Ansel meringis saat menyadari mereka masih di dalam pesawat, Rinjani juga mencemaskan Ansel karena pemuda itu sempat berteriak.
Ansel langsung merangkul Ivan dan Ivander yang sedang memperhatikan nya.
" Kita akan segera sampai, makanya kami membangunkan mu" Jelas Rinjani, meskipun sebenarnya mereka membangunkan Ansel juga karena pemuda itu gelisah di dalam tidurnya dan teriak tiba-tiba.
Rinjani turut memperhatikan Ansel yang masih berbaring di atas kursinya yang di setel mode tidur, bagaimana Rinjani bisa melupakan Nurry, jika tidak hanya Putra nya yang memiliki wajah mirip Daddy nya, bahkan Ansel, juga memiliki beberapa bagian kemiripan dengan Nurry.
Ini pertama kali Rinjani memerhatikan Ansel, setelah status mereka berubah, pemuda itu terlihat jauh lebih kurus, bagaimana tidak? Ansel menanggung beban yang sangat banyak setelah kepergian Nurry, kini tidak hanya pekerjaan Nurry yang dilimpahkan kepada Ansel, bahkan pemuda itu kini juga menanggung dirinya bahkan anak-anak nya, dikala mungkin perasaan pemuda itu juga masih berderai duka.
Mereka ini menjalin hubungan yang rumit, pun dengan perasaan yang juga tak kalah rumitnya.
Akhirnya mereka tiba di Bandar Udara Heathrow.
Mereka melanjutkan perjalanan ke Spitalfields, Rinjani menatap takjub sekitar yang dilalui mobil mereka berbagai bentuk bangunan menandakan bahwa banyak, Berbagai komunitas imigran hidup berdampingan di sana.
"French Huguenots mendirikan bangunan yang kini beralamat di Brick Lane nomor 59 itu pada 1743. Huguenots sebelumnya kabur dari persekusi berlatar agama yang dilakukan Raja Louis XIV." jelas Ansel yang membuat Rinjani mengamati bangunan yang di tunjuk Ansel.
"Bangunan itu sempat digunakan keturunan Yahudi dari Lituania dan belakangan difungsikan sebagai masjid untuk para pendatang dari Banglades. Bangunan itu kini menjadi simbol penerimaan masyarakat London terhadap para imigran." Jelas Ansel lagi yang membuat Rinjani terkagum-kagum, dengan pengetahuan Ansel.
" Semoga kamu betah menemani ku disini" Ucap Ansel mengenggam tangan Rinjani, anak-anak sudah terlelap semenjak mereka masuk mobil
" Kita mau kemana??" Tanya Rinjani melepas pelan tangan nya yang di genggam Ansel, bukan Apa Rinjani masih sedikit tak nyaman
" Kita ke perumahan di jalan Princelet, tak jauh dari daerah Brick Lane."
Rinjani menyerngit saat Ansel ternyata tidak tinggal di perumahan elit
Rinjani cukup terkejut, apakah ucapan Ansel benar??
Ternyata Ansel benar-benar tinggal di rumah sederhana yang hanya memiliki dua kamar tidur
"Ku rasa rumah ini terlalu kecil untuk kita"
Sebenarnya bukan kecilnya tetapi karena rumah ini hanya memiliki dua kamar itu adalah poin masalahnya, jelas salah satu kamar pasti di peruntukan untuk anak-anak mereka, dan tinggal satu kamar, haruskah mereka sekamar??
" Mommy apa Rania satu kamar sama Ade??" Rania datang dari arah kamar yang baru dirinya cek.
Rinjani menoleh pada Ansel.
" Jika Rania mau bisa tidur sama Mommy, nanti Ade biar sama Deddy" ucap Ansel yang membuat Rinjani tak bisa bersuara.
Sebenarnya jika mengingat selera Papa mertua dan Nurry sendiri Rinjani di buat heran dengan selera Ansel, mengapa pemuda ini jauh lebih sederhana? padahal dulu bukanlah pertemuan pertama mereka Ansel ini terlihat angkuh dan sombong? bahkan kemanapun bodyguard selalu menemaninya.
Kalaupun bersama Nurry, Rinjani akan diperlihatkan segala kemampuan Pria itu, segala sesuatu akan berbau mewah di manapun berada, tidak ada yang sederhana, semua akan perfeck dan terbilang mahal dan pastinya mewah, bahkan Nurry sendiri selalu tampil fashionable di manapun dan kapanpun.
