Ivanna memilih untuk masuk ke dalam ruangan ICU dan bertemu dengan Irfan yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Ayah?" panggil Ivanna lirih di samping brankar Irfan.
"Iya, sayang! Ayah gak apa-apa!" ucap Irfan tersenyum dan meraih kepala Ivanna.
"Jangan sakit-sakit! Dede gak mau Ayah sakit!" ucap Ivanna terisak sambil memeluk Irfan.
"Ayah sudah lebih baik, sayang. Maafin ayah, karena gak bisa jaga kesehatan!" ucap Irfan tersenyum dengan maksud tertentu.
"Ayah, jangan ngomong seperti itu. Mulai sekarang biar Dede yang gantiin, Ayah kerja. Ayah, istirahat saja di rumah ya!" ucap Ivanna terisak.
"Dede, yakin mau gantiin, Ayah? Kerajaannya berat lo, nak!" ucap Irfan lirih dan terkekeh.
"Dede kuat, Ayah!. Yang penting Ayah sembuh dan kita terus bersama!" ucap Ivanna menatap Irfan lekat.
"Baiklah! Nanti biar abang yang mengurusnya, sayang!. Jangan nangis lagi, banyak-banyak berdo'a, biar ayah cepat sembuh! Ya?" ucap Irfan tersenyum.
"Iya, Ayah!" ucap Ivanna tersenyum.
Irfan masih berada di ruang ICU, karena dokter harus melakukan beberapa observasi lagi dan memastikan jika kondisinya memang benar-benar sudah lebih baik.
Mereka berbincang di sana hingga Irfan terlelap karena merasakan usapan lembut dari tangan Ivanna.
"Cepat sembuh, Ayah! Dede akan melakukan apapun untuk kesembuhan Ayah!" ucap Ivanna mengecup kening Irfan sebelum ia keluar dari ruangan itu.
Berjalan dengan langkah gontai, Ivanna segera memeluk Fajri ketika berada di luar.
"Abang!" Panggil Ivanna lirih.
"Iya, sayang? apa Ayah baik-baik saja?" tanya Fajri memeluk Ivanna dengan erat.
"Ayah, baik-baik saja, bang. Mungkin sebentar lagi akan keluar!" ucap Ivanna menyandarkan kepalanya di dada bidang Fajri.
"Hmm, apa abang bisa bantu, dede?" tanya Ivanna mengurai pelukannya dan menatap pria tampan itu.
"Bisa, sayang. Dede mau, apa?" tanya Fajri tersenyum.
"Dede, gak mau Ayah sakit lagi! Ayah, harus banyak istirahat, bang. Mulai besok Dirgantara CORP akan Dede ambil alih, apa Abang bisa membantuku?" ucap Ivanna penuh harap.
"Kamu sudah yakin, sayang?" tanya Fajri terkejut.
"Sudah, bang. Tapi Abang bimbing Dede, ya!" ucap Ivanna kembali memeluk Fajri dengan erat.
"Iya, sayang. Pasti, Abang bantu!" ucap Fajri menghela nafasnya dan mengusap kepala Ivanna lembut.
Fajira dan Safira hanya terdiam mendengarkan keputusan Ivanna yang akan mengambil alih perusahaan. Bukan karena meragukan kemampuan gadis itu, tetapi karena besarnya tanggung jawab yang akan di emban nanti.
"Sekarang, Dede sama Bunda pulang dulu. Gantian kita jagain ayah, biar Abang disini sama kakak!" ucap Fajri tersenyum.
"Iya, bang. Jangan lupa kabari Dede, nanti!" ucap Ivanna berat untuk meninggalkan Irfan.
Ia berjalan keluar dari rumah sakit bersama dengan sang ibunda. Wajah sendunya sangat terlihat dan tidak bersemangat.
"Sayang?" panggil Fajira lembut.
Ia begitu merasakan kegudahan di dalam hati Ivanna.
"Iya, Buna?" jawab Ivanna lirih.
"Dede yakin dengan keputusan besar itu?" tanya Fajira lembut.
"Yakin, Buna. Ada abang yang akan mendampingi, dede! Yang penting, Ayah sehat dan kita bisa berkumpul lagi, Buna!" ucap Ivanna dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan di paksa, jika Dede belum sanggup, sayang!" ucap Fajira.
