Sebelum duduk, sesaat Elivia mengagumi isi dari istana ini, dari luar bangunan ini memang sudah megah, ternyata dalamnya lebih mewah. Dia mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. Dan matanya menangkap sosok pemimpin negaranya sedang tersenyum ramah kepadanya, begitu juga dengan istrinya. Senyumnya begitu indah.
Seketika Elivia langsung mengulangi aksinya membungkuk. Lama sekali dia tidak berani mengangkat kepalanya.
“Semoga anda sejahtera Yang Mulia.” Katanya lagi.
Hal itu membuat semua orang yang ada disana tertawa. Termasuk Raja dan Ratu, juga Ibu Suri dan Putra Mahkota beserta istrinya.
Apa-apaan sih ini? Astaga,, memalukan sekali.
“Sudahlah, ayo duduk.” Ratu mempersilahkan dengan ramah.
Elivia baru berani duduk setelah mendapat perintah itu. Dia terus menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap orang-orang hebat yang ada dihadapannya itu.
Sementara Sophia menatap Elivia dengan sinis. Dia memperhatikan gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Merasa aneh dengan penampilannya.
Dasar gadis kampung.! Masa iya aku harus menikah dengannya? Lihat tingkahnya itu, sangat memalukan. Batin Zaydan. Dia menatap Elivia dengan tatapan jijik
“Tidak perlu sungkan seperti itu. Kami disini sebagai keluarga Dan, bukan sebagai keluarga keRajaan.
Tetap saja,, kalian itu keluarga keRajaan. Mana mungkin aku tidak canggung. Batin Elivia lagi.
Perlahan Elivia memberanikan diri mengangkat wajahnya. Tepat dihadapannya, Zaydan sedang memandanginya dengan tatapan tidak suka. Tatapannyansangat dingin. Terasa menusuk sampai kedada Elivia.
Jadi, apakah aku akan menikahi pangeran Dan? Batin Elivia. Ia memberanikan diri untuk melirik kepada pangeran tampan itu.
“Ayo, duduk.” Ibu Suri mempersilahkan Elivia duduk disampingnya. Dan dihadapannya, duduk pangeran Zaydan yang masih menatapnya dengan malas.
Ibu Suri mulai memperkenalkan Elivia kepada anggota keluarga. Terutama kepada Zaydan. Beliau menjelaskan bahwa Elivia akan menikah dengan Zaydan. Elivia hanya diam saja mendengarkan dan memperhatikan.
Ternyata mereka semua ramah-ramah, kecuali Sophia dan anaknya, Zaydan. Awalnya Elivia fikir anggota keRajaan itu kaku, dan membosankan. Ternyata tidak. Mereka saling bercengkerama dengan ramah. Bercanda dan tertawa. Membuat Elivia merasa seperti bukan orang asing saja.
“Aku dengan kamu bekerja direstoran cepat saji?” Tanya Ratu.
“Benar Yang Mulia.”
“Setelah menikah, kamu tidak perlu lagi bekerja, semua kebutuhanmu sudah menjadi tanggung jawab kami karna kamu sudah menjadi anggota keluarga kerajaan.” Jelas Ratu.
“Maafkan saya Yang Mulia, tapi saya sudah mengajukan syarat kepada Nenek,, maksud saya Ibu Suri untuk tetap diijinkan bekerja dan melakukan aktifitas saya sehari-hari.”
“Jangan mengekangnya, itu adalah salah satu syaratnya..” Kata Ibu Suri, semua langsung mengangguk mengerti.
“Maaf Yang Mulia, makan malam sudah siap.” Kata seorang pelayan memberitahu.
“Baiklah. Ayo, kita makan dulu.” Ajak Ibu Suri. Semua anggota keluarga langsung beranjak dari duduknya dan berjalan keruang makan.
Zaydan tidak melepaskan tatapan tajamnya dari Elivia. Dia benar-benar tidak menyukai gadis itu. Entah apa yang membuat neneknya sangat menyukainya. Dilihat dari sudut manapun gadis itu jelas tidak selevel dengannya. Masih jauh dibawah Sadila. Apalagi melihat pakaian yang dikenakannya, sama sekali tidak seksi.
Selama makan malam berlangsung, tidak ada yang mengeluarkan suaranya. Termasuk Elivia maupun Zaydan. Dia sangat segan terhadap ayahnya, jadi dia tidak berani bertingkah macam-macam jika dihadapan ayahnya. Dia mencoba menjaga sikap jika dihadapan ayahnya.
Setelah makan malam itu selesai, para pelayan segera membersihkan meja makan, sementara mereka kembali keruang tamu yang tadi. Untuk membahas masalah pernikahan Zaydan dan Elivia.
“Apa kamu punya fikiran sendiri tentang tanggal pernikahan?” Tanya Ibu Suri.
“Tidak Yang Mulia.”
“Tolong jangan panggil aku Yang Mulia, hubungan kita sudah sangat dekat bukan? Panggil saja aku seperti kamu memanggilku selama aku tinggal dirumahmu.”
