IVANNA, Putri Sultan Milik CEO
Ivanna Hanindya Dirgantara, gadis cantik Putri mahkota keluarga Dirgantara, Tumbuh dan besar menjelma menjadi perempuan dewasa yang begitu anggun, tagas dan di segani oleh banyak orang.
Gadis cantik yang memiliki segudang kepandaian yang tidak di miliki oleh gadis lain mulai dari bidang ilmiah, olah raga, bela diri, maupun otomotif. Kekayaan yang tiada batas, membuatnya bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan.
Kini Ivanna kecil sudah berusia 21 tahun dengan sebidang prestasi yang sudah ia raih bersama dengan sang Abang yaitu Fajri. Mulai dari gelar sarjana yang ia dapatkan di tambah dengan gelar profesor karena menemukan hal baru dalam proses pembuatan roket pertama perusahaan Fajri.
Saat ini Ivanna berada di tempat latihan menembak, ia menikmati masa dimana ia masih bisa bebas melakukan apapun tanpa ada hambatan dan yang lainnya. Hingga ponsel Ivanna berdering, sang asisten pribadi Irfan menelfonnya.
"Nona, Tuan Irfan terkena serangan jantung, kini beliau tengah berada di ruangan ICU. Nyonya Fajira sudah dalam perjalanan kemari. Saya tidak bisa melakukan apapun karena dokter harus meminta izin kepada pihak keluarga, Nona!" ucap Pandu lirih.
Bagaikan tersengat listrik Ivanna menjatuhkan ponsel mahalnya karena mendapatkan panggilan itu. Ia segera pergi menuju rumah sakit ketika mendapatkan kabar yang sangat tidak ia inginkan. Beruntung suasana jalan tengah lengang dan ia bisa melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit Dirgantara.
Ivanna bertemu dengan Fajri di loby rumah sakit, mereka berlarian menuju ruang ICU dimana Irfan tengah di rawat.
Bahkan Fajira pun bergegas dengan cepat untuk pergi kerumah sakit dan beruntung saat ini ia sudah berada di dalam ruangan itu.
Jantung Fajri dan Ivanna serasa ingin lepas, ketika mendengarkan kabar itu. Dengan cemas, mereka menunggu orang tuanya yang masih berada di dalam.
"Bang, Ayah gak apa-apa 'kan?" tanya Ivanna yang sudah menangis.
Tubuhnya gemetaran dengan wajah yang pucat, membuat Fajri segera memeluk gadis cantik itu. Ia mengelus kepala Ivanna dengan lembut.
"Kita harus banyak berdo'a, sayang!. Semoga, ayah baik-baik saja!" ucap Fajri dengan suara yang bergetar.
"Hiks, Dede takut, bang!" ucap Ivanna tersedu.
Abang juga takut, sayang! Sungguh, bahkan sangat takut!. Batin Fajri khawatir.
Ia berusaha agar selalu terlihat kuat di depan Ivanna dan keluarganya. Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini, selain berdo'a untuk keselamatan sang Ayah.
Hampir Setengah jam mereka berdiri di sana, hingga dua orang perawat keluar sambil mendorong brankar yang membawa Fajira yang sudah tidak sadarkan diri, dan masih memakai pakaian khusus.
"Bunda? Bunda!" pekik Fajri terkejut ketika melihat sang bidadari cantiknya tergeletak.
"Buna!" ucap Ivanna yang juga memekik.
Mereka segera mengikuti brankar itu menuju IGD yang berada tak jauh dari sana.
"Abang, kenapa bisa seperti ini?" ucap Ivanna menjambak rambutnya.
Tubuhnya lemas dan luruh ke lantai, di depan bilik Fajira. Fajri segera memeluk Ivanna yang sudah bersimpuh dan menenangkan adiknya.
"Sayang, jangan seperti ini! Jangan lemah, dek! Nanti, Abang sama siapa?" ucap Fajri membantu Ivanna untuk berdiri.
"Hisk, kenapa? kenapa ayah dan Bunda harus sakit?" teriak Ivanna menarik perhatian orang yang ada di sana.
"Dek, tenang, sayang! tenang, dek!" ucap Fajri memeluk Ivanna.
Ia tidak kuasa menahan laju air matanya. Mereka hanya bisa menangis di balik tirai itu, hingga dokter yang memeriksa Fajira keluar dari sana.
"Tuan, Fajri? Nyonya Fajira, sudah siuman!" ucap dokter itu.
