Aku mengumpulkan uang jajanku sejak Kelas Tiga Sekolah Dasar dalam Karung yang aku simpan didalam gulungan karpet usang. Sejak SMP aku mulai menghitungnya, mengganti dan menukarkan uang yang rasanya akan berganti.
Mamaku memberikan uang jajan paling kecil bagianku diantara kami bertiga. Karna merasa tak adil, aku tak memakai uang itu. Setiap pagi, aku akan menyiapkan bekal sendiri dari dapur kami, sehingga aku tak perlu berjajan lagi. Menyimpan semua pemberian mama. Papaku tentu tak tinggal diam, ia memberikan uang besar padaku, tapi aku
tabung semuanya. Sedang untuk keperluan Alat tulis, aku tinggal minta saja sama bang Udin, penjaga toko sekalian apotek papaku.
Begitulah kulakukan bertahun- tahun. Hingga aku punya Seratus juta diBank, Dan 150 juta uang tabungan dalam bentuk Celengan karung. Modal Awal membangun usahaku.
Uang satu Milyar dalam tabungan yang dititip Papa untukku di ATM yang diberikan Amin, sampai hari ini belum pernah kucairkan. Paling hanya cek rekening berkala saja kulakukan untuk kartu itu.
Sekarang ini.... Entah ini memang bidangku, atau Rizki sedang berpihak padaku. Aku sudah memiliki rumah sendiri, mobil pribadi, berikut 40 Hektak kebun kelapa sawit dari keuntungan Usahaku. Hingga Corona melanda aku tak perlu khawatir, Bila libur dipesta, aku berpetualang kekebun sawitku Yang ada di kawasan A .R, 12 Km dari kotaku.
Di WO juga, aku sudah memiliki Karyawan sebanyak 100 Orang. Sepuluh orang diantaranya adalah Juru rias. Sedang yang lainnya, penghias dan pendiri tenda, pelaminan, pentas berikut Sopir juga.
Sudah Tujuh set pelaminan yang aku punya, yang berbeda Clas dengan bagetnya.
" Ini Adalah pesta ke 3001 yang akan diatur oleh IO / WO ku ( Syafira Wedding Organizer ) Sekaligus pesta penutup untuk tahun ini, karna Pemerintah sudah menetapkan PPKM, untuk mengatasi wabah Corona yang aku sendiri belum faham, walau sudah berkali menonton berita dan membaca di Internet tentang Covid 19 itu.
" Hatiku Tah mengapa tak hentinya berdebar- debar sejak mendapat Job ini Lin. " Kataku mencurahkan perasaanku pada sahabatku Lilian.
Lilian adalah janda beranak dua yang ditinggal selingkuh oleh suaminya.
Ibunya sangat baik. Ibu Meiwa menampungku dirumah sederhananya, memberikan kamar paling depan untuk penompanganku sementara waktu aku tersisih dari rumah besar itu. Bapaknya Lilian sudah meninggal juga, hampir setahunan dengan kepergian papaku.
" Mungkin karna ini pesta terakhir, kau terlalu mengkhawatirkan nasip para karyawanmu kalau usahamu tutup sementara, makanya berdebar- debar. " Tebak Lilian.
" Kurasa bukan itu masalahnya Lin...Aku..
" Kenapa? teruskan saja! bukankah selama ini kita sudah bersaudara, kenapa
meski ragu dan malu curhat padaku. " Ucap Lilian menatapku dengan tatapan penuh ketulusan.
" Apa kau tidak ada rasa padaku andai aku lelaki sejati Lin? " tanyaku kemudian.
" Ih...Bagiku kau Syafir atau Syafira sama saja! Aku sudah menganggapmu saudara
dari awal. Kalaupun aku ada niat untuk menikah lagi, takkan pula aku bermimpi untuk orang muda, dan sempurna sepertimu ! Aku mau cari yang sederhana saja, yang sederajat denganku! " ujarnya terdengar tegas.
Kutatap matanya dalam- dalam. Setelah kutemukan tak ada yang disembunyikan
dari tatapan mata hitam yang tak terlihat jernih lagi itu, karna mungkin kebanyakan menangis habis lahiran si Raka yang paling kecil yang ditinggal dalam perut oleh ayah yang tergoda rumput tetangga
yang lebih hijau.
Beberapa tahun yang lalu aku pernah merasakan debaran seperti ini Lin. Saat itu aku sedang diperiksa oleh polwan Cantik waktu aku terkena razia pas nongkrong di kafe Andini.