Apa? Tinggal dirumahnya? Kenapa nenek tinggal dirumah wanita itu? Bathin Zaydan. Alisnya berkerut karna heran dan penasaran.
“Baiklah, Nek. Saya mengikuti saja.” Jawab Elivia singkat.
“Bagus. Kalau begitu pernikahan akan diselenggarakan tepat seminggu lagi. Dan seperti janjiku pada Elivia, pernikahan ini hanya akan dihadiri oleh keluarga dan penghulu saja. Setiap orang akan dilarang menyebarkan berita tentang pernikahan ini.” Kata Ibu Suri dengan tegas.
Bagus, ternyata wanita itu sudah membantuku secara tidak langsung. Ini akan memudahkanku nantinya. Bathin Zaydan. Dia tersenyum sinis kepada Elivia.
*****
Elivia menghempaskan tubuhnya diatas ranjang mungil itu. Semenjak Arina dirawat dirumah sakit, Elivia yang tidur diranjang itu. Biasanya dia akan tidur dilantai dengan beralaskan karpet sederhana saja.
Fikirannya sedang melayang, mengingat setiap kejadian diistana kecil tadi. Terbayang wajah Zaydan yang dingin dan menyebalkan. Pasti pangeran itu juga tidak menginginkan pernikahan ini. Ahhh,,, semua sudah terlanjur. Dia sudah terlanjur menyetujui pernikahan itu. Tidak ada cara untuk mundur lagi. Elivia merasa sangat lelah, dan diapun tertidur lelap.
Pagi hari, Elivia dikejutkan oleh suara gedoran di pintu kamar kostnya. Gadis itu memaksa kelopak matanya untuk terbuka. Dia mengucek matanya yang terasa perih. Sementara jantungnya berdegup kencang karna terkejut.
“Siapa sih pagi-pagi sudah gedor-gedor pintu?”
Dengan malas Elivia menyeret kakinya untuk membuka pintu. Dibalik pintu sudah ada Arya yang selalu menggunakan kacamata hitam.
“Maaf mengganggu Nona, saya diutus oleh Ibu Suri untuk menjemput Nona, silahkan ikut saya.”
Hufh...
“Sebentar ya, saya cuci muka dulu.” Jawab Elivia.
Begitulah, baru akan menjadi anggota keluarga kerajaan saja sudah meropatkan minta ampun seperti ini.
Elivia melangkahkan kakinya kekamar mandi yang letaknya ada diujung lorong. Dia segera membersihkan diri, setelah selesai diapun keluar dan menghampiri Arya yang sedang menunggu disamping mobil.
Begitu melihat Elivia mendekat, Arya segera membukakan pintu mobil untuknya. Gadis itupun segera masuk kedalamnya.
Arya mengemudikan mobil kearah pusat kota. Setelah hampir tiga puluh menit perjalanan, Arya menghentikan mobilnya di sebuah butik paling terkenal dikota itu. Sang pemilik butik yang merupakan seorang pria itu langsung menyambut kedatangan Arya. Dan tersenyum ramah saat mendekat kearah Elivia.
“Diakah orangnya?” Tanya pemilik butik kepada Arya.
“Ya Tuan,”
“Mari Nona, silahkan ikuti saya.” Kata pemilik butik.
Elivia pun mengikuti pria itu masuk kedalam butik mewah itu.
“Silahkan duduk disini Nona, Yang Mulia Dan sedang mencoba bajunya.”
Apa? Apa Zaydan ada disini? Kenapa dia ada disini?
Elivia duduk disofa disebuah ruang VVIP yang memang disediakan untuk keluarga kerajaan saja. Beberapa karyawan mendorong deretan gaun indah yang tergantung. Pemilik butik memperhatikan Elivia dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kemudian memilihkan satu gaun yang sangat indah. Setidaknya itu bagi Elivia. Karna dia tidak pernah melihat gaun seperti itu dari dekat sebelumnya.
Pemilik butik menyerahkan gaun yang dipilihnya itu kepada salah satu karyawan wanitanya, dan menyuruh Elivia untuk masuk keruangan fitting. Gadis itu menurut saja karna semalam Ibu Suri sudah memberitahunya tentang ini.
Karyawan wanita itu membantu Elivia mencoba gaun yang dibawanya. Ukurannya sangatlah pas dibadannya. Dia termenung menatap pantulan dirinya dicermin. Dia nampak luar biasa. Dia memuji dirinya sendiri didalam hati. Dia belum pernah mengenakan gaun indah sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Maminya Nathania Bortum
semoga tidak nama saya disebut nama permasuri raja🤣
2022-04-16
0
Jojo Qasyih Azlan
mak,pliss kasih tau nama raja dan permaisuri nya..apa permaisuri gak punya anak selain zaydan 😁😁😁
2022-01-04
0
Jojo Qasyih Azlan
yuhuuuu...komen pertama 😍😍😉
semangatt mak😘
2022-01-04
0