Tiga orang beda usia itu masih nampak bersama hingga membuat seseorang yang sedari tadi mengawasinya nampak gusar dan penuh amarah. Rasa takut pun menderanya. entah kenapa dia harus takut melihat pemadangan yang ada tak jauh dari hadapannya.
Sementara di tempat yang sedang diawasi, obroaln ringan antara perempuan dan laki laki dewasa juga masih berlangsung. Malah kian menghangat. Seorang anak yang masih bergelayut di pangkuan perempuan itu sama sekali tak menunjukkan kebosannannya. Biasanya anak itu kalau ikut orang yang tak dikenalnya tidak pernha langsung sedekat itu. Namun kali ini berbeda, bahkan dengan beraninya dia meminta diri ke perempuan itu memanggilnya mama.
"Apa kamu mau telfon tunanganmu? kamu bisa memakai ponselku.." ujar Indar memberi saran dan nampaknya perempuan itu dengan segera mempertimbangkannya.
"Kalau bapak saja bagaimana?"
"Ya terserah kamu, tapi apa nanti dia nggak marah? ntar dia salah paham bagaimana?"
"Iya juga yah? tapi kalau aku yang menelfonnya juga apa nanti dia nggak salah paham? soalnya kan aku jarang bersama orang lain."
"Lah terus nanti gimana? apa kamu akan tetap menunggunya? kalau dia nggak jadi datang gimana?"
"Itu juga yang saya takutkan bak, bingung aku.."
Dahi Indar mengernyit. Jujur dia sangat mencurigai keanehan keanehan yang terjadi yang dia dapatkan hari ini. Dari awal hati kecilnya mengatakan kalau wanita di hadapannya ini adalah ibu dari anaknya. Namun yang membuat dia penasaran adalah tentang sosok Soni Kuncoro. dari cerita yang Indar dengar, sosok Soni seakan akan menyembunyikan sesuatu. Bagaimana bisa ada hubungan lima tahun tapi pihak perempuan kaya terpenjara. Tidak tahu apa apa dan seperti tidak mengenal siapa siapa.
"Kalau dia tidak datang? bagaimana nanti kamu pulang?"
"Naik bis pak, sudah biasa."
"Naik bis mah? kenapa nggak minta anter papah? papah mau kan nganterin?" Tanya Tegar yang masih setia dengan cup es coklatnya.
"Nggak usah nak, nanti papahmu repot, kan dia mau main sama kamu.."
"Ya nggak apa apa, kan cuma nganterin doang sekalian jalan jalan, iya kan pah?" Indar sekilas tersenyum mendengar permintaan putranya.
"Baiklah, aku bisa kok, tenang saja,"
"Nggak ngerepotin pak?"
"Nggak, aku juga kan lagi liburan sama anakku, aku juga nggak pernah tuh ke daerah Bantul." Ujar Indar beralasan.
"Sepertinya anda sayang banget sama anak anda pak.."
"Namanya juga sama anak kandung, apa lagi dia nggak ada ibunya. kamu sendiri bagiimana? Tunangan lima tahun kok belum nikah juga?"
"Nggak tahu pak, aku sendiri juga bingung, katanya dia nunggu sesuatu yang berhubungan denganku, tapi tiap aku tanya dia malah marah.." Tutur Shalu nampak begitu sedih.
"Jujur sih, ini aneh, bukannya memprovokasi loh ya, tapi calon suami kamu tuh bener bener aneh, pasti banyak yang dia sembunyikan, ngga mungkin lah kalau nggak ada apa apa dia marah.."
"Maka itu pak, tiap aku ngeluh yang ada aku pasti kena marah dan di ingatkan kalau aku tuh harus balas budi dan belajar menerima dia apa adanya, tapi dianya tertutup ya saya bingung, maaf pak, saya jadi banyak bercerita yang tidak tidak"
"Haha nggak apa apa, santai aja, tapi apa kalian saling cinta? bukankah bertunangan seharusnya sudah saling cinta?"
"Harusnya, tapi aku merasa beda sama dia pak. Dia selalu melarangg aku ini itu, aku ke Jakarta aja tidak pernah boleh, katanya cinta tapi seperti mengekang.."
Sementara itu, pria yang dari tadi mengawasi tiga manusia, semakin nampak geram.
"Apa yang mereka bicarakan? sial aku tak bisa melakukan apa apa. " umpatnya. Dan dia mengambil telfonnya langsung melakukan panggilan. Sepertinya dia merencanakan sesuatu.
"Hallo."
"Beresi semua barang barang kalian dan Shalu."
"Kita akan pergi, tempat ini sudah tak aman untuk Shalu.."
"Biar nanti Shalu aku yang urus.."
klik..
Matanya kembali menatap tajam ke arah tiga orang yang terlihat sedang berbagi senyum. Dia kembali menyalakan ponselnya dan melakukan panggilan.
"Ah Sial.!! Apa Shalu nggak denger ada telfon masuk?" Tanya orang itu pada diri sendiri.