" Daddy Aku bobo sama Kaka aja, Daddy aku sudah besal" Suara Ivan terdengar merengek dan memeluk Rania, Ivander juga memeluk tubuh Kaka nya ikut yang dilakukan Ivan.
Rinjani dan Ansel saling berpandangan.
Musim gugur kali ini memang terasa lebih dingin dari sebelumnya, Ansel membuka pintu balkon menikmati angin yang berhembus menerbangkan dedaunan yang menguning.
Ansel menyesal tak membeli rumah yang lebih besar sebelumnya, sehingga menempatkan Rinjani di posisi yang sulit seperti ini.
Percayalah bahkan mereka belum memiliki sofa, hanya karpet sebagai alas jika ada teman Ansel bertamu, dulunya dia disini untuk mengenyam pendidikan, hidup sendiri dan tidak memikirkan kenyamanan orang lain, tak jauh dari rumah yang di tempati nya sekarang ada rumahnya bersama dengan Bulan, dan rumah nya pun tak jauh beda dengan yang ini, Ansel sudah menjualnya dua bulan yang lalu.
" Ansel ini teh mu" Suara Rinjani membuat Ansel berpaling, tangan nya mengosok-ngosok lengan nya yang terasa dingin sebelum pemuda itu menutup pintu balkon.
" Kita cari rumah yang lebih layak besok, Maaf Rinjani aku disini tidak memiliki asisten ataupun siapapun yang bisa sembarang ku suruh dan lagian kita sudah bersama, akan lebih baik kamu yang memilih rumah yang cocok untuk kita"
Rinjani ikut duduk di kursi bundar di dalam kamar mereka.
" Ini sudah cukup, Hanya saja kita butuh renovasi sedikit, mungkin kita tambah satu kamar untuk Rania, biar bagaimanapun Rania tidak boleh tidur bersama adik nya, akan menjadi kebiasaan nanti, Rania sudah mulai tumbuh jadi seorang gadis"
Rinjani hendak menarik koper milik mereka tetapi Ansel menarik pergelangan tangan Rinjani.
" Istirahat dulu, kamu masih lelah Rinjani"
" Anak-anak sudah tidur lagi, sepertinya mereka kelelahan, mumpung mereka ngak rusuh Sel"
" Iya, gak cuma mereka yang lelah kamu juga, tidur lah"
Rinjani menatap Ansel sejenak sebelum menghembuskan nafasnya, sebenarnya dia memang sangat letih.
" Tidurlah, aku janji tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu tidak nyaman"
Rinjani bereaksi, seperti terkejut tapi tidak terlalu kentara. Hanya mulutnya yang sedikit terbuka
Akhirnya Rinjani benar-benar membawa tubuhnya untuk berbaring di ranjang yang saat ini di duduki oleh Ansel. Didalam hati Rinjani sebenarnya sangat gelisah, Rinjani takut tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Ansel, Rinjani masih sangat mencintai Nurry, entah sampai kapan hati dan pikirannya untuk pria itu, apakah mungkin selamanya?. Yang Rinjani tau dirinya tidak mungkin bisa sendirian mengurus ketiga anaknya, anak-anak se usia Rania dan si kembar masih sering sakit tiba-tiba, entah demam, batuk, pilek ataupun masuk angin Rinjani memang membutuhkan pendamping.
Rinjani terbangun saat perutnya terasa lapar, padahal dirinya terlelap belum sampai satu jam, Rinjani melihat Ansel yang tidur di sampingnya, Ansel memang sangat tampan, baik Nurry maupun Ansel memiliki ketampanan yang sempurna, Rinjani mengamati pemuda itu dengan seksama sama seperti saat di pesawat Beberapa jam yang lalu, Rinjani memang belum bisa menerima Ansel menjadi suaminya, tetapi Rinjani ingin memberikan perhatian lebih untuk Daddy sambung anak-anak nya itu, Ansel harus di urus dengan benar pemuda itu terlihat tirus dan begitu rapuh saat sedang tidur seperti ini, mata Hanzel nya terpejam karena tertutup lengan, cara tidur Ansel benar-benar mirip baby Ivan, mereka ini mirip membuat siapapun mengira mereka Ayah dan anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ike Kartika
22 nya blm bs move on..cm ansel msh bs mengedalikan perasaan nya..
2022-06-03
1
Triiyyaazz Ajuach
baik Rinjani ataupun Ansel msh blm bsa melupakan org yg mereka cintai
2022-05-26
1
KaRin
isss ku berharap ini hanya cerita mimpi,,,,😢😩
2022-04-11
1