#4

"Hey! Dasar kamu! Apa kamu nggak punya mata?!" Seru Siska dengan suara keras ketika ada gadis yang sangat ceroboh menabrak Rendy.

Suara Siska sangat menarik perhatian semua karyawan di sana membuat mereka langsung melihat ke arahnya dengan gemerisik.

"Eh, kenapa dengan Bu Siska?"

"Eh, anjirrr! Sumpah tuh cowok ganteng banget!"

"Hus! Jaga cici, lo! Dia itu Presdir baru kita!"

"What???"

"O my God! Sumpeh, lo?!"

"Iya! Dia itu anak Pak Bagas, pemilik Perusahaan ini."

"Waaaaw! Kalau Presdirnya aja muda dan ganteng kaya gitu, gue rela kerja dari pagi pulang pagi."

Beberapa karyawan wanita tak henti-henti menatap kagum pada sosok Rendy.

"Pada lebay lo pada! Nih, lihat gue! Gue juga nggak kalah ganteng kaleee!" Timpal seorang karyawan laki-laki dengan penuh percaya diri dan langsung mendapat cibiran dari beberapa karyawan wanita di dekatnya.

Rendy menoleh dan menatap tajam Siska membuat Siska langsung mengatupkan bibirnya dan menunduk. Tidak berani lagi untuk berbicara selain hanya mengucap: "Ma...maaf, Pak."

"Mas Rendy, sepertinya dia calon karyawan yang ingin melamar pekerjaan di sini." Bisik Pak Sony yang berdiri persis di samping Rendy.

Rendy mengernyit dan memperhatikan gadis yang masih terduduk di lantai karena terjatuh setelah menabraknya. Gadis itu terlihat meringis kesakitan sambil memegang pergelangan kakinya.

Rendy sedikit memiringkan kepalanya ingin melihat wajah gadis tersebut.

'Dia ini, bukannya dia si cewek ceroboh yang tadi hampir tertabrak oleh Pak Salim? Jadi, dia ingin melamar pekerjaan di sini?' Gumam Rendy dalam hati saat melihat wajah gadis yang tadi sempat membuatnya merasa cemas sekaligus kesal.

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Rendy sambil menatap gadis tersebut.

Gadis itu mendongak dan tertegun lalu melebarkan kedua bola matanya menatap Rendy. 'Oh, ya ampun! Apa dia reinkarnasi dewa Yunani? Ganteng bangeeettt...' Jeritnya dalam hati menatap sosok tampan laki-laki di hadapannya.

Rendy menghela nafasnya merasa tidak sabar dan kembali kesal. "Apa kamu tuli?!" Suaranya pun mengeras membuat si gadis itu dan orang-orang di dekatnya terkejut.

Gadis itu merasa sedikit takut dan gelagapan. "Ah...em...i-iya. Eh, maksudku enggak." Gadis itu sambil mencoba bangkit berdiri. "Aku...aku baik-baik saja. Cuma, aawh--!"

Namun, dia terjatuh lagi dan memegangi pergelangan kakinya yang terasa sangat sakit.

Kini, sakitnya bertambah. Selain lengannya yang lecet, pergelangan kakinya juga terasa sangat sakit akibat terkilir.

'Cih! Dasar cewek ganjen! Pinter banget berakting dan cari perhatian dari Pak Rendy.'

Batin Siska menatap tidak suka pada gadis itu.

Rendy mengulurkan sebelah tangannya ke arah gadis itu dan berniat ingin membantunya berdiri. "Ayo bangun! Aku bantu kamu."

Gadis itu tertegun menatap uluran tangan Rendy.

Rendy mengerutkan alisnya memperhatikan gadis tersebut yang hanya diam saja seperti patung.

"Kamu nggak denger? Ayo cepat bangun!"

Seketika gadis tersebut tersadar dan mengerjapkan kedua matanya.

Rendy dapat melihat bulu matanya yang lentik mengibas saat gadis itu mengerjapkan kedua matanya. Benar-benar manis dan...menggemaskan!

"Em...maaf." Ucap gadis itu dengan gugup lalu meraih tangan Rendy dengan ragu dan sedikit gemetar.

Rendy meraih dan menggenggam tanggannya lalu menariknya hingga gadis itu bisa berdiri.

"Awwh--sakit!" Pekik gadis itu yang memang merasakan sakit di pergelangan kakinya hingga tubuhnya terhuyung dan hampir terjatuh lagi.

Rendy langsung merangkul pinggangnya dan menahan tubuhnya agar tidak terjatuh lagi.

Seketika, tubuh gadis itu menegang dan merinding. Darahnya berdesir ketika merasakan pinggangnya dirangkul oleh seorang laki-laki. Ini pertama kalinya ada seorang laki-laki selain ayahnya yang telah berani menyentuhnya.

Pak Sony yang sedari tadi diam, dia memperhatikan dan segera melangkah mendekat. "Mas Rendy, biar Om bantu. Kamu sudah harus pergi ke ruang pertemuan sekarang."

Pak Sony mengingatkan Rendy kemudian meraih lengan gadis tersebut dan memeganginya.

Rendy pun melepas rangkulannya.

"Ma-makasih dan maaf ya. Aku benar-benar enggak sengaja tadi menabrak kamu. Aku sedang buru-buru mau nyerahin lamaran kerja, karena ini hari terakhir pengumpulannya." Ucap gadis tersebut sedikit gugup, namun terdengar tidak sopan berbicara dengan bahasa tidak formal pada seorang pimpinan perusahaan.

"Bicaralah yang sopan dengan Pimpinan perusahaan ini!" Bentak Pak Sony pada gadis yang saat ini sedang dipeganginya.

Gadis itu terbelalak karena sangat terkejut setelah tahu bahwa laki-laki tampan yang baru saja menolongnya adalah seorang Pimpinan Pradipta Group. "Astaga! Ma-maaf! Saya mohon maaf, Pak! Saya...benar-benar tidak tahu!" Ucapnya sambil menundukkan kepala dengan ekspresi ketakutan.

"Sudahlah!" Jawab Rendy dengan acuh.

Sebenarnya dia sama sekali tidak ingin terlalu mempermasalahkan cara bicara gadis tersebut kepadanya.

"Om Sony, tolong bantu bawa dia ke klinik untuk memeriksakan lukanya." Lanjut Rendy sambil sekilas melirik gadis itu.

"Baik, Mas Rendy." Pak Sony kemudian memanggil satpam untuk membantu membawa gadis tersebut ke klinik yang ada di lantai dua perusahaan ini.

"Emm, Pak Rendy, dia itu sangat ceroboh. Orang seperti itu, tidak pantas menjadi karyawan di perusahaan bonafit ini. Yang ada, nanti malah dia selalu membuat masalah dengan kecerobohannya." Ucap Siska menghasut.

"Saya tidak bertanya pendapat kamu." Rendy melirik dingin Siska dan membuat wanita itu terdiam.

"Mari Mas Rendy! Kita langsung saja ke ruang pertemuan." Pak Sony segera membawa Rendy ke ruang pertemuan, karena di sana para petinggi perusahaan sudah menunggunya.

................

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!