Setelah perkenalan singkat dengan para petinggi perusahaan, Rendy kemudian diantar Pak Sony menuju ruangan Presiden Direktur Utama.
"Silahkan Mas Rendy!" Pak Sony mempersilahkan Rendy masuk setelah membukakan pintu kaca ruangan Presdir.
"Makasih, Om." Rendy melangkah masuk kemudian Pak Sony menutup pintunya dan mengikuti langkah Rendy.
Rendy berhenti dan berdiri di tengah ruangan. Pandangannya menyapu seisi ruangan tersebut.
'Papa memang sangat keren dan hebat! Tapi aku yakin, aku akan bisa lebih keren dan hebat lagi dari Papa!' Gumam Rendy dalam hati menatap kagum pada ruangan milik Papanya yang mulai detik ini akan ditempati olehnya.
Ruangan Presdir Utama ini begitu luas dan terlihat elegan. Dalam hati, Rendy mengakui kalau selera Papanya benar-benar sangat bagus. Tak jauh beda dengan seleranya. Rendy begitu menyukai desain ruangannya ini.
"Bagaimana, Mas Rendy? Apa kamu suka dengan desainnya? Kalau kamu merasa masih belum puas, kamu bilang saja. Nanti Om akan merubah sesuai keinginmu." Tawar Pak Sony.
"Nggak perlu, Om. Makasih banyak sebelumnya. Ruangan ini udah bagus. Aku udah cukup puas. Selera Papa benar-benar keren." Jawab Rendy.
"Syukurlah kalau kamu sudah merasa puas. Ya sudah, Om nanti akan meminta Siska mengantar beberapa dokumen untuk kamu pelajari." Pak Sony menepuk pundak Rendy. "Om yakin, kamu akan jauh lebih hebat dari Pak Bagas."
Rendy menghela nafasnya dan tersenyum. "Aku harap juga begitu, Om."
Tok, Tok, Tok!
Siska mendorong pintu dan masuk, diikuti seorang laki-laki yang berjalan di belakangnya.
"Permisi, Pak! Saya mengantar asisten pribadi Pak Rendy." Ucap Siska dengan sopan.
Laki-laki yang berdiri di belakang Siska mengangguk hormat dengan ekspresi wajahnya yang datar.
Rendy dan Sony menoleh menatap ke arahnya.
"Oh, kamu Beni? Selamat datang!" Seru Pak Sony yang sudah mengenal laki-laki itu yang bernama Beni lalu menghampirinya.
"Terima kasih atas sambutannya, Pak." Ucap Beni dengan sopan kemudian berbicara pada Rendy. "Maaf, Bos. Aku baru sampai."
Setelah mengantar Beni, Siska segera pamit dan pergi kembali ke meja kerjanya yang ada di depan ruangan Presdir.
Beni adalah orang kepercayaan sekaligus bodyguard Rendy sejak Rendy mulai kuliah dan ikut menjalankan bisnis Papanya di luar negeri.
Banyaknya pesaing bisnis membuat Bagas merasa cemas dan harus mencari orang yang dapat dipercaya untuk selalu berada di dekat anak-anaknya saat keluar rumah, terutama Rendy sebagai ahli warisnya.
Tidak ingin berpikiran buruk, hanya saja seorang ayah pasti akan melakukan yang terbaik untuk memberi perlindungan kepada anak-anaknya. Apalagi, Bagas seorang pembisnis besar dan pemilik perusahaan terbesar juga terkenal hampir di semua negara. Tentu tidak sedikit orang yang ingin menjatuhkannya karena merasa iri.
Agar tidak terlalu mencolok, Beni di minta untuk melanjutkan kuliahnya yang sempat terputus karena masalah ekonomi. Beni dengan senang hati menerima permintaan Bagas untuk melanjutkan kuliahnya di kampus yang sama dengan Rendy agar memudahkannya untuk selalu memantau putra sulungnya.
Beni mempunyai tubuh yang tinggi tegap hampir sama dengan Rendy.
Tinggi Rendy mencapai 191 centimeter, sedangkan Beni 186 centimeter. Mereka sama-sama memiliki bentuk tubuh yang bagus, karena pastinya mereka selalu rajin berolahraga.
Selain itu, Beni memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa hebat. Karena itu, Bagas memilih Beni menjadi orang kepercayaan sekaligus bodyguard untuk putra kesayangannya.