Sepertinya dia kesulitan menghubungi nomer perempuan yang kini terlihat sedang bersama laki laki dan anaknya. Entah kenapa orang itu tak ada keberanian untuk mendekati mereka.
"Maaf Shalu, sepertinya aku harus diam diam membawamu pergi jauh lagi.." Tiba tiba orang itu bangkit dari kursi rodanya dan melangkah menarik kursi roda menjauh dari keberadaan tiga orang itu.
Di lain sisi, Indar dalam diamnya terus memikirkan keanehan keanehan dari obrolan dengan seorang perempuan yang ada di hadapannya. Hati kecilnya mengatakan kalau perempuan ini adalah Shalu yang selama ini dia cari. Jika benar dia adalah shalu, tentu saja dia akan sangat bahagia, setidaknya anaknya tak akan kesepian lagi mencari ibunya. Indar terus berpikir mencari cara untuk mengobati rasa penasarannya.
"Mah, apa mamah mau, maen kerumah Tegar? nanti mamah kenalin sama eyang?" Tanya bocah yang sedari tadi asyik dengan es coklatnya
"Ya kapan kapan ya nak, kalau ada kesempatan pasti mamah maen.." Balas Shalu.
"Oke mah, eh tapi, hari ini boleh nggak Tegar maen kerumah mamah?"
"Boleh sih tapi kan mamah Shalu lagi nunggu orang, nanti mamah coba tanya orangnya yah?"
"Ini udah siang banget loh, kok Soni belum datang juga?" Tanya Indar.
"Mungkin dia nggak jadi datang kali yah? salah aku sendiri, ponsel ku ketinggalan.."
"Ya daripada Keluargamu khawatir mending kamu pulang, biar saya yang antar.."
"Tapi rumahku jauh loh, hampir satu jam dari sini?"
"Nggak apa apa, nanti aku ambil barang dulu di hotel, ntar kalau kita kemalaman bisa nyari hotel disana.."
"Apa nggak ngerepotin?"
Ya ampun, ya enggalah, mau jalan sekarang?"
"Boleh pak, biar nggak kemaleman.."
Dan merekapun memutuskan beranjak.
###
Seperti yang telah direncanakan, kini sampailah mereka di tempat tujuan saat petang sudah datang. Di depan rumah sederhana, mobil Indar berhenti.
"Kok gelap ya?" Ujar Shalu tercengang begitu sampai rumah.
"Mungkin orangtuamu lagi pergi.."
"Saya sudah tidak memiliki orangtua pak. saya tinggal dengan paman dan bibi.."
"Apa? maaf Shalu saya nggak tau." balas Indar kaget
"Ngga papa pak, saya masuk dulu ya pak, kali aja nggak di kunci.."
Shalu pun beranjak menuju rumah, sedangkan Indar hanya berdiri dekat pintu mobil sekalian mengawasi Tegar yang tertidur selama perjalanan tadi.
Rumah yang Shalu tinggali kebetulan letaknya agak jauh dari rumah sekitar dan lagi ada tembok yang mengelilinginya.
"Loh nggak di kunci.." ucap Shalu begitu tangannya memegang gagang pintu. Dia menekan dan membukanya. Shalu masuk dan mencari saklar hendak menyalakan lampu, namun tiba tiba
"Aaaakkhh..!!!"
Indar terkejut, ada teriakan dari dalam rumah. Dia bergegas masuk. Matanya membelalak begitu melihat Shalu sedang di papah seseorang, meski gelap, gerakan orang itu tetap terlihat karena cahaya remang remang dari luar.
"Shalu!!!" Orang yang memapah tubuh Shalu kaget dan menjatuhkan tubuh perempuan itu. Indar segera saja menerjang dan perkelahian pun tak terelakkan.
Indar dengan mudah memukul menendang menghantam orang itu hingga orang itu kewalahan dan terbirit birit melarikan diri.
Shalu..!!!" Tubuh Shalu segera Indar rengkuh dan mengangkatnya ke dalam mobil dan dia bergegas melajukan mobilnya mencari rumah sakit terdekat. dalam benak rasa penasaran Indar semakin menyeruak.
"Aku benar benar harus menyelidikinya.."
@@@@@
...Hai sobat Reader, gimana kisahnya? makin seru nih. Jangan lupa kasih dukungannya yah. Biar Author semangat ngetiknya....
...^^^Sambil nunggu episode berikutnya, tak salah dong kita baca yang lainnya dan ini bacaan lagi seru serunya loh, kunjungi yuk ^^^...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
kayaknya ada actionnya nih cerita.
Soni nih jgn" temennya Indar taruhan dulu deh pura" lumpuh aja buat sekap shalu.apa ada dendam antara Soni sama Indar mgkn rebutan shalu ..
2023-03-23
0
🌈Pelangiku
menarik ceritanya..
2022-12-21
0
Sulaiman Efendy
TEGAR MMG ANAK SHALU, TPI ANAK HASIL SELINGKUH ATAU APA...?
2022-10-14
0