"Dede sanggup, buna! Dede pasti bisa!" ucap Ivanna sambil menghela nafasnya.
"Ya sudah, kalau memang itu keputusan dede, bunda akan mendukungnya. Tapi, jangan terlalu memaksa ya, sayang! Bunda gak mau, kalau dede ikutan sakit juga!" ucap Fajira tersenyum dan mengelus kepala Ivanna lembut.
"Iya, buna!" ucap Ivanna tersenyum.
Perlahan mobil berhenti di halaman rumah yang masih terlihat bagus, walaupun sudah di tinggal berpuluh tahun lamanya.
"Langsung istirahat, sayang! nanti malam kita ke rumah sakit lagi!" ucap Fajira mengecup kening Ivanna.
"Iya, Buna juga istirahat ya!" ucap Ivanna tersenyum dan mengecup pipi Fajira.
Mereka melangkah menuju kamar masing-masing. Ivanna berjalan lesu menuju kamarnya dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
Ceklek,...
Pintu terbuka, ia menatap ruangan yang sudah di huni selama 20 tahun lamanya, menjadi saksi tentang semua keinginan yang pernah ia sebutkan.
"Tuhan, apakah aku sanggup menggantikan, ayah?" ucap Ivanna bersandar di pintu kamarnya dengan air mata yang kembali menetes.
Sejenak Ivanna termenung, membulatkan tekat dengan pilihan yang ia ambil. Mata tajamnya menyala, dengan tangan yang mengepal.
"Ya, ini adalah keputusan yang tepat! Ini adalah takdirku, semuanya sudah disiapkan sesempurna mungkin! Aku harus bisa!" ucap Ivanna tegas.
Ia berdiri tegap, dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Setelah 15 menit, Ivanna keluar dengan tubuh yang lebih segar tak lupa dengan wajahnya yang datar. Menatap cermin besar yang ada di dalam kamar itu sambil menggunakan beberapa skin dan body care.
"Semangat, Ivanna! Demi Ayah dan keluarga!" ucap Ivanna tersenyum tipis.
Ia segera membaringkan tubuh lelahnya setelah menggunakan pakaian. Mata yang tertutup, namun fikirannya masih menerawang tentang semua keinginan yang sering ia ucapkan.
"Aku ingin mengalahkan diva dunia! Aku akan menjadi penyanyi yang sangat hebat ketika besar nanti!" teriak Ivanna setelah monton konser Celine Dion, Byonce dan yang lainnya melalui virtual.
"Aku mau menjadi ilmuan, menemukan banyak obat-obatan untuk penyakit yang belum ditemukan penawarnya!" ucap Ivanna ketika memilih jurusan fisika.
"Tuhan, bolehkah aku memilih untuk jadi orang biasa saja? Aku ingin berjalan-jalan tanpa di ganggu oleh orang lain, aku ingin menghabiskan waktu sendiri tanpa ada yang berteriak memanggil namaku!" ucap Ivanna kesal.
"Ah, akhirnya aku akan semakin terkenal di mana-mana, setelah menggantikan Ayah. Pasti semakin banyak buaya darat yang akan mendekatiku!" ucap Ivanna menghela nafasnya.
"Apa kabarnya mereka setelah lima tahun berlalu?" tanya Ivanna yang tidak mendapatkan info lagi
Tono dan Bryan, menghilang seperti di telan bumi. Selama lima tahun ini, mereka tidak menampakkan batang hidungnya di hadapan Ivanna. Entah mengapa, hanya ada satu fikiran Ivanna, yaitu ultimatum dari Fajri. Ia yakin, jika Abang tampannya itu telah memberikan mereka peringatan agar tidak mendekatinya.
"Aku tidak bisa membayangkan, jika mendapat suami possesif dan cemburuan seperti Abang dan Ayah! Pasti akan semakin melelahkan untuk menghadapi sikap mereka!" ucap Ivanna tersenyum dan menggeleng.
"Wanita karier, I'm coming!" ucap Ivanna sebelum terlelap.
🌺🌺
Setelah menjalani observasi, Irfan diperbolehkan untuk pindah ke ruang rawat inap. Fajri dan Safira dengan telaten mengurus sang Ayah. Beruntung, Safira sempat menitipkan si kembar ke rumah Mama Hersy, sehingga mereka tidak terlalu risau.
"Bang, Tolong kamu panggil pengacara kita!" ucap Irfan ketika sampai di ruang rawatnya.
