tiga?? oh Astaga mereka begitu mengemaskan" Bi Maria menciumi anak-anak dengan derai air mata

" Panggil Aku Oma, Okeee? Akan ku belikan apapun untuk kalian bertiga"

Rinjani menatap Ansel. " Bi Maria lebih kaya dari kita" Ujar Ansel tertawa.

Rinjani membuka mulutnya. Tapi tak mengatakan apapun.

" Dia mengurus ku seperti anak nya sendiri, bahkan setiap mau menikah dia selalu izin pada ku"

Rinjani tersenyum, dan mengangguk.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Hari sudah Malam, anak-anak di bawa Ibu Maria pergi jalan-jalan, Rinjani hampir tak percaya saat wanita paruh baya itu menjemput anak-anak nya dengan mobil mewah dan yaa beserta suster dan para bodyguard lengkap.

Kini tinggal lah Ansel dan Rinjani.

Rinjani dan Ansel baru saja menyusun barang mereka, saat tiba-tiba Ansel mengatakan sesuatu.

" Akan jauh berbeda jika kamu kemari dengan nama Nurry Al-Biru di belakang nama mu Rinjani, karena hampir semua mengenal nama Kaka ku"

Rinjani menghentikan gerakan tangan nya yang melipat baju

" Menyandang nama ku di belakang nama mu tidak ada artinya sama sekali di mata masyarakat" Tambah Ansel mendudukkan dirinya.

" Tapi nyatanya aku kesini bersama mu Sel" Rinjani hanya berkata kebenaran, nyatanya belum sempat Nurry membawa nya keluar negeri dan pria itu sudah pergi untuk selamanya.

Ansel tersenyum tipis, sebelum kakinya melangkah untuk mengambil satu botol wine.

" Kau ingin minum??" Tanya Rinjani terbelalak.

" Tidak! Aku akan menaruh nya di tempat yang tertutup agar anak-anak tak melihatnya"

" Apa kau sering minum Sel??"

" Dulu!! Sejak sama Bulan aku berhenti, dia akan membuatku berpuasa jika aku sampai minum!" Kekeh Ansel.

Tanpa mereka sadari berakhir nya kalimat Ansel, mereka berdua jadi saling diam.

Mereka berdua bukan lagi anak-anak, asam garam kehidupan sudah mereka rasa, begitupun kehidupan pernikahan, baik Rinjani maupun Ansel pasti tau arti kebutuhan.

Rinjani juga menyadari, sesayang-sayangnya Ansel pada ketiga keponakannya, pasti pemuda itu juga mendamba bisa memiliki darah daging sendiri, Ansel masih sangat muda, tetapi pemuda itu begitu mengidamkan memiliki anak saat berumah tangga bersama Bulan, tidak menutup kemungkinan Ansel juga ingin memiliki darah dagingnya sendiri di pernikahan mereka.

Rinjani bimbang, sulit untuk memberikan hak Ansel saat ini, karena jiwa Rinjani masih sepenuhnya di miliki Nurry, Rinjani akan sangat bersalah jika menyerahkan diri pada Ansel karena terpaksa.

Karena hati, fikiran dan perasaan Rinjani masih utuh untuk Nurry

Terpopuler

Comments

Rustan Sinaga

Rustan Sinaga

ribet banget kisahnya si Rinjani thor...
tapi seru thor

2025-03-29

0

Rose Mustika Rini

Rose Mustika Rini

loh ibu maria lebih kaya....kenapa ngurus si ansel??

2023-03-31

0

Magda Nuraini Nursyirwan

Magda Nuraini Nursyirwan

Aku menangis haru buat Ansel,terlenih buat cinta Rinjani ke Nurry,gak tahan Thor buar mereka merajut bahagia till jannah keluarga besarnya yg humble,penuh kasih dalam tempaan percobaan yg mendera dgn semangaaaat Rinjani malaikat tak bersayap,Thor tersayang