Ivanna langgsung bangkit dan melihat keadaan Fajira yang terlihat lemah dan kelelahan.
"Buna? hiks, jangan sakit-sakit! siapa yang akan merawat ayah dan kami nanti?" ucap Ivanna menangis tersedu sambil memeluk Fajira.
"Ayah gak apa-apa, dek! Bunda hanya kelelahan dan panik!" ucap Fajira lirih sambil mengusap kepala Ivanna lembut.
"Hiks, Dede takut, Buna. Dede takut!" ucap Ivanna masih terisak di bahu Fajira.
Sementara Fajri berusaha untuk menenangkan dirinya, ia harus kuat saat ini. Ia menatap Ivanna dan Fajira lekat, mereka adalah tujuan hidupnya saya ini, dan juga Safira.
"Bang?" panggil Fajira.
Air mata Fajri kembali menetes tanpa bisa ia tahan sedikitpun. Ia mendekat ke arah Fajira dan ikut memeluk mereka sambil menangis.
"Hiks, ternyata Abang gak kuat, Bunda! Abang juga takut!" ucap Fajri tak kalah terisak.
"Sudah, sayang. Bunda, di sini. Semuanya baik-baik saja!" ucap Fajira menenangkan anak-anaknya.
"Jangan sakit-sakit!" ucap Fajri dan Ivanna bersamaan.
"Iya, nak. Bunda hanya kelelahan. Sekarang, coba lihat keadaan Ayah dulu!" ucap Fajira tersenyum.
"Dede, temani, Bunda di sini ya. Abang mau lihat Ayah dulu!" ucap Fajri Mengusap air matanya.
"Iya, bang. Kasih tau Dede, bagaimana keadaan, Ayah!" ucap Ivanna masih tersedu.
"Iya, sayang. Kamu berbaring aja di samping, Bunda!" ucap Fajri mengangkat tubuh lemah Ivanna untuk naik ke atas brankar.
"Abang pergi dulu, Bunda, Dede!" ucap Fajri mengecup kening mereka bergantian.
"Iya, nak!" ucap Fajira tersenyum.
Fajri segera melangkah menuju ruangan ICU dimana Irfan tengah di rawat. Beruntung ia berpapasan dengan Safira yang sedang berlari ke arahnya.
"Mas!" panggil Safira dan langsung memeluk Fajri.
"Sayang?" panggil Fajri tercekat.
"Keadaan Ayah sudah stabil, Mas! Tetapi Ayah belum sadar. Aku baru keluar dari ruang ICU!" ucap Safira memeluk Fajri erat.
Air mata pria tampan itu kembali menetes, dengan perasaan lega yang perlahan menghampirinya. Ia hanya memeluk Safira di lorong itu tanpa menghiraukan orang yang berlalu lalang.
"Kata perawat yang ada di sana, Bunda pingsan, Mas? bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Safira khawatir.
"Bunda sudah sadar, sayang. Sekarang sedang bersama Ivanna di ruang IGD," ucap Fajri lirih
"Kita harus kuat, Mas! Yuk kita lihat keadaan Ayah dulu!" Ajak Safira.
Mereka berjalan sambil bergandeng tangan. Fajri masih berusaha untuk menguasai diri dan emosinya, agar tidak menjadi pusat perhatian orang lain.
Kebetulan, ketika Fajri berada di depan pintu ruang ICU. Dokter yang menangani Irfan juga baru keluar, dan mereka berpapasan. Fajri segera memberondong dokter itu dengan berbagai macam pertanyaan.
"Tuan Irfan sudah melewati masa kritisnya. Kita hanya tinggal menunggu, kapan Tuan Irfan sadar! Anda beruntung, Nyonya Fajira begitu hebat dalam menangani kasus seperti ini!" ucap dokter laki-laki itu mengusap bahu Fajri.
"Syukurlah! apa saya boleh masuk ke dalam, dokter?" tanya Fajri penuh harap.
"Boleh, tapi hanya satu orang saja. Silahkan masuk, nanti akan ada suster yang membantu untuk mensterilkan, sebelum bertemu dengan pasien!" ucap dokter itu.
"Terima kasih, dokter!" ucap Fajri memaksakan senyumnya.
"Masuk lah, Mas! Aku akan menunggu di sini," ucap Safira mengelus punggung Fajri dengan lembut.
"Iya, sayang!" Ucap Fajri melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
Ia harus mengikuti serangkaian protokol yang wajib untuk ditaati. Dengan memakai baju khusus, Fajri berjalan mendekat kearah Irfan yang terbaring lemah di atas brankar.