"Ada masalah apa, Yah?" tanya Fajri mengernyit.
"Ayah akan mengalihkan semua saham Ayah untuk, Ivanna. Tolong kamu atur, agar Dede bisa jadi CEO di perusahaan!" ucap Irfan tersenyum.
"Ayah, lebih baik Ayah sembuh dulu. Baru kita bicarakan lagi hal ini!" ucap Fajri lembut.
"Gak apa-apa, bang. Ayah yakin para pemegang saham tengah ricuh karena Ayah sakit! Ayah tidak mau siapapun merebutnya!" ucap Irfan.
"Ayah!" tegas Fajri yang tidak suka ketika Irfan lebih memilih membahas perusahaan dari pada kesehatannya.
"Apa kamu mau perusahaan Ayah jatuh ke tangan yang salah?, Banyak yang bergantung hidup dengan kita, Bang! Hanya itu yang Ayah fikirkan. Ayah gak takut bangkrut, namun ada ratusan ribu karyawan yang akan kehilangan pekerjaan karena kelalaian kita!" terang Irfan membuat Fajri terdiam.
"Baiklah! Aji akan memanggil pengacara kita!" ucap Fajri pasrah.
🌺🌺
"Besok akan saya bacakan semua keputusan ini pada rapat pemegang saham. Saya mohon bantuan dari Tuan Fajri, sebagai pemilik saham nomor dua terbesar setelah Tuan Irfan!" ucap Pengacara Gilang Purnama.
"Itu pasti, pak! Saya akan membantu!" ucap Fajri tegas.
Semua orang sudah berkumpul di kamar inap Irfan. Termasuk Ivanna dan Fajira. Gadis itu hanya terdiam, namun otaknya berpikir dan mencerna apa yang di lakukan oleh sang Ayah.
Aku menjadi pemegang saham terbesar di sana. 60 persen, itu jumlah yang sangat besar!. Batin Ivanna.
"Apa, Ayah yakin, mau memberikan semua saham itu kepada, Dede?" tanya Ivanna ragu.
"Tentu, sayang. Kalau kamu tidak mempunyai saham sebanyak itu, akan susah untuk memimpin perusahaan! Bisa jadi mereka akan memilih Abang atau orang lain yang akan di angkat menjadi CEO!" terang Irfan lirih.
"Baiklah! Tapi Dede ada syarat!" ucap Ivanna menawar.
"Apa syaratnya, sayang?" tanya Irfan.
"Selagi syarat kamu masih bisa di cerna oleh akal sehat, Abang akan mengabulkannya!" ucap Fajri.
"Hmm,... Dede mau beli Moge. apa boleh?" cicit Ivanna.
Semua orang terkejut dengan permintaan gadis cantik ini.
"Gak boleh!" teriak Irfan dan Fajri bersamaan dan membuat semua orang yang ada di sana terlonjak kaget.
Wajah Ivanna langsung berubah cemberut dan terlihat seperti ingin menangis.
"Sayang, Kamu itu perempuan! Bagaimana kalau terjadi apa-apa nanti!" ucap Fajri lembut.
"Tapi, dede bisa membawanya, bang! Motornya juga udah Dede pesan, besok sudah datang!" ucap Ivanna cemberut.
"Astaga!" ucap mereka tidak menyangka.
"Keren kamu, dek! nanti ajarkan, kakak ya!" ucap Safira bertepuk tangan.
"Sayang!" ucap Fajri melotot.
"Ihh!" delik Safira.
Mereka hanya pasrah dengan permintaan Ivanna yang sangat berbahaya itu. Namun mereka tidak terlalu risau karena Ivanna memang memiliki hobi dalam otomotif juga.
Fajri dan Safira memilih untuk pulang dan bergantian dengan Ivanna dan Fajira untuk menjaga Irfan yang sudah terlelap di atas brankarnya.
🌺🌺🌺
TO BE CONTINUE
tinggalkan like nya gais 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
.
𝘸𝘰𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘳𝘶𝘱𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘳𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘶𝘮𝘢 𝘣𝘦𝘪 𝘮𝘰𝘵𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘰
2022-09-25
2
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
cewe pake moge keren cuy
apalagi jago beladiri juga wuiih top markotop pokona mah
2022-07-24
2
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
ku dh fav, rate, like, & komeng..
2022-03-24
1