2022-08-26

0

lihat semua
Episodes
1 Demi Anak
2 Keputusan
3 Tidur bersama
4 Masih utuh untuk Nurry
5 Khawatir
6 Ansel Jackson??
7 Kedekatan
8 First kiss?
9 Pria sejati
10 Cinta seorang Ansel
11 Merelakan
12 Siapa suamimu?
13 Pantai
14 Hubungan sempurna
15 Bersama
16 Ingin selalu berdekatan
17 Ngedate
18 Rahasia Hati
19 Jarak
20 Pergi
21 Sebuah panggilan
22 Merasa bersyukur
23 Kembali ke Dokter
24 Jeda
25 Insiden
26 Takut
27 Rasa
28 Jujur
29 Cinta tulus
30 Ansel merasa beruntung
31 Ice skating
32 Dukungan istri
33 dua atau tiga juta
34 Ben
35 Penjelasan
36 Imanuel Ben Felim
37 Pamit
38 Sayang
39 Rencana
40 Mengurai benang kusut
41 Dendam salah sasaran
42 Seorang Anak
43 Pilihan sulit
44 Menunggu
45 Air mata Ansel
46 Berubah
47 Mulai utuh
48 Mencoba
49 Pertemuan dan ketakutan Rinjani
50 Khawatir lagi
51 Kedatangan Ben
52 Keluarga besar Al-Biru
53 Ben dan Maina
54 Tangis si kembar
55 Tangis
56 Ben dan pikirannya
57 Kekesalan Ben
58 Jalan-jalan
59 Hari seorang Ansel
60 Rasa
61 Cemburu??
62 Dinas
63 Mencari jalan pulang
64 Permaisuri
65 Berdua
66 Kebenaran pahit
67 Ketenangan seorang Ansel
68 Phonix Jabir
69 Sebuah Bogeman
70 Keributan
71 Kekaguman
72 Paket
73 Kedatangan Jeselyn dan Hanny
74 Sebuah rencana
75 Membujuk
76 Terlalu sembrono
77 Bertemu kembali
78 Pembebasan
79 Pamit
80 Senyuman
81 Pergi
82 Terpisah
83 Kekecewaan
84 Resepsi
85 Memuliakan
86 Sadarnya, Alara Halime
87 Tempat yang Ansel maksud
88 kerukunan
89 Kelahiran sang putri
90 Kesetiaan
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Demi Anak
2
Keputusan
3
Tidur bersama
4
Masih utuh untuk Nurry
5
Khawatir
6
Ansel Jackson??
7
Kedekatan
8
First kiss?
9
Pria sejati
10
Cinta seorang Ansel
11
Merelakan
12
Siapa suamimu?
13
Pantai
14
Hubungan sempurna
15
Bersama
16
Ingin selalu berdekatan
17
Ngedate
18
Rahasia Hati
19
Jarak
20
Pergi
21
Sebuah panggilan
22
Merasa bersyukur
23
Kembali ke Dokter
24
Jeda
25
Insiden
26
Takut
27
Rasa
28
Jujur
29
Cinta tulus
30
Ansel merasa beruntung
31
Ice skating
32
Dukungan istri
33
dua atau tiga juta
34
Ben
35
Penjelasan
36
Imanuel Ben Felim
37
Pamit
38
Sayang
39
Rencana
40
Mengurai benang kusut
41
Dendam salah sasaran
42
Seorang Anak
43
Pilihan sulit
44
Menunggu
45
Air mata Ansel
46
Berubah
47
Mulai utuh
48
Mencoba
49
Pertemuan dan ketakutan Rinjani
50
Khawatir lagi
51
Kedatangan Ben
52
Keluarga besar Al-Biru
53
Ben dan Maina
54
Tangis si kembar
55
Tangis
56
Ben dan pikirannya
57
Kekesalan Ben
58
Jalan-jalan
59
Hari seorang Ansel
60
Rasa
61
Cemburu??
62
Dinas
63
Mencari jalan pulang
64
Permaisuri
65
Berdua
66
Kebenaran pahit
67
Ketenangan seorang Ansel
68
Phonix Jabir
69
Sebuah Bogeman
70
Keributan
71
Kekaguman
72
Paket
73
Kedatangan Jeselyn dan Hanny
74
Sebuah rencana
75
Membujuk
76
Terlalu sembrono
77
Bertemu kembali
78
Pembebasan
79
Pamit
80
Senyuman
81
Pergi
82
Terpisah
83
Kekecewaan
84
Resepsi
85
Memuliakan
86
Sadarnya, Alara Halime
87
Tempat yang Ansel maksud
88
kerukunan
89
Kelahiran sang putri
90
Kesetiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!