Penangkapan penertiban itu kau ikut terjaring Syafir? Kok aku tak pernah lihat fotomu di koran Wilayah kita?" tanyanya dengan dahi mengernyit.
" Kau lupa aku anak terbuang dari keluarga Itu Lin? Kakakku seorang letnan yang bertugas di Polda Waktu itu.
Aku berhasil dikeluarkan lebih dulu, sebelum para waria dan Buci lainnya.
Sebelum wartawan datang aku lebih dulu
diselamatkan. Wajahku selamat dari berita, tapi tidak hatiku...
" Kenapa hatimu? Kurasa baik- baik saja! Buktinya sekarang kau masih bernyawa. " Seloroh Lilian.
" Kau ini! Giliran aku serius mau curhat, kamunya menggoda pula. " Sanggah ku dengan senyum kecut.
" Ya udah...Katakan ada apa dengan hatimu? " tanyanya sambil mengorek kuping.
" Ih...Jorok kali kau jadi cewek! pantas ditilang tetangga kampung! " Ujarku sembari menimpuknya dengan bantal sofa.
" Biar kubuangi dulu penghalang kuping yang sudah sebongkah ini, biar jelas kudengar curhatanmu. " katanya sembari menunjukkan taik kupingnya.
Huek....Kau jorok sekali Lin! Ih...jadi ilfil buat curhat. " Ujarku seraya berlari kekamar mandi.
He...He....Itu aja jijik! Gimana kalau istrimu nanti lahiran, kau yang akan mengurusnya, bisa - bisa kau muntah mencret! " Sarkasnya dengan berteriak.
Akhirnya waktu Asharpun tiba, aku memutuskan langsung beruduk setelah menghabiskan isi perutku diwastafel.
*****
Bukan karna bakal non Job sementara, yang membuatku berdebar akan menyelenggarakan pesta terakhir ini.
Tapi calon pengantin wanitanya, kemaren datang kerumah, meminta aku sendiri yang akan mendandaninya dimulai dari
malam nikah.
Sejak punya sepuluh Make Up over ( Penata rias ) Perempuan sebanyak sepuluh orang, yang bisa aku utus untuk menghias pengantin dilokasi pesta yang sedang diselenggarakan dibawah pengaturan IO ku, tak pernah lagi aku menghias pengantin wanita sekarang.
Aku berpetualang dari pesta kepesta hanya sebagai pemantau, dan penilai, seraya memburu makan gratis, minum gratis dan hiburan gratis juga. He...He...
Me...me...Mengapa harus aku nona? Bukankah ayah nona seorang Ustadz. Apa ia tak keberatan kalau anak perempuannya didandani oleh lelaki? " Ucapku gugup, namun aku berusaha berkilah dan menghindar dari sorotan mata tajam dan centil gadis itu.
" Aku anak ustadz memang Safir, tapi aku
seorang polisi, aku sudah biasa berkumpul dengan lelaki, mana aku akan takut sama pria, apalagi pria setengah- setengah sepertimu. Plis....dandani aku ya...Jadi saja Syafira lagi untuk Dua hari itu, kau selain tampan kan Cantiknya k juga, jadi mau jadi apa tetap bagus. Tolong ya...aku ingin calon suamiku pangling ketika menatapku setiap kali pergantian kostum nanti. Aku sudah mengumpulkan Empat tahun ini hasil make over WO mu. Dan dari gambar yang kukoleksi, tetap saja sentuhan tanganmu yang paling ajaib. " Katanya dengan pandangan memohon.
Aku tak tahu siapa calon wanita ini yang. begitu ia istimewakan. Aku tak sempat melihat undangan yang ia berikan, karna buru - buru kuremas, saat ia menyentuh tubuhku.
" Iya ya...Syafir...Plis dirimu yang dandani Syafana ya...Ini kan pesta penutupan tahun ini, berikan yang terbaik, kalau PPKM berakhir, aku janji akan bantu promosi lebih gencar lagi tentang WO mu ini. " Ucapnya lirih sembari bersandar didadaku.
" Ni cewek pasti dah jebol kayaknya.Ngak ada takutnya menyentuh lelaki. " Sangka Batinku sok macho.
Setelah kepergian Syafana, aku seperti tergana, sampai undangannya terlemparku keparit dekat jalan.
" Syafir! Kok buang sampah sembarangan! " tegurku pada diri sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Niliyana Nil
Makasih dukungannya Say...
2022-01-03
2
Sama Lia
semangat author....
2022-01-03
3