Pak Sony kembali berbicara. Sudah waktunya dia pergi meninggalkan Pradipta Group, karena sudah ada ahli waris yang sesungguhnya, yang akan melanjutkan mengurus perusahaan besar ini. "Ya sudah, kalau begitu Om pergi dulu. Akhirnya Om sudah bisa bernafas lega sekarang." Ucap Pak Sony setengah bergurau.
Rendy terkekeh pelan dan berkata dengan tulus pada Pak Sony. "Ok, Om. Aku mewakili Papa mengucapkan terima kasih banyak untuk semuanya."
"Sama-sama. Om akan tetap bantu kamu saat kamu membutuhkan Om."
Rendy memeluk Pak Sony sejenak sebagai ucapan terima kasih dan salam perpisahan.
Setelah Pak Sony pergi, Rendy melangkah menuju kursi kebesaran milik sang Papa. Memutarnya lalu mendudukinya. "Hah!" Dia menghembuskan nafasnya.
Dia tahu, saat dia mulai menduduki kursi kebesaran ini, dia harus memegang tanggung jawab penuh atas perusahaan ini.
'Aku janji akan membuat Papa bangga!' Gumamnya dalam hati sambil menyandarkan punggungnya ke belakang.
...
Di ruang HRD.
Seorang gadis dengan perban yang membalut siku juga kakinya sedang duduk di dalam, karena dia baru saja menyerahkan lamaran pekerjaannya yang sudah sangat terlambat.
"Maaf, kamu belum bisa diterima di perusahaan ini. Kamu sudah terlambat dan perusahaan Pradipta Grup ini memerlukan orang-orang yang sangat disiplin! Selain itu, juga harus berpenampilan menarik!" Ucap Rio sebagai HRD dengan tegas sambil mengamati penampilan gadis itu dari atas sampai bawah dengan tatapan meremehkan.
Gadis itu tampak berantakan karena tadi dia harus berlari sampai terjatuh dan hampir celaka tertabrak mobil. Dia merasa kalau dia tadi sudah sangat rapi. Tapi, mungkin penilaian orang lain terhadapnya berbeda.
"Tapi Pak, saya terlambat karena saya punya alasan! Saya mohon, Pak. Beri saya kesempatan untuk bekerja di sini. Saya sudah berjuang mati-matian untuk datang ke sini loh, Pak! Ini, Bapak bisa lihat kan, Pak? Perjuangan saya sampai terluka begini. Masak iya sih, Pak, saya ditolak mentah-mentah seperti ini?" Ucap Gadis itu dengan panjang lebar memberikan alasan.
Dia memohon dengan wajah penuh harap sampai ingin menangis. Dia sangat berharap bisa bekerja di perusahaan besar seperti Pradipta Grup ini.
"Meskipun kamu memohon dan menangis di depan saya, kamu tetap masih tidak diterima di perusahaan sini! Sebaiknya, kamu cepat pergi dan cari perusahaan lain yang mau menerima kamu! Saya doakan, semoga kamu masih beruntung karena ada perusahaan lain yang mau menerima kamu." Tegas Rio dengan serius menatap gadis itu.
Setelah lamaran kerjanya ditolak, gadis itu berjalan keluar perusahaan dengan gontai dan tertatih karena kakinya masih sangat sakit.
Orang-orang di perusahaan ini berhamburan menuju kantin.
"Sudah jam makan siang ternyata, hufff!" Gumam gadis itu dan membuang nafasnya lelah.
Tadi, dia harus menunggu cukup lama di ruang HRD, karena Pak Rio sedang menghadiri rapat. Tapi, usahanya sia-sia. Mungkin, rejekinya bukan di tempat ini.
Dia berjalan pelan ke arah pintu keluar. Sesekali, dia meringis dan mendesis merasakan kakinya yang terasa sangat sakit.
"Apa masih sakit?"
Langkah gadis tersebut tiba-tiba terhenti dan ia menoleh ke belakang. Saat ia menoleh, tubuhnya terhuyung dan hampir terjatuh.
"Ahh!" Pekiknya saat terhuyung dan hampir terjatuh.
Namun, beruntung tubuhnya tidak terjatuh ke lantai melainkan ke dalam pelukan sosok pria yang tadi sempat membuatnya jantungan karena ketampanannya.
................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
❣️My Boo💕
keknya gadis ini namanya 'jatuh' ya Thor??? soalnya hobinya jatuhh 🤭🤣😂
2022-01-21
2