Ia menggenggam tangan sang Ayah dengan lembut dan mengecupnya. Air mata Fajri kembali menetes membasahi pipinya dan tangan Irfan.
"Ayah?" panggil Fajri tercekat.
"Ayah, kenapa bisa sakit? Bangun yuk! Kami semua membutuhkan, Ayah. Bunda juga sedang sakit, Ayah!" ucap Fajri terisak.
"Bangun, yuk! Ayah pasti kuat, Ayah pasti bisa melewati ini semua. Aji mohon! ternyata Aji tidak sekuat itu," ucap Fajri semakin terisak.
Sudah lama ia tidak menangis seperti ini. Tubuh kuatnya melemah ketika dihadapkan dengan berita yang sangat tidak ingin ia dengar.
Fajri terus mengajak ayahnya berbicara, hingga Irfan menunjukkan pergerakan sadar dari kritisnya.
"Ayah? Ayah bangun?" tanya Fajri terkejut dan berbinar sambil mengusap air matanya.
Ia segera memencet tombol emergensy agar dokter bisa datang dengan cepat.
"Syukurlah, Ayah sudah bangun! hiks,... Jangan sakit lagi! Aji gak mau kehilangan, Ayah!" ucap Fajri terisak dan memeluk Irfan.
"A-ayah, gak apa-apa nak!" ucap Irfan lirih dan terbata.
"Permisi! Maaf, Tuan Fajri, silahkan anda menunggu di luar. Biarkan saya memeriksa bagaimana keadaan, Tuan Irfan!" ucap dokter.
"Tolong Ayah saya, dokter!" ucap Fajri sebelum keluar dari ruangan itu.
Fajri segera melepas semua atributnya dan berjalan keluar menghampiri Safira yang masih berdiri di depan pintu dengan tangan yang gemetaran.
"Sayang?" panggil Fajri tersenyum dan langsung memeluk istrinya.
"Bagaimana keadaan, Ayah, sayang?" tanya Safira tidak sabar.
"Ayah, sudah siuman!. Sekarang kamu susul, Bunda. Biar aku yang menjaga ayah di sini!" ucap Fajri lega.
"Ah, syukurlah! aku melihat kondisi, Bunda dulu, Mas. Kamu yakin aku tinggal sendiri?" ucap Safira menangis haru dan memastikan keadaan Fajri.
"Iya, Aku gak apa-apa, sayang! Hati-hati, ya!" ucap Fajri tersenyum dan menghapus air mata Safira.
Ibu muda itu segera pergi ke tempat Ivanna dan Fajira untuk memberitahukan kabar baik ini. Ia berjalan cepat menuju bilik khusus di ruang IGD agar bisa pergi dengan mertuanya.
"Bunda?" panggil Safira ketika melihat Fajira masih terbangun, sambil mengusap kepala Ivanna yang sudah terlelap.
"Kak? bagaimana keadaan, ayah?" tanya Fajira lirih.
"Ayah sudah siuman, Bunda. Tadi lagi di periksa sama dokter," ucap Safira mengelus lembut kepala Fajira.
"Ah, syukurlah. Bunda, sangat takut jika terjadi sesuatu kepada, Ayah!" ucap Fajira bernafas lega.
"Semoga, semuanya baik-baik saja, Bunda!" ucap Safira.
"Aamiin. Sekarang satu hal yang bunda takutkan! Karena Ayah sakit, otomatis Ivanna akan menggantikan posisi, ayah! Bunda takut, Dede belum siap!" ucap Fajira menghela nafasnya.
"Aku yakin, Dede itu wanita yang kuat, Bunda. Kita harus mendukungnya apapun keputusan, dede nanti!" ucap Safira menguatkan mertuanya.
"Semoga, saja!" ucap Fajira tersenyum.
Mereka menunggu beberapa saat hingga Ivanna terbangun dari tidurnya dan Fajira sudah merasa lebih baik.
Dokter mengatakan, jika perkembangan Irfan cukup bagus, dan sebentar lagi bisa di pindahkan ke ruang rawat inap.
🌺🌺🌺
TO BE CONTINUE
Tinggalkan like ya gais 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Halimairah Yunus😃🧕
nyimak dulu🤭
2022-09-25
1
Ayahnya Putra Fajar
mulai lagi dari awal
2022-09-25
1
ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
aku mampir kaka bucin🙊🙊😆😆
2022-